Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Dunia

Paus Leo dari AS pernah kritik Trump dan Vance, kaum MAGA menggerutu

"Mendapatkan seorang paus dari Amerika Serikat adalah kehormatan besar," kata Presiden AS Donald Trump.

Paus Leo dari AS pernah kritik Trump dan Vance, kaum MAGA menggerutu

Halaman depan New York Times tertanggal 9 Mei 2025 terlihat di sebuah ruang surat setelah Paus Leo XIV terpilih sebagai Paus Amerika pertama di New York City, AS, 8 Mei 2025. (Foto: REUTERS/Adam Gray)

09 May 2025 11:06AM (Diperbarui: 09 May 2025 11:07AM)

WASHINGTON: Sebelum menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik, paus pertama kelahiran Amerika Serikat ini tidak segan mengkritik Presiden Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance lewat media sosial. Hal ini langsung menariknya ke dalam pusaran politik AS yang terbelah begitu ia terpilih sebagai paus pada Kamis (8/5).

Paus Leo XIV, yang terpilih oleh para kardinal untuk menggantikan mendiang Paus Fransiskus, memiliki sejumlah unggahan bernada kritik terhadap kebijakan para pemimpin Partai Republik itu melalui akun X atas nama Robert Prevost, nama aslinya sebelum menjabat sebagai paus.

Unggahan-unggahan tersebut segera menuai reaksi tajam pada Kamis dari para pendukung garis keras Trump, termasuk aktivis konservatif Laura Loomer, bahkan ketika Trump sendiri menyatakan kebanggaan karena seorang Amerika kini memimpin Vatikan.

"Mendapatkan seorang paus dari Amerika Serikat adalah kehormatan besar," ujar Trump di Gedung Putih. Ketika ditanya apakah ia akan bertemu Leo, Trump mengatakan, "mereka sudah menelepon".

Pejabat Gedung Putih tidak memberikan komentar atas kritik yang muncul dari akun Prevost. Staf Gedung Putih bersorak ketika mengetahui pemilihan paus kelahiran Amerika tersebut lewat siaran televisi pada Kamis.

Pada bulan Februari, Prevost pernah membagikan kembali sebuah artikel berjudul, JD Vance Salah: Yesus Tidak Meminta Kita Beri Peringkat Pada Sesama yang Kita Kasihi.

Pada bulan April, ketika Trump bertemu Presiden El Salvador Nayib Bukele guna membahas penggunaan penjara—yang diduga telah menjadi pelanggaran HAM—untuk menahan terduga anggota geng yang diterbangkan dari AS, Prevost juga membagikan komentar yang menyatakan: "Tidakkah kalian melihat penderitaan ini? Tidakkah hati nurani kalian terganggu?"

Reuters belum dapat mengonfirmasi secara independen siapa pengelola akun tersebut, yang unggahan pertamanya muncul pada 2011. Reuters telah menghubungi pihak Vatikan, Keuskupan Katolik Roma di Chiclayo, Peru—tempat Prevost bertugas selama bertahun-tahun—dan Kedutaan Besar Peru untuk Takhta Suci guna memastikan keaslian akun tersebut, yang memiliki nama pengguna @drprevost dan beberapa kali menyerukan doa untuk mendiang Paus Fransiskus pada bulan-bulan terakhir hidupnya.

Paus Leo diperkirakan akan mengikuti jejak Fransiskus yang dikenal sebagai pembela fakir miskin dan imigran, serta berseberangan dengan pemerintahan Trump. Vance sempat meredakan ketegangan itu setelah bertemu Fransiskus di Vatikan sehari sebelum wafatnya, tetapi perbedaan pandangan mereka tetap signifikan. Fransiskus pernah menyebut kebijakan imigrasi Trump sebagai sesuatu yang memalukan.

Para pendukung gerakan Trump "Buat Amerika Kembali Hebat" (MAGA) bereaksi negatif terhadap terpilihnya Paus Leo.

"Dia anti-Trump, anti-MAGA, mendukung perbatasan terbuka, dan seorang Marxis seperti Paus Fransiskus," tulis Laura di X.

Aktivis sayap kanan Charlie Kirk juga menyampaikan pertanyaan: "Paus Leo XIV: Apakah dia seorang Republikan pro-life dari Chicago, atau globalis pro-perbatasan terbuka yang sengaja dipilih untuk melawan Trump?"

Vance, seorang Katolik, menyatakan keyakinannya bahwa jutaan umat Katolik Amerika dan umat Kristen lainnya akan mendoakan kesuksesan Leo.

"Semoga Tuhan memberkatinya!" tulis Vance di X.

PERBEDAAN POLITIK

Paus baru ini memang memiliki kesamaan dengan tim Trump dalam kebijakan tertentu. Ia menentang aborsi, sebagaimana halnya Trump dan Vance.

Namun, Leo mendukung upaya melawan perubahan iklim, sebagaimana tercermin dalam unggahan yang mengajak para pengikutnya menandatangani petisi iklim Katolik. Trump sendiri menarik AS dari Perjanjian Iklim Paris yang bertujuan menekan pemanasan global.

Ia juga lantang berbicara menentang rasisme. Di tengah gerakan keadilan rasial global tahun 2020 setelah pembunuhan warga kulit hitam George Floyd oleh polisi, Prevost me-retweet serangkaian unggahan yang menyerukan penghapusan prasangka dan kebencian.

"Kita perlu mendengar lebih banyak suara pemimpin Gereja yang secara tegas menolak rasisme dan memperjuangkan keadilan," tulisnya dalam sebuah unggahan pada 30 Mei 2020.

Trump telah menghapuskan kebijakan keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI) dalam pemerintahan federal dan para kontraktornya—alat yang menurut para pendukungnya penting untuk melawan diskriminasi rasial di AS.

Hubungan politik antara Washington dan Vatikan kadang menemukan titik temu, namun kadang juga berselisih tajam.

Presiden Ronald Reagan dan Paus Yohanes Paulus II sama-sama anti-komunis, meski berbeda pandangan soal proliferasi nuklir. Reagan adalah presiden pertama yang menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Takhta Suci.

Paus Yohanes Paulus II pernah mengkritik dukungan Presiden Bill Clinton terhadap hak aborsi, dan menentang keras invasi AS ke Irak pada tahun 2003 di bawah Presiden George W Bush.

Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.

Source: Reuters/jt

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan