‘Mereka ada di hutan, kos-kosan, jalan tol’: Misi mulia Burhan selamatkan bayi-bayi yang terancam dibuang
Setiap 10 bayi yang dibuang di Indonesia, hanya sekitar dua jiwa yang terselamatkan. Burhan Sugiarto mendirikan Bali Baby Home untuk memberi kesempatan hidup bagi mereka yang terancam menjadi bagian dari 80 persen yang meninggal dunia.
Artikel ini adalah bagian dari seri 'Hero adalah Kita'.
GIANYAR, Bali: Gelap mata. Terkadang kekalutan pikiran membuat seseorang melakukan tindakan keji, seperti membuang bayi dari kelahiran yang tidak diinginkan.
Bayi-bayi tidak berdosa ini ditinggalkan di sembarang tempat, berjuang sendirian, menunggu siapa yang menjemput lebih dulu: Sang penolong atau malaikat pencabut nyawa.
Kenyataan pahit inilah yang menggerakkan hati Burhan Sugiarto untuk mendirikan Bali Baby Home di Gianyar, Bali. Yayasan ini adalah sarana penolong bayi-bayi yang terancam dibuang orangtuanya, serta menaungi perempuan dengan kehamilan yang tidak diinginkan.
Misi pria berumur 47 tahun asal Klaten, Jawa Tengah, itu jelas: Memberi kesempatan bagi setiap anak, baik yang telah lahir maupun dalam kandungan, untuk bisa hidup kembali bersama keluarga mereka.
“Bali Baby Home itu preventif,” ungkap Burhan dalam wawancara dengan CNA Indonesia.
Preventif adalah dengan mencegah terjadinya pembuangan bayi serta melindungi ibu dengan kehamilan tidak diinginkan.
"Kami memang tidak fokus untuk adopsi, tapi fokus ke penyelamatan dan mengembalikan anak ke ibu kandung. Saya mempertahankan hak anak dan hak ibu,” jelas Burhan.
Data terbaru Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan terdapat 192 kasus penemuan bayi sepanjang tahun 2023. Angkanya diperkirakan jauh lebih tinggi dari yang tercatat, mengingat banyak kasus yang tak dilaporkan.
Mirisnya, 80 persen bayi yang dibuang ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Artinya, dari sekitar 10 bayi yang ditemukan, hanya dua yang kemungkinan bisa bertahan hidup.
Burhan melalui Bayi Baby Home ingin memberikan kesempatan hidup bagi bayi-bayi yang terancam menjadi bagian dari 80 persen yang berpulang.
"DI HUTAN, KOS-KOSAN, JALAN TOL"
Burhan adalah mantan pemandu wisata berbahasa Prancis di Bali sebelum akhirnya pada 2019 memutuskan mengabdikan dirinya menyelamatkan bayi yang tak diinginkan dan orangtua yang kesulitan melahirkan serta membesarkan anaknya.
Awalnya, dia menyebarkan niatannya itu dari mulut ke mulut. Tapi sayang pandemi COVID-19 menghadang semangatnya berbuat kebaikan. Akhirnya, barulah pada 28 Februari 2022 Bali Baby Home yang didirikannya menampung bayi pertama mereka.
Saat ini, Bali Baby Home menampung sekitar 30 bayi yang berusia hingga tiga tahun. Dia juga memiliki dua yayasan serupa di Semarang dan Yogyakarta, menjadikan total bayi yang dinaungi mereka mencapai 100 jiwa.
Sekitar 30 persen dari bayi yang diterima yayasan sudah kembali ke keluarga mereka.
“Kami evakuasi bayi dari hutan, kos-kosan, bahkan ada di jalan tol. Telat sedikit nyawa mereka bisa melayang,” kata dia.
Pernah suatu kali, dia mendapat informasi adanya bayi yang akan dibuang ibunya di tengah jalan tol Semarang-Pekalongan.
Burhan yang berada di Bali langsung bergerak cepat menggalang timnya untuk segera menuju lokasi. Dalam waktu hanya 30 menit, mereka berhasil menyelamatkan bayi beserta ibunya yang terlihat putus asa.
"Dia (ibunya) menumpang sambil bawa bayi. Dia menangis terus," kata Burhan.
"Kalau bayi menangis itu biasa. Tapi kalau sudah yang menangis ibunya, berarti dia stres, ini yang bahaya karena dia membawa nyawa bayi."
Menurut Burhan, tingginya angka pembuangan bayi antara lain karena dilarangnya aborsi di Indonesia serta pendidikan seks yang kurang memadai sehingga memicu terjadinya pergaulan bebas.
“Kenyataannya (terjadi pergaulan) bebas. Masalahnya di situ. Nyatanya angka aborsi juga tinggi,” kata Burhan.
Menurut laporan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 2023, setiap tahunnya diperkirakan ada 2,4 juta kasus aborsi di Indonesia. Sebanyak 700.000 kasus di antaranya terjadi pada remaja.
Baca kisah-kisah Hero adah Kita lainnya:
Burhan juga kerap merawat kasus perempuan ODGJ (orang dalam gangguan jiwa) yang hamil, entah siapa suaminya. Bersama timnya, Burhan merawat perempuan itu hingga melahirkan.
Ketika hendak dikembalikan ke orangtuanya, keluarga perempuan ODGJ itu menolak sang bayi. "Maunya kan kita kembalikan anak sama ibunya, tapi keluarga malu: ‘Sementara pokoknya kita terima ibunya tapi enggak terima anaknya’,” kata Burhan seraya menirukan perkataan keluarga tersebut.
Ini bukan pertama kali penolakan keluarga sang ibu dialami Burhan. "Ditolak mentah-mentah juga ada. Kami bertemu keluarga besar, kaya lho," kata dia.
DUKUNGAN MASYARAKAT BALI DAN TURIS ASING
Setiap harinya, Bali Baby Home menerima pengunjung dan relawan yang membawa donasi serta berinteraksi dengan bayi-bayi.
Saat CNA Indonesia tiba di lokasi pada November lalu sekitar pukul 09.30 WITA, barang-barang donasi berupa telur, popok dan kebutuhan pokok lainnya sudah berderet rapi di pelataran.
Sekitar 15 orang relawan ketika itu datang untuk menghabiskan waktu untuk merawat dan bermain bersama bayi-bayi asuhan Burhan.
Salah satunya adalah Maria Costa, 26, sarjana psikologi asal Argentina yang sengaja datang ke Bali untuk menimba pengalaman mengasuh bayi di rumah suaka itu.
“Saya kira saya akan terharu berada di sini. Tapi setelah saya datang, saya menyaksikan betapa bayi-bayinya murah senyum dan saling menyayangi satu sama lain, sehingga saya merasa gembira,” kata Maria yang pernah bekerja dengan organisasi kemanusiaan Palang Merah di Spanyol.
“Saya benar-benar menyayangi mereka. Mereka bahkan tahu nama saya sekarang.”
Peran relawan seperti Maria dan para donatur amat penting bagi keberlanjutan Bali Baby Home. Dukungan masyarakat Bali maupun turis asing sejauh ini menurut Burhan “luar biasa”.
“Pertama sih plan saya memang ingin membiayai sendiri, tapi setelah lebih dari 10 bayi, sudah enggak sanggup pakai uang saya pribadi," kata Burhan.
"Mulai utang, akhirnya teman-teman minta untuk open visit biar masyarakat tahu. Banyak yang mulai datang ke sini sampai sekarang,” lanjut dia.
Selain relawan, saat ini dia juga telah mempekerjakan 33 staf di ketiga yayasannya.
“Memang awal-awal terlalu single fighter. Enggak tahu juga waktu itu kok saya bisa sehat, padahal tidur cuma dua-tiga jam per hari. Baru mau tidur, bayi nangis, bikin susu, ganti pampers. Itu setiap hari saya sendiri.
“Terus akhirnya enggak mampu, mulai (mempekerjakan) pegawai,” ia berkisah.
Burhan juga memiliki usaha di bidang teknologi informasi (IT) yang pemasukannya disisihkan untuk yayasan.
“Semakin banyak yang bantu kami. Sudah hampir delapan bulan saya enggak ngajuin utang. Ada perkembangan. Nanti bisa ditutup sama pendapatan saya di IT untuk utang-utangnya. Saya sudah enggak utang lagi, itu sudah bersyukur sekali,” kata dia.
KEBAIKAN DAN DIDIKAN ORANGTUANYA
Atas usahanya menyelamatkan anak-anak bangsa, Burhan telah mendapat penghargaan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Tahun lalu, Bali Baby Home menerima Anugerah KPAI 2023 kategori Lembaga Masyarakat Peduli Anak.
Burhan mengaku masih memiliki mimpi yang lebih besar lagi, yaitu membuka yayasan di daerah lainnya.
Ia menyebutkan sudah ada beberapa provinsi yang meminta Burhan untuk mendirikan yayasan di wilayah mereka, termasuk di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
“Harapan saya ke depan, jadi semakin banyak tahu, orang akan makin membicarakan hal ini,” Burhan menambahkan.
Dia mengaku terinspirasi dari kedua orangtuanya dalam menebar kebaikan kepada sesama. Dahulu, ayah Burhan bekerja sebagai kepala desa di Jatinom, Klaten, sedangkan ibunya bekerja sebagai guru.
“Kalau sampai ada warga enggak bisa makan, itu salahnya kepala desa. Kerjaan saya (dengan) saudara-saudara saya itu biasa mengirim beras untuk orang-orang yang enggak bisa makan,” ujarnya.
“Saya dididik dari kecil kayak begitu, bukan sesuatu yang baru. Jadi memang berbuat baik sudah ditanamkan, diajarkan orangtua (sehingga masuk) alam bawah sadar harus seperti ini.”
Menurut Burhan, di zaman ini, banyak orang berkelebihan yang rakus dan “tidak tahu manisnya ketika bisa berbuat baik”.
Didikan orangtuanya itu membuat Burhan akhirnya memutuskan untuk mengabdi untuk kebaikan, sekaligus sebagai rasa syukur atas apa yang diberikan Tuhan kepada dirinya.
“Memang mereka (bayi-bayi) adalah manusia yang mungkin tidak diharapkan hidupnya, tapi mereka adalah titipan Tuhan untuk saya,” kata Burhan sambil terisak.
“Dan ini kesempatan saya untuk menjadikan mereka manusia yang berguna, membawa kebahagian ke depan untuk hidupnya.”
Dia juga menaruh harapan akan masa depan yang lebih baik, sehingga suatu hari nanti yayasannya tidak diperlukan karena tidak ada lagi bayi-bayi yang dibuang.
“Cita-cita saya yang utopis ya Bali Baby Home ditutup, karena enggak ada lagi bayi yang berpotensi terancam atau terlantar. Mungkin itu seperti mimpi,” ujar Burhan.
'Hero adalah Kita' adalah seri tulisan yang mengangkat kisah inspiratif dari pahlawan sehari-hari di Indonesia. CNA Indonesia menyoroti individu-individu yang berdedikasi tulus demi kebaikan masyarakat dan lingkungan di sekitar mereka.
Seri ini adalah bentuk apresiasi kami kepada mereka yang sering kali tidak terlihat namun berdampak besar bagi banyak orang. Ayo sama-sama kenali dan hargai para pahlawan di sekitar kita, karena Hero adalah Kita!
Kenal sosok pahlawan di sekitarmu yang telah membantu masyarakat? Beri tahu kami lewat email di cnaindonesia [at] mediacorp.com.sg.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya.