Biden kembali blunder, salah sebut Zelenskyy sebagai Putin dan Kamala Harris sebagai Donald Trump
Joe Biden menghadapi tekanan yang semakin tinggi dari partainya sendiri Partai Demokrat untuk mundur dari Pilpres AS yang akan digelar pada 5 November.
WASHINGTON DC: Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menghadapi tekanan yang semakin tinggi untuk mundur dari Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 setelah kembali melakukan blunder politik untuk kesekian kali.
Kali ini, presiden berusia 81 tahun itu salah menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebagai Presiden Rusia Vladimir Putin ketika Zelenskyy sedang berdiri di sampingnya di KTT NATO yang digelar di Washington DC, AS, Kamis (11 Juli).
Seperti diketahui Rusia telah terlibat perang selama 2 tahun lebih dengan Ukraina.
"Dan sekarang saya akan menyerahkan waktu dan tempat kepada Presiden Ukraina, yang memiliki keberanian dan tekad yang kuat. Hadirin sekalian, Presiden Putin,” ucap Biden.
Biden kemudian buru-buru mengoreksi pernyataannya ketika baru bergerak meninggalkan podium.
“Presiden Putin? Dia akan mengalahkan Presiden Putin. Presiden Zelensky. Saya sangat fokus untuk mengalahkan Putin. Begitulah, Pak Presiden," kata Biden memperbaiki keseleo lidahnya.
Hadirin termasuk Zelenskyy dan Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer dibuat terkaget-kaget dengan blunder Biden.
Presiden Perancis Emmanuel Macron kemudian membela Biden dengan mengatakan siapapun bisa saja mengalami keseleo lidah.
Di hari yang sama suami Jill Biden itu kembali blunder setelah menyebut Wakil Presiden Kamala Harris sebagai mantan Presiden Donald Trump dalam konferensi pers dengan wartawan.
"Dengar, saya tidak akan memilih Wakil Presiden Trump untuk menjadi wakil presiden jika dia tidak memenuhi syarat untuk menjadi presiden," tuturnya.
Anggota Partai Demokrat, partai Biden, satu persatu mulai dari anggota DPR, senator, donatur hingga aktor ternama George Clooney mendesaknya untuk mengakhiri pencapresannya setelah penampilan buruk di debat presiden melawan Donald Trump pada 27 Juni lalu.
Sesepuh partai misal mantan Ketua DPR Nancy Pelosi belum terang-terangan meminta Biden menarik diri namun menolak memberikan dukungan terbuka kepadanya untuk tetap melanjutkan pencapresannya.
Partai Demokrat perlahan tapi pasti kehilangan keyakinan dengan kesehatan fisik dan mental Biden serta apakah Biden dapat mengalahkan Trump yang bisa berakibat fatal pada peluang calon-calon Demokrat di pemilihan Kongres AS yang akan digelar pada hari yang sama pada 5 November.
Bahkan dilaporkan oleh The New York Times bahwa sejumlah staf di tim kampanye Biden sudah yakin Trump akan menang dan sedang mencari cara untuk membujuk Biden untuk legowo mundur dari bursa pilpres.
Wakil Presiden Kamala Harris saat ini menjadi favorit terkuat untuk menggantikan Biden jika dia akhirnya memilih menyudahi kampanyenya untuk periode kedua.
Nama-nama lain yang juga disebut adalah Gubernur California Gavin Newsom, Gubernur Michigan Gretchen Whitmer, dan Gubernur Illinois JB Pritzker.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini