Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Dunia

Biden: Israel dan Hizbullah sepakati gencatan senjata

Meskipun ada terobosan diplomatik, pertempuran terus berkecamuk dengan Israel yang secara dramatis meningkatkan kampanye serangan udara di Lebanon, menewaskan sedikitnya 18 orang tewas.

Biden: Israel dan Hizbullah sepakati gencatan senjata

Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato tentang Timur Tengah di Ruang Makan Kenegaraan di Gedung Putih di Washington, AS, 31 Mei 2024. REUTERS/Evelyn Hockstein

27 Nov 2024 09:25AM (Diperbarui: 27 Nov 2024 09:35AM)

WASHINGTON: Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah di Lebanon akan berlaku pada Rabu (27/11) setelah kedua belah pihak menerima perjanjian yang ditengahi oleh Amerika Serikat (AS) dan Prancis, kata Presiden AS Joe Biden pada hari Selasa.

Kesepakatan ini membuka jalan bagi berakhirnya konflik yang telah menewaskan ribuan orang sejak dipicu oleh perang Gaza tahun lalu.

"Ini dirancang untuk menjadi penghentian permusuhan secara permanen," kata Biden.

"Apa yang tersisa dari Hizbullah dan organisasi teroris lainnya tidak akan dibiarkan mengancam keamanan Israel lagi."

Pertempuran akan berakhir pada pukul 4 pagi waktu setempat, katanya.

Biden memberikan sambutannya di Gedung Putih tak lama setelah kabinet keamanan Israel menyetujui perjanjian tersebut dengan suara 10-1.

Ia mengatakan bahwa dirinya telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati.

Israel akan menarik pasukannya secara bertahap selama 60 hari sementara tentara Lebanon mengambil alih wilayah dekat perbatasan dengan Israel untuk memastikan bahwa Hizbullah tidak membangun kembali infrastrukturnya di sana, kata Biden.

"Warga sipil di kedua belah pihak akan segera dapat kembali dengan aman ke komunitas mereka," katanya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut baik penandatanganan kesepakatan tersebut di platform media sosial X, dengan mengatakan bahwa itu adalah "puncak dari upaya yang dilakukan selama berbulan-bulan dengan otoritas Israel dan Lebanon, bekerja sama erat dengan AS".

Mikati dari Lebanon mengeluarkan pernyataan yang menyambut baik kesepakatan tersebut. Menteri Luar Negeri Abdallah Bou Habib sebelumnya mengatakan tentara Lebanon akan siap mengerahkan setidaknya 5.000 tentara di Lebanon selatan dengan ditariknya pasukan Israel.

Netanyahu mengatakan dia siap untuk melaksanakan kesepakatan gencatan senjata dan akan menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran oleh Hizbullah.

Ia mengatakan gencatan senjata akan memungkinkan Israel untuk fokus pada ancaman dari Iran, mengisi kembali persediaan senjata yang menipis dan memberi waktu istirahat kepada tentara, serta mengisolasi Hamas, kelompok militan yang memicu perang di wilayah tersebut ketika menyerang Israel dari Gaza tahun lalu.

Netanyahu turut menghadapi beberapa pertentangan terhadap kesepakatan tersebut dari dalam pemerintahan koalisinya.

"Kami akan menegakkan perjanjian dan menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran. Bersama-sama, kami akan terus berjuang hingga meraih kemenangan," kata Netanyahu.

"Dengan koordinasi penuh dengan AS, kami mempertahankan kebebasan bertindak militer sepenuhnya. Jika Hizbullah melanggar perjanjian atau kembali mencoba mempersenjatai diri, kami akan menyerang dengan tegas."

Netanyahu mengatakan sekutu kelompok militan Palestina Hamas itu jauh lebih lemah daripada saat awal konflik.

"Kita telah memundurkannya (Hizbullah) beberapa dekade, melenyapkan ... para pemimpin utamanya, menghancurkan sebagian besar roket dan misilnya, menetralisir ribuan pejuang, dan meluluhlantakkan infrastruktur teror selama bertahun-tahun di dekat perbatasan kita," katanya.

Koordinator Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Lebanon, Jeanine Hennis-Plasschaert, menyambut baik kesepakatan gencatan senjata dalam sebuah pernyataan, sembari memuji pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut "karena memanfaatkan kesempatan untuk menutup babak yang menghancurkan ini".

"Sekaranglah saatnya untuk mewujudkan, melalui tindakan konkret, untuk mengonsolidasikan pencapaian hari ini."

Seorang pejabat senior AS, yang memberi pengarahan kepada wartawan dengan syarat anonim, mengatakan AS dan Prancis akan bergabung dengan mekanisme dengan pasukan penjaga perdamaian UNIFIL yang akan bekerja dengan tentara Lebanon untuk mencegah potensi pelanggaran gencatan senjata. Pasukan tempur AS tidak akan dikerahkan, kata pejabat itu.

Gencatan senjata Lebanon terjadi setelah perubahan sikap di kedua belah pihak pada akhir Oktober, kata pejabat tersebut.

Biden, yang akan mengakhiri jabatannya pada bulan Januari, mengatakan pemerintahannya akan terus mendorong gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza yang sulit dicapai dan kesepakatan pembebasan sandera, serta kesepakatan untuk menormalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi.

BENTROK BERLANJUT PADA HARI SELASA

Meskipun ada terobosan diplomatik, pertempuran terus berkecamuk dengan Israel yang secara dramatis meningkatkan kampanye serangan udara di Beirut dan bagian-bagian lain Lebanon. Otoritas kesehatan melaporkan sedikitnya 18 orang tewas.

Militer Israel mengatakan mereka menyerang "komponen-komponen manajemen dan sistem keuangan Hizbullah" termasuk kantor penukaran uang.

Israel mengeluarkan lebih banyak peringatan evakuasi pada Selasa malam, hanya beberapa jam sebelum gencatan senjata mulai berlaku.

Hizbullah juga terus melancarkan serangan roket ke Israel.

Angkatan udara Israel mencegat tiga peluncuran dari wilayah Lebanon, kata militer, dalam rentetan rudal besar-besaran pada Selasa malam yang menyebabkan alarm peringatan di sekitar 115 permukiman.

Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh TV Channel 12 Israel menemukan bahwa 37 persen warga Israel mendukung gencatan senjata, dibandingkan dengan 32 persen yang menentang.

Penentang kesepakatan di Israel termasuk para pemimpin oposisi dan kepala kota di dekat perbatasan Israel dengan Lebanon, yang menginginkan zona penyangga yang bebas penduduk di sisi perbatasan Lebanon.

Baik pemerintah Lebanon maupun Hizbullah bersikeras bahwa pengembalian warga sipil yang mengungsi ke Lebanon selatan merupakan prinsip utama gencatan senjata.

Menteri Keamanan Israel Itamar Ben-Gvir, anggota sayap kanan pemerintahan Netanyahu, mengatakan lewat X bahwa perjanjian tersebut tidak menjamin kembalinya warga Israel ke rumah mereka di utara negara itu dan bahwa tentara Lebanon tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi Hizbullah.

"Untuk meninggalkan Lebanon, kami harus memiliki sabuk pengaman kami sendiri," kata Ben-Gvir.

📢 Kuis CNA Memahami Asia, eksklusif di saluran WhatsApp CNA Indonesia, sudah dimulai. Ayo uji wawasanmu dan raih hadiah menariknya! 

Cek info selengkapnya di sini: 
https://www.cna.id/kuis-info

Source: Reuters/jt

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan