Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Indonesia

Dituding bukan keturunan kiai, PBNU angkat bicara mengenai gelar Gus Miftah

Ada yang menuding Gus Miftah sebenarnya mantan marbot masjid dari Lampung dan tidak menyelesaikan pendidikan di UIN Sunan Kalijaga.

Dituding bukan keturunan kiai, PBNU angkat bicara mengenai gelar Gus Miftah
Gus Miftah (Reuters/Nyimas Laula/Files)
05 Dec 2024 08:07PM (Diperbarui: 05 Dec 2024 08:13PM)

JAKARTA: Miftah Maulana Habiburrahman, yang akrab dikenal sebagai Gus Miftah, menjadi sorotan publik usai menyampaikan pernyataan kontroversial tentang seorang penjual es teh bernama Sunhaji dalam sebuah pengajian di Magelang.

Pernyataan tersebut menuai kritik tajam dari netizen dan memicu polemik terkait latar belakang serta gelar "gus" yang disandangnya.

Beberapa warganet bahkan menyebut bahwa Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan ini bukan keturunan kiai atau "gus" yang sah.

Ia diklaim sebagai mantan marbot masjid dari Lampung dan disebut-sebut tidak menyelesaikan pendidikan di UIN Sunan Kalijaga.

Tuduhan tersebut memunculkan anggapan bahwa gelar "gus" digunakan untuk kepentingan pribadi.

Menanggapi kontroversi ini, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur, membantah keras narasi yang beredar.

Ia memastikan bahwa Gus Miftah adalah keturunan ulama besar, yakni Syaikh Hasan Besari atau Kiai Ageng Hasan Besari dari Ponorogo.

"Dia keturunan ulama besar, Syaikh Hasan Besari Ponorogo," ujar Gus Fahrur, dikutip dari detikNews, Kamis (5/12).

Selain itu, Gus Fahrur juga menjelaskan bahwa Gus Miftah memiliki pondok pesantren bernama Ora Aji yang berlokasi di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

"Dia mengelola pesantren di Yogyakarta. Saya kenal baik dan pernah berkunjung ke pesantrennya," tambahnya.

Mengutip Okezone, gelar "gus" dalam tradisi Nahdlatul Ulama memiliki keistimewaan, khususnya di Jawa.

Gelar ini biasanya disematkan kepada putra seorang kiai sebagai bentuk penghormatan.

Gelar "gus" juga mencerminkan seseorang yang memiliki pemahaman agama yang mendalam dan dihormati dalam masyarakat. Bahkan, seseorang yang bukan anak kiai tetapi memiliki keilmuan agama yang tinggi dapat pula disebut "gus."

Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. ​​​​​

Source: Others/ew

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan