Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Dunia

Waspada! Pemanasan global melebihi 1,5°C untuk pertama kalinya di tahun 2024

Tahun 2024 memecahkan rekor terpanas dunia sejak pencatatan dimulai, dan masing-masing dari 10 tahun terakhir termasuk dalam 10 tahun terpanas yang pernah tercatat.

Waspada! Pemanasan global melebihi 1,5°C untuk pertama kalinya di tahun 2024

Pengungsi kebakaran hutan berpelukan, California, AS, 8 Januari 2025. (Foto: REUTERS/David Swanson)

10 Jan 2025 12:31PM (Diperbarui: 10 Jan 2025 12:53PM)

BRUSSELS: Dunia baru saja melewati tahun penuh pertama di mana suhu global melampaui 1,5 derajat Celsius di atas masa pra-industri, kata para ilmuwan pada hari Jumat (10/1).

Tonggak sejarah tersebut dikonfirmasi oleh Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) Uni Eropa yang mengatakan bahwa perubahan iklim mendorong suhu planet ke tingkat yang belum pernah dialami oleh manusia modern sebelumnya.

Lintasan tren pemanasan global "sungguh luar biasa", kata direktur C3S Carlo Buontempo kepada Reuters. Ditambahnya lagi, setiap bulan pada 2024 mencapai suhu yang paling atau kedua terhangat untuk bulan tersebut sejak pencatatan dimulai.

Suhu rata-rata planet pada tahun 2024 adalah 1,6 derajat Celsius lebih tinggi daripada 1850-1900, yaitu "periode pra-industri" sebelum manusia mulai membakar bahan bakar fosil yang mengeluarkan CO2 dalam skala besar.

Tahun lalu merupakan tahun terpanas di dunia sejak pencatatan dimulai, dan masing-masing dari 10 tahun terakhir termasuk di antara 10 tahun terpanas yang pernah tercatat.

Di Singapura, tahun 2024 menjadi tahun terhangat bersamaan dengan tahun 2019 dan 2016, Badan Meteorologi Singapura melaporkan pada hari Jumat.

Badan Meteorologi Inggris mengonfirmasi kemungkinan kenaikan suhu yang melampaui 1,5 derajat Celsius pada tahun 2024, sementara ilmuwan AS juga akan menerbitkan data iklim 2024 mereka pada hari Jumat.

Pemerintah-pemerintah dunia telah berjanji dalam Perjanjian Paris 2015 untuk mencoba mencegah suhu rata-rata melebihi 1,5 derajat Celsius demi menghindari bencana iklim yang lebih parah dan merugikan.

Tahun pertama di atas 1,5 derajat Celsius belum melanggar target tersebut yang berdasarkan suhu rata-rata jangka panjang.

Buontempo mengatakan meningkatnya emisi gas rumah kaca berarti dunia berada dalam jalur tren untuk segera melampaui target Paris - tetapi negara-negara dunia belum terlambat untuk segera memangkas emisi guna menghindari pemanasan ke tingkat yang membawa bencana.

"Urusan ini belum selesai. Kita punya kekuatan untuk mengubah arah mulai sekarang," kata Buontempo.

Dampak perubahan iklim kini terlihat di setiap benua, memengaruhi orang-orang dari negara terkaya hingga termiskin di bumi.

Terkini, kebakaran hutan yang berkobar di California minggu ini telah menewaskan sedikitnya lima orang dan menghancurkan ratusan rumah.

Pada tahun 2024, Bolivia dan Venezuela juga mengalami kebakaran hebat, sementara banjir besar melanda Nepal, Sudan, dan Spanyol; dan gelombang panas melanda Meksiko dan Arab Saudi menewaskan ribuan orang.

Perubahan iklim memperburuk badai dan hujan lebat, karena atmosfer yang lebih panas dapat menampung lebih banyak air yang menyebabkan hujan deras. Jumlah uap air di atmosfer planet ini mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024.

Namun, meskipun biaya bencana ini meningkat, kemauan politik untuk berinvestasi dalam mengekang emisi telah berkurang di beberapa negara.

Presiden terpilih AS Donald Trump, yang akan menjabat mulai 20 Januari, telah menyebut perubahan iklim sebagai tipuan, meskipun ada konsensus ilmiah global bahwa perubahan iklim disebabkan oleh manusia dan akan memiliki konsekuensi yang parah jika tidak ditangani.

AS mengalami 24 bencana iklim dan cuaca pada tahun 2024 dengan biaya kerusakan melebihi US$1 miliar (Rp16,2 triliun), termasuk Badai Milton dan Helene, menurut Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional.

Chukwumerije Okereke, seorang profesor tata kelola iklim global di Universitas Bristol Inggris, mengatakan rekor 1,5 derajat Celsius seharusnya menjadi "peringatan keras bagi para aktor politik utama untuk bertindak bersama".

"Terlepas dari semua peringatan yang telah diberikan para ilmuwan, negara-negara ... terus gagal memenuhi tanggung jawab mereka," katanya kepada Reuters.

Konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, gas rumah kaca utama, mencapai titik tertinggi baru sebesar 422 bagian per juta pada tahun 2024, kata C3S.

Zeke Hausfather, seorang ilmuwan peneliti di organisasi nirlaba AS, Berkeley Earth, mengatakan bahwa ia memperkirakan tahun 2025 akan menjadi salah satu tahun terpanas yang pernah tercatat, tetapi kemungkinan tidak akan menduduki peringkat teratas.

Penyebabnya adalah faktor El Nino yang mendorong kenaikan suhu pada awal tahun 2024, sementara pola cuaca sekarang cenderung mengarah ke La Nina yang lebih dingin.

"Tahun ini masih akan berada di tiga besar tahun terpanas," katanya.

Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. ​​​​​

Source: Reuters/jt

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan