Mengenal Zohran Mamdani, wali kota Muslim pertama di kota New York
Dikenal karena pro-rakyat kecil dan giat mengkritisi genosida di Gaza, Mamdani tumbuh dari musisi menjadi seorang politisi kawakan.
Calon walikota New York City dari Partai Demokrat, Zohran Mamdani, melambaikan tangan kepada para pendukungnya setelah memenangkan pemilihan wali kota New York City tahun 2025, 4 November 2025. (Foto: Reuters/Jeenah Moon)
WASHINGTON: Zohran Mamdani, 34, memenangkan pemilihan wali kota New York pada Selasa (4/11), menandai lonjakan karier luar biasa dari seorang legislator negara bagian yang sebelumnya kurang dikenal menjadi salah satu tokoh Partai Demokrat paling menonjol di Amerika Serikat.
Mamdani akan menjadi Muslim pertama yang memimpin salah satu kota terbesar di AS itu. Ia mengalahkan mantan Gubernur Andrew Cuomo, 67, yang maju sebagai calon independen setelah kalah dari Mamdani dalam pemilihan pendahuluan Demokrat.
Lahir di Uganda dari keluarga keturunan India, Mamdani telah tinggal di AS sejak berusia tujuh tahun. Ia resmi menjadi warga negara AS pada 2018.
Dikutip dari AFP, Mamdani adalah putra dari sutradara ternama Mira Nair (Monsoon Wedding, Mississippi Masala) dan akademisi terkemuka asal Uganda, Mahmood Mamdani, yang dikenal luas sebagai pakar Afrika. Latar belakang keluarganya membuat sebagian pengkritik menyebutnya sebagai “nepo baby”.
Mengikuti jejak banyak anak muda dari keluarga liberal elite, Mamdani bersekolah di Bronx High School of Science, lalu melanjutkan pendidikan ke Bowdoin College di Maine, yang dikenal sebagai pusat pemikiran progresif di kalangan universitas liberal Amerika.
Pada 2015, dia sempat mencoba peruntungan di dunia musik dengan menjadi penyanyi rap dengan nama Young Cardamom, terinspirasi oleh grup hip-hop Das Racist yang beranggotakan dua musisi keturunan India dan dikenal kerap menyuarakan budaya Asia Selatan.
Upayanya menembus dunia musik profesional tidak bertahan lama. Ia kemudian menyebut dirinya sebagai “seniman kelas dua” yang akhirnya beralih ke dunia politik.
Ketertarikan Mamdani pada dunia politik bermula ketika ia mengetahui rapper Himanshu Suri, yang dikenal dengan nama panggung Heems, mendukung salah satu kandidat dewan kota. Ia kemudian bergabung dengan kampanye itu sebagai aktivis muda.
Setelahnya, Mamdani bekerja sebagai konselor pencegahan penyitaan rumah, membantu warga berpenghasilan rendah di New York agar tidak kehilangan rumah mereka.
Pada 2018, ia terpilih sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York dari wilayah Queens, kawasan dengan penduduk mayoritas kelas pekerja dan imigran dari berbagai negara.
PEMILIH YANG KECEWA
Ia membangun citra sebagai seorang Muslim progresif yang tidak segan menghadiri Pride Parade dan dekat dengan kelompok masyarakat marjinal.
Dalam kampanye wali kota, Mamdani menjadikan isu keterjangkauan hidup sebagai fokusnya, dengan janji menjadikan New York kota layak dihuni bagi semua, bukan hanya bagi yang kaya.
Ia berjanji memperluas kebijakan pengendalian sewa, menyediakan penitipan anak dan bus gratis, serta membuka toko bahan pangan milik pemerintah kota di lingkungan warga berpenghasilan rendah.
Mamdani juga dikenal sebagai pendukung kuat perjuangan Palestina. Ia pernah menyebut Israel sebagai “rezim apartheid” dan menggambarkan perang di Gaza sebagai “genosida”, sikap yang memicu kritik dari sebagian komunitas Yahudi di New York.
Dalam sebuah wawancara saat kampanye, Mamdani bahkan berjanji akan memenjarakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika datang ke New York.
Pada November 2024, Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan perintah penangkapan untuk Netanyahu atas serangan brutal Israel di Gaza.
Di sisi lain, Mamdani juga secara terbuka mengecam antisemitisme, sekaligus menyoroti Islamofobia yang pernah ia alami sendiri.
Presiden Donald Trump di hari pemilihan wali kota menyerang Mamdani melalui media sosial, menyebutnya sebagai “komunis kecil” dan “pembenci Yahudi sejati”, serangan yang langsung dibantah oleh tim kampanyenya.
Dalam pidato kemenangannya, Mamdani tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyerang balik Trump.
“Jika ada yang bisa menunjukkan kepada masyarakat yang dikhianati Donald Trump bagaimana cara mengalahkannya, maka itu adalah kota yang melahirkannya. Dan jika ada cara untuk membuat seorang tiran takut, adalah dengan menghancurkan keadaan yang dulu membuatnya bisa menumpuk kekuasaan,” kata Mamdani di hadapan para pendukungnya seperti dikutip dari Reuters
“Jadi, Donald Trump—karena saya tahu Anda sedang menonton—saya hanya punya empat kata untuk Anda: Kami akan bersuara keras.”
Menurut profesor ilmu politik dari Northeastern University, Costas Panagopoulos, Mamdani merupakan sosok “orang luar” di tubuh politik arus utama.
“Ia berhasil menggerakkan para pemilih yang kecewa dan mereka yang merasa tidak terwakili oleh sistem politik yang ada—pemilih yang menilai elite saat ini mengabaikan kebutuhan dan aspirasi mereka,” kata Panagopoulos, dikutip AFP.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.