Analisis: Mengapa sosok ketum Golkar penting bagi Jokowi dan Prabowo?
Menurut para pengamat, mundurnya Airlangga Hartarto sebagai ketum Golkar akan menguntungkan bagi Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
JAKARTA: Mundurnya Airlangga Hartarto sebagai ketua umum Partai Golongan Karya (Golkar) mengejutkan banyak pihak. Namun para pengamat mengatakan, mundurnya Airlangga akan menguntungkan Presiden Joko Widodo dan presiden terpilih Prabowo Subianto, namun merugikan bagi demokrasi Indonesia.
Airlangga yang seharusnya menjabat hingga Desember tahun ini, menyatakan mundur pada 11 Agustus lalu. Dia telah menjabat ketum Golkar sejak 2017 dan saat ini memegang posisi menteri koordinator perekonomian Indonesia.
Airlangga, 61, mengatakan alasan mundurnya adalah untuk memastikan stabilitas transisi pemerintahan. Namun para pengamat meyakini, ada "kekuatan luar" yang memaksa dia untuk mundur.
Golkar adalah partai kedua terbesar Indonesia. Didirikan pada 1971, Golkar telah menjadi partai berkuasa selama hampir tiga dekade sampai Presiden Soeharto mundur pada peristiwa reformasi 1998.
Sejak saat itu, Golkar selalu menyelaraskan diri dengan penguasa di Indonesia. Kepemimpinan Golkar kerap berubah seiring perubahan pemerintahan, kata Aditya Perdana, dosen politik di Universitas Indonesia.
Namun kali ini "tidak ada yang mengira akan secepat ini," kata Aditya, merujuk pada Airlangga yang mundur sebelum Prabowo dilantik pada 20 Oktober mendatang.
"Bisa jadi ... dua orang yang punya kekuatan ingin ini terjadi lebih cepat."
Ditanya soal siapa kedua orang itu, Aditya mengatakan: "Tentu saja Jokowi dan Prabowo. Karena kita berbicara tentang masa transisi, dan presiden saat ini dan masa datang sama-sama punya kuasa.
"Jadi mereka perlu Golkar dengan sosok yang bisa mendukung mereka dalam lima tahun ke depan, terutama Prabowo."
Dua politisi Golkar yang dekat dengan Jokowi, disebut-sebut akan ditunjuk calon ketua partai menggantikan Airlangga, yaitu: Bahlil Lahadalia, menteri energi dan sumber daya mineral (ESDM), dan Agus Gumiwang Kartasasmita, menteri perindustrian Indonesia.
Agus ditunjuk sebagai pelaksana tugas (Plt) Ketum Golkar pada Selasa lalu. Sementara Bahlil diproyeksi akan dipilih sebagai ketua umum pada musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) Golkar pada 20 Agustus.
MENGAPA SOSOK KETUM GOLKAR PENTING BAGI PRABOWO DAN JOKOWI?
Para ahli mengatakan bahwa mendapatkan dukungan dari pemimpin Golkar akan memudahkan pemerintahan Prabowo kelak. Saat ini, Prabowo juga memimpin Gerindra, partai ketiga terbesar yang memenangi pemilu Februari lalu.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sampai saat ini belum mengindikasikan akan bergabung dengan koalisi pemerintahan atau oposisi.
Sementara bagi Jokowi, posisi Golkar semakin penting setelah hubungannya dengan PDIP merenggang. Awal tahun ini, berbagai laporan menyebutkan bahwa Golkar akan menjadi tempat Jokowi untuk mempertahankan pengaruh politiknya setelah lengser.
Majalah Tempo menuliskan, jika Bahlil menjadi ketum Golkar, maka Jokowi berkesempatan memimpin dewan penasihat Golkar.
MENGAPA AIRLANGGA HARUS MUNDUR?
Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga telah menjadi bagian dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang bersama dengan Gerindra dan Partai Amanat Nasional (PAN) berhasil mengantarkan Prabowo memenangi pemilu presiden pada Februari lalu. Mengingat jasanya, lantas mengapa dia harus mundur?
Para pengamat mengatakan, mundurnya Airlangga ada kaitannya dengan pemilihan kepala daerah pada 27 November mendatang. Aditya meyakini, Airlangga membuat Prabowo dan Jokowi tidak senang terkait komentarnya sebelumnya.
"Sekarang mereka mengincar pilkada, agar KIM dapat menjadi bagian dari pemerintahan daerah.
"Jika kita cermati, Golkar bermanuver pada pilkada ini ... dan saya yakin dua orang yang berkuasa itu tidak senang," kata Aditya merujuk pada Prabowo dan Jokowi.
Dalam beberapa bulan terakhir, banyak yang menduga bahwa Golkar akan mengusung mantan gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk ikut dalam pemilihan gubernur Jakarta.
Spekulasi juga bermunculan soal Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi yang berusia 29, akan maju dalam pilgub tahun ini. Namun berbagai survei menunjukkan Kaesang tidak akan menang.
Nama Kaesang lantas kembali muncul untuk menjadi wakil gubernur Jakarta.
Awal bulan ini, Airlangga mengatakan bahwa Ridwan Kamil akan maju di Jakarta. Beberapa hari kemudian, Airlangga mengatakan wakil Ridwan nantinya adalah seseorang berinisial S. Pernyataan Airlangga membuat kesempatan Kaesang untuk menjadi cawagub Jakarta kian pupus.
Sehari sebelum mundur, Kejaksaan Agung memanggil Airlangga untuk menjalani pemeriksaan pada 13 Agustus.
Tahun lalu, dia diperiksa oleh Kejaksaan Agung terkait penyelidikan kasus korupsi izin ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya pada 2021 dan 2022. Ketika itu, Indonesia mengalami kesulitan pasokan minyak goreng dan pengiriman dibatasi. Tempo melaporkan, Airlangga mundur terkait kasus tersebut.
Pengamat menduga, Airlangga "disandera" dengan ancaman tindakan hukum lebih lanjut jika ia tidak mengundurkan diri.
"Karakteristik menggulingkan seorang pemimpin di Indonesia adalah dengan memberikannya tekanan terkait pelanggaran hukum - hukum menjadi senjata politik," kata Nicky Fahrizal, pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
"Sepertinya ini situasi sandera politik dan tidak baik untuk demokrasi," kata Aditya.
"Ini adalah politik transaksional. Ada tawar menawar di sini."
BAGAIMANA KARIER AIRLANGGA BERIKUTNYA?
Para pengamat mengatakan, mundurnya Airlangga dari ketum Golkar tidak akan menghentikan karier politiknya.
Ayahnya, Hartarto Sastrosoenarto, adalah menteri pada masa rezim Soeharto dan, sebelum menjadi menteri koordinator pada masa jabatan kedua Jokowi sejak 2019, ia adalah menteri perindustrian selama tiga tahun.
Sebelum memasuki dunia politik, ia adalah seorang komisaris di berbagai perusahaan.
Menjelang pemilihan presiden Februari lalu, Airlangga sempat digadang menjadi capres dari Golkar. Namun tingkat popularitasnya rendah, di bawah 10 persen.
Dia juga sempat disebut akan menjadi capres mendampingi Prabowo, tapi ternyata digeser oleh Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi.
Pengamat politik Ujang Komarudin dari Universitas Al Azhar mengatakan bahwa mundurnya Airlangga kemungkinan tidak akan berakibat fatal bagi karier politiknya.
“Politik itu jatuh berkali-kali, tapi juga bangkit berkali-kali. Anda tidak akan mati hanya sekali dalam politik.
“Jadi jika ada rezim atau kekuasaan baru, Anda bisa bereinkarnasi,” katanya.
Namun Ujang mengatakan, itu semua tergantung dari apakah Airlangga akan menjadi bagian dari kabinet Prabowo kelak.
"Saya kira tidak akan, tapi kita lihat saja nanti."
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.