Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Indonesia

Dulu tolak Israel di Piala Dunia U-20, kini Gubernur Bali Wayan Koster minta berguru pertanian

Koster memuji pertanian Israel yang maju walaupun tidak mempunyai lahan yang subur dan air yang berlimpah.

Dulu tolak Israel di Piala Dunia U-20, kini Gubernur Bali Wayan Koster minta berguru pertanian
Persawahan hijau berundak-undak Bali yang khas dan memesona atau kerap disebut dengan terasering. (iStock)

DENPASAR: Gubernur Bali, Wayan Koster, kembali mencuri perhatian publik usai menyerukan perlunya inovasi radikal dalam sektor pertanian di Pulau Dewata.

Kini, dalam sebuah pernyataan yang disampaikan saat Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Semesta Berencana Provinsi Bali 2026 di Kantor Gubernur Bali, Selasa (15/4), Koster menjadikan Israel sebagai contoh negara yang patut diteladani dalam hal teknologi pertanian.

Pernyataannya bertolak belakang dengan sikapnya dua tahun lalu saat secara tegas menolak kehadiran tim nasional Israel dalam ajang Piala Dunia FIFA U-20 pada tahun 2023, yang menyebabkan Indonesia batal menjadi tuan rumah turnamen internasional tersebut.

“Kalau perlu belajar ke Israel yang luar biasa. Nggak punya lahan subur, tidak ada air, tapi pertaniannya sangat maju,” seru Koster dalam pidatonya dikutip detikBali.

Ia menyoroti bagaimana negara dengan kondisi geografis ekstrem sekalipun mampu membangun sistem pertanian yang produktif melalui pemanfaatan teknologi canggih—sebuah pendekatan yang menurutnya harus mulai diterapkan di Bali.

Bahkan, embun pun bisa dimanfaatkan di Israel sebagai sumber air untuk tanaman

Koster juga melontarkan kritik terhadap Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada, yang dinilai belum menunjukkan langkah-langkah progresif untuk mengatasi ancaman terhadap ketahanan pangan.

Menurutnya, Bali sedang menghadapi penurunan surplus beras yang cukup drastis. Pada awal masa jabatannya pada tahun 2018, Bali mencatat surplus sekitar 100 ribu ton beras. Kini, angka itu telah menyusut menjadi 53 ribu ton.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian menjadi area pembangunan untuk industri pariwisata dan infrastruktur.

“Ribuan hektare per tahun lahan produktif itu berkurang karena eksploitasi lahan terlalu tinggi dalam pembangunan fasilitas pariwisata maupun fasilitas lainnya,” jelas gubernur berusia 62 tahun itu.

Politisi PDI Perjuangan itu menekankan perlunya strategi baru, termasuk penerapan sistem tanam modern berbasis teknologi, agar hasil panen bisa ditingkatkan menjadi tiga kali setahun.

Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya memanfaatkan lahan kering untuk pertanian berbasis teknologi.

“Ini bisa ditingkatkan sebenarnya. Satu hektare sawah yang tadinya hanya dua kali panen, bisa ditingkatkan jadi tiga kali. Harus ada inovasi. Lahan kering pun bisa dijadikan pertanian modern,” tegasnya.

Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.

Source: Others/ew

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan