Ekonomi sedang tidak baik-baik? Warga Indonesia kesulitan bayar cicilan mobil
Kredit macet juga menimpa konsumen yang sudah 2 tahun lancar membayar angsuran.
JAKARTA: Fenomena masyarakat Indonesia kesulitan membayar cicilan mobil kini makin terasa di berbagai daerah.
Hal ini memicu perusahaan pembiayaan (leasing) untuk mengurangi atau bahkan menghentikan penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) secara tiba-tiba, sebagai langkah mitigasi risiko kredit macet.
Agustinus, pemilik Focus Motor Group—perusahaan penjual mobil bekas—mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan leasing besar mulai memperlambat proses persetujuan kredit dalam dua hingga tiga bulan terakhir. Ia menyebut, langkah tersebut bukan tanpa alasan.
"Saya nanya mereka kenapa leasing sebesar ini ngerem? Mereka pasti punya data dong. Mereka bilang banyak yang angsurannya macet," cerita Agustinus kepada CNBC Indonesia, Senin (4/8).
Menurut dia, tingkat kredit macet kini tidak hanya terjadi pada konsumen baru, melainkan juga menimpa konsumen lama yang sebelumnya lancar membayar angsuran.
"Kalau orang udah 2 tahun kredit tiba-tiba macet, berarti memang banyak yang mungkin kena PHK atau bisnisnya drop," lanjutnya.
Bahkan, ada yang gagal membayar meski baru masuk bulan pertama atau kedua masa cicilan.
Agustinus menilai, fenomena ini juga disebabkan oleh sebagian masyarakat yang gaya-gayaan memaksakan membeli mobil di tengah kondisi keuangan yang tidak stabil. Akibatnya, mereka tidak mampu melanjutkan pembayaran cicilan, terlebih saat terjadi guncangan ekonomi seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) atau lesunya usaha.
Kondisi ini dinilainya sebagai indikator tekanan ekonomi rumah tangga di Indonesia yang tengah memburuk, serta menjadi cerminan menurunnya daya beli masyarakat kelas menengah.
PENJUALAN MOBIL TURUN, INDUSTRI OTOMOTIF KIAN TERTEKAN
Kondisi ini senada dengan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang menunjukkan tren penurunan pada paruh pertama 2025.
Penjualan ritel (langsung ke konsumen) dari Januari–Juni 2025 hanya mencapai 390.467 unit, anjlok tajam 9,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, penjualan wholesales (dari pabrik ke dealer) juga merosot 8,6 persen, dari 410.020 unit menjadi 374.740 unit.
Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, menyebut fenomena ini sebagai sinyal melemahnya perekonomian nasional. Ia menjelaskan bahwa masyarakat saat ini lebih memilih untuk menahan pengeluaran, termasuk pembelian kendaraan.
"Semuanya menahan, bukan karena nggak ada uang. Uang ada, tapi prioritasnya berubah," ujar Nangoi, dikutip dari detikOto.
Meski kondisi penjualan lesu dan kredit diperketat, kebutuhan akan kendaraan pribadi tetap ada. Namun konsumen saat ini lebih berhati-hati dan cenderung mengubah prioritas keuangan, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi pasca-pandemi, inflasi, dan fluktuasi pendapatan.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.