Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Dunia

Gencatan senjata di Gaza tampak sudah dekat, apa yang bisa terjadi selanjutnya?

Gencatan senjata di Gaza tampak sudah dekat, apa yang bisa terjadi selanjutnya?

Asap mengepul di Gaza Utara, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, seperti yang terlihat dari Israel, 14 Januari 2025. (REUTERS/Amir Cohen).

DOHA/KAIRO/YERUSALEM: Para negosiator berusaha menuntaskan rincian akhir gencatan senjata di Gaza pada hari Rabu setelah perundingan maraton di Qatar, dan para pemimpin AS dan Mesir berjanji untuk tetap berhubungan erat mengenai kesepakatan tersebut selama beberapa jam mendatang.

Perundingan selama lebih dari delapan jam di Doha pada Selasa telah memicu optimisme. Para pejabat dari mediator Qatar, Mesir, dan AS serta Israel dan Hamas mengatakan kesepakatan untuk gencatan senjata di daerah kantong yang terkepung dan pembebasan sandera lebih dekat dari sebelumnya.

Namun seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada Reuters pada Selasa malam bahwa kelompok Palestina tersebut belum menyampaikan tanggapannya karena masih menunggu Israel untuk menyerahkan peta yang menunjukkan bagaimana pasukannya akan mundur dari Gaza.

Juru bicara kementerian luar negeri Qatar Majed Al-Ansari sebelumnya mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa kedua belah pihak telah diberikan sebuah teks dan pembicaraan mengenai rincian terakhir sedang berlangsung.

Presiden AS Joe Biden, yang pemerintahannya telah ikut serta bersama utusan Presiden terpilih Donald Trump, mengatakan kesepakatan hampir tercapai setelah perang menghancurkan Gaza, menewaskan puluhan ribu orang, dan memicu konflik di wilayah tersebut.

Biden dan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi berbicara tentang kemajuan dalam negosiasi pada hari Selasa.

"Kedua pemimpin berkomitmen untuk tetap berkoordinasi erat secara langsung dan melalui tim mereka selama beberapa jam ke depan," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan setelah panggilan telepon para pemimpin tersebut.

Kedua presiden "menekankan kebutuhan mendesak untuk mengimplementasikan kesepakatan."

'FASE KRITIS'

Hamas mengatakan pembicaraan telah mencapai langkah terakhir dan berharap putaran negosiasi ini akan menghasilkan kesepakatan.

Seorang pejabat Israel mengatakan pembicaraan telah mencapai fase kritis meskipun beberapa rincian perlu diselesaikan: "Kami sudah hampir mencapainya, kami belum sampai di sana."

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan semoga kesepakatan penyanderaan Gaza akan tercapai minggu ini.

Saat berkunjung ke Roma, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengatakan pada hari Selasa bahwa ia yakin mayoritas pemerintahan koalisi Israel akan mendukung kesepakatan Gaza jika kesepakatan itu akhirnya disetujui, meskipun ada tentangan keras dari partai-partai nasionalis garis keras dalam koalisi tersebut.

Kelompok militan Jihad Islam, yang terpisah dari Hamas dan juga menyandera warga di Gaza, mengatakan bahwa mereka akan mengirim delegasi senior yang akan tiba di Doha pada Selasa malam untuk mengambil bagian dalam pengaturan akhir untuk kesepakatan gencatan senjata.

Jika berhasil, gencatan senjata bertahap - yang merupakan puncak dari perundingan yang dimulai dan dihentikan selama lebih dari setahun - dapat menghentikan pertempuran yang telah menghancurkan Gaza, menewaskan puluhan ribu warga Palestina, membuat sebagian besar penduduk daerah kantong itu kehilangan tempat tinggal, dan masih menewaskan puluhan orang setiap hari.

Hal itu pada gilirannya dapat meredakan ketegangan di seluruh Timur Tengah yang lebih luas, tempat perang telah memicu konflik di Tepi Barat, Lebanon, Suriah, Yaman, dan Irak, dan menimbulkan kekhawatiran akan perang habis-habisan antara Israel dan Iran.

Israel akan mendapatkan kembali sekitar 100 sandera dan jenazah yang tersisa dari antara mereka yang ditangkap dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan tahanan Palestina.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang berpidato di Washington yang menguraikan visi untuk memerintah wilayah Palestina setelah perang, mengatakan Hamas harus menerima kesepakatan yang sudah ditetapkan untuk dilaksanakan.

ANAK-ANAK, WANITA SANDERA DIBEBASKAN TERLEBIH DAHULU

"Kesepakatan itu ... akan membebaskan para sandera, menghentikan pertempuran, memberikan keamanan bagi Israel, dan memungkinkan kami untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan secara signifikan bagi warga Palestina yang sangat menderita dalam perang yang dimulai oleh Hamas ini," kata Biden pada hari Senin.

Meskipun ada upaya untuk mencapai gencatan senjata, militer Israel, badan intelijen internal Shin Bet, dan angkatan udara menyerang sekitar 50 target "teroris" di seluruh Gaza selama 24 jam terakhir, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Shin Bet dan militer. 

Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pihaknya sibuk mempersiapkan perluasan bantuan kemanusiaan ke Gaza di bawah potensi gencatan senjata, tetapi ketidakpastian seputar akses dan keamanan perbatasan tetap menjadi kendala.

Keluarga sandera di Israel terperangkap antara harapan dan keputusasaan.

"Kita tidak boleh melewatkan momen ini. Ini adalah momen terakhir; kita bisa menyelamatkan mereka," kata Hadas Calderon, yang suaminya Ofer dan anak-anaknya Sahar dan Erez diculik.

Seorang pejabat Israel mengatakan tahap pertama kesepakatan itu akan membebaskan 33 sandera, termasuk anak-anak, wanita 
termasuk beberapa tentara wanita, pria berusia di atas 50 tahun, dan yang terluka dan sakit. Israel akan secara bertahap dan sebagian menarik beberapa pasukan.

Seorang sumber Palestina mengatakan Israel akan membebaskan 1.000 tahanan Palestina pada tahap pertama selama 60 hari.

Israel melancarkan serangannya di Gaza setelah pejuang yang dipimpin Hamas menyerbu perbatasannya pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel. Sejak saat itu, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 46.000 warga Palestina di Gaza, menurut pejabat kesehatan Palestina.

Kedua belah pihak telah berkomitmen pada prinsipnya selama berbulan-bulan untuk prospek gencatan senjata disertai dengan pertukaran sandera yang tersisa dengan tahanan. 

Namun Hamas menolak kesepakatan apa pun yang tidak mengakhiri perang secara permanen, sementara Israel mengatakan tidak akan mengakhiri perang sampai Hamas dibubarkan. 

Pelantikan Trump pada 20 Januari kini secara luas dipandang sebagai batas waktu de facto untuk tercapainya perjanjian gencatan senjata. 

Bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini untuk mendapatkan informasi menarik dari CNA Indonesia.   

Source: Reuters/ih

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan