Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Indonesia

Deflasi 5 bulan beruntun, Bank Indonesia minta masyarakat tidak cemas

Ada kekhawatiran sedang terjadinya penurunan daya beli, terutama di kalangan kelas menengah.

JAKARTA: Bank Indonesia (BI) meminta masyarakat untuk tidak khawatir terkait deflasi yang saat ini terjadi di Indonesia.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan pada September 2024, melanjutkan tren deflasi selama lima bulan berturut-turut.

Pada Mei 2024, tercatat deflasi sebesar 0,03 persen, yang kemudian meningkat menjadi 0,08 persen pada Juni dan 0,18 persen pada Juli. Pada Agustus, deflasi kembali turun menjadi 0,03 persen, namun kembali meningkat menjadi 0,12 persen pada September.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, menjelaskan bahwa inflasi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cenderung stabil dan masih berada dalam target BI, yaitu di kisaran 1,5 hingga 3,5 persen.

"Ini masih dalam rentang target BI yaitu 2,5 persen plus-minus 1 persen, jadi masih dalam rentang yang diharapkan," kata Juda Agung kepada Kumparan di Kantor Pusat BI, Rabu (2/10).

Juda juga menekankan bahwa deflasi yang terjadi saat ini belum menunjukkan adanya risiko signifikan terhadap pelemahan ekonomi.

Stabilitas inflasi yang masih berada dalam target mencerminkan bahwa perekonomian masih terkendali dan belum memerlukan intervensi kebijakan yang drastis.

"Kami tidak melihat ini sebagai tanda pelemahan ekonomi yang berlebihan," tambahnya.

Sementara itu, Manajer Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Farisan Aufar, mengimbau masyarakat untuk tetap melakukan aktivitas belanja karena hal ini berperan penting dalam mendorong perekonomian nasional.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Jadi, kami berharap masyarakat lebih banyak berbelanja, karena hal tersebut membantu ekonomi," himbaunya.

Di sisi lain, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai bahwa deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut tidak dapat langsung disimpulkan sebagai kepastian terjadinya penurunan daya beli masyarakat.

Namun, deflasi ini terjadi bersamaan dengan peningkatan tren pemutusan hubungan kerja (PHK) sejak 2022 hingga Agustus 2024, serta penurunan rasio pendapatan disposibel terhadap PDB nasional selama 10 tahun terakhir.

Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya penurunan daya beli, terutama di kalangan kelas menengah.

"Memang terlihat adanya tren penurunan daya beli, khususnya di kelas menengah," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (1/10).

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini

Source: Others/ew

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan