Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Indonesia

47% golput di Pilkada DKI Jakarta 2024, meroket hampir 25%, tertinggi dalam sejarah

Seperempat pemilih yang memilih pada Pilkada DKI 2017 memilih golput tidak menggunakan hak suaranya pada Pilkada DKI 2024

47% golput di Pilkada DKI Jakarta 2024, meroket hampir 25%, tertinggi dalam sejarah
Seorang petugas pemilu menunjukkan surat suara saat menghitung suara Pilkada DKI Jakarta 2024 (Reuters)

JAKARTA: Jumlah golongan putih (golput) pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024 mencatatkan rekor angka tertinggi sepanjang sejarah.

Partisipasi pemilih pada Pilgub kali ini menurut data terbaru yang dihimpun hanya mencapai 4.357.512 suara, sementara jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) tercatat 8.214.007.

Artinya, tingkat partisipasi pemilih di Jakarta hanya 53,05 persen, sementara 46,95 persen lainnya memilih golput.

Angka golput yang mencapai hampir 47 persen ini meroket hampir 25 persen dibanding Pilkada DKI Jakarta 2017, yang ironisnya mencatatkan angka golput terendah dalam sejarah.

Hal ini berarti seperempat pemilih yang memilih pada Pilkada DKI 2017 memilih golput tidak menggunakan suaranya pada Pilkada DKI 2024

Pilkada 2017 yang diwarnai kontroversi isu suku dan agama serta kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mencatatkan partisipasi tertinggi dalam sejarah yaitu sebesar 75,64 persen pada putaran pertama dan 77,02 persen pada putaran kedua.

Debat Pilkada DKI 2017 antara Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat melawan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. (Antara via Reuters)

Sejak Pilgub Jakarta 2007, di mana pemilih pertama kali memilih secara langsung gubernur dan wakil gubernur, angka partisipasi terus mengalami fluktuasi.

Pada Pilkada pertama tersebut, angka partisipasi tercatat 65,41 persen.

Pada Pilkada 2012, yang dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ahok, persentase pemilih mencapai 63,62 persen pada putaran pertama dan meningkat tipis menjadi 66,71 persen pada putaran kedua.

Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Astri Megatari, mengatakan bahwa fenomena serupa terjadi di beberapa daerah lain.

"Berbagai upaya sudah kami lakukan dalam hal sosialisasi dan penyampaian informasi kepada masyarakat, namun rendahnya partisipasi ini akan menjadi bahan evaluasi kami ke depan," ujar Astri, dilansir dari Kumparan pada Kamis (28/11).

Ketua KPU DKI Jakarta, Wahyu Dinata, menambahkan bahwa Pilkada biasanya cenderung memiliki tingkat partisipasi yang lebih rendah dibandingkan dengan Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif.

Tingkat partisipasi yang rendah juga mendapat perhatian dari sejumlah tokoh, termasuk Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla.

JK menyebutkan bahwa gerakan untuk mencoblos semua tiga pasangan calon mungkin memengaruhi keputusan pemilih untuk memilih golput.

Sementara itu pemenang Pilkada DKI 2024, Pramono Anung, menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia sudah lelah dengan banyaknya gelaran pemilu dan menginginkan agar kontestasi politik segera berakhir.

Pramono Anung (kiri) dan Rano Karno adalah kandidat PDIP untuk pemilihan gubernur Jakarta. (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

Menurutnya, jadwal yang berdekatan antara Pileg, Pilpres, dan Pilkada 2024 menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya partisipasi pemilih.

"Masyarakat sudah ingin pemilu ini segera berakhir," ucap Pramono dilansir dari Kompas.com.

📢 Kuis CNA Memahami Asia, eksklusif di saluran WhatsApp CNA Indonesia, sudah dimulai. Ayo uji wawasanmu dan raih hadiah menariknya! 

Cek info selengkapnya di sini: https://www.cna.id/kuis-info

Source: Others/ew

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan