Pilpres AS: Presiden sebenarnya tidak dipilih langsung, kunci kemenangan ada di Electoral College
Hillary Clinton memenangkan suara rakyat pada Pilpres 2016 namun gagal menjadi presiden perempuan pertama AS karena kalah electoral vote melawan Donald Trump.
SINGAPURA: Amerika Serikat akan menggelar Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 5 November mendatang, dalam rangkaian pesta demokrasi empat tahunan negara adidaya itu.
Pilpres tahun ini mempertemukan calon dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, yang berpasangan dengan Gubernur Minnesota, Tim Walz, melawan kandidat dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, yang didampingi Senator Ohio, JD Vance.
Meski pilpres AS selalu menjadi perhatian dunia, tidak banyak yang menyadari bahwa sistem pemilihan di AS berbeda dengan yang diterapkan di Indonesia atau negara-negara lain yang menerapkan pemilihan presiden langsung.
Di Amerika Serikat, suara langsung dari rakyat (popular vote) bukanlah penentu kemenangan.
Sebaliknya, pemilih sebenarnya di TPS memilih sekelompok elector di setiap negara bagian, yang kemudian berkumpul menjadi Electoral College atau Dewan Elektoral.
APA ITU ELECTORAL COLLEGE?
Elector adalah perwakilan pemilih dari tiap negara bagian.Â
Jumlah elector dari setiap negara bagian berbeda-beda, tergantung pada populasi penduduknya.
Negara bagian dengan populasi besar, seperti California, memiliki 55 elector, sementara negara bagian berpenduduk sedikit seperti Dakota Selatan, Dakota Utara, Alaska, dan Wyoming hanya memiliki 3 elector.
Washington DC, meski bukan negara bagian, juga mendapat alokasi 3 elector.
Secara total, ada 538 elector di AS, terdiri dari 535 dari 50 negara bagian dan 3 dari Washington DC.
Untuk memenangkan pilpres, seorang kandidat harus memperoleh minimal 270 electoral vote.
Sebanyak 48 negara bagian menerapkan sistem winner-takes-all, di mana kandidat yang menang popular vote di suatu negara bagian akan mendapatkan seluruh suara elector dari negara bagian tersebut.
Misalnya, jika kandidat A memenangkan suara langsung mayoritas rakyat di Pennsylvania, yang memiliki 19 electoral vote, maka seluruh 19 suara elektoral tersebut akan diberikan kepada kandidat tersebut.
Dua negara bagian, yakni Nebraska dan Maine, menggunakan sistem proporsional. Di kedua negara bagian ini, suara elector dibagi berdasarkan proporsi hasil popular vote.
Pertemuan Dewan Elektoral untuk menentukan pemenang pilpres berlangsung beberapa minggu setelah hari pemilihan.
Dalam sejarah AS, tercatat lima pilpres di mana pemenang popular vote tidak berhasil menjadi presiden karena kalah di Electoral College.
Yang terakhir pada Pilpres 2016, ketika Donald Trump kalah hampir 3 juta suara dari Hillary Clinton dalam popular vote. Meski demikian, Trump berhasil menjadi presiden karena unggul di Electoral College 304 melawan 227.
Sistem Electoral College ini sering menuai perdebatan karena dianggap bisa mengabaikan kehendak mayoritas rakyat. Namun, hingga kini, sistem tersebut tetap menjadi mekanisme pemilihan presiden di Amerika Serikat.
Kuis CNA Memahami Asia eksklusif di saluran WhatsApp CNA Indonesia putaran pertama sudah dimulai! 👀
đź”—Â Ayo uji wawasanmu dan raih hadiahnya, ikuti kuisnya di sini:Â https://cna.asia/482mVCl