AS dan Hamas adakan negosiasi rahasia saat Trump mengancam 'neraka harus dibayar'
Seorang sandera yang dibebaskan dari tahanan di Gaza sebagai bagian dari pertukaran sandera-tahanan dan kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel, tiba di Sourasky Medical Center (Ichilov) di Tel Aviv, Israel, 22 Februari 2025. (REUTERS/Ronen Zvulun/Foto Arsip)
WASHINGTON: Amerika Serikat melanggar tabu diplomatik yang sudah berlangsung lama dengan mengadakan pertemuan rahasia dengan Hamas untuk mengamankan pembebasan sandera AS yang ditahan di Gaza, sumber mengatakan kepada media pada hari Rabu (5/3), sementara Presiden Donald Trump memperingatkan tentang "neraka yang harus dibayar" jika kelompok militan Palestina itu tidak mematuhinya.
Utusan urusan sandera AS Adam Boehler memiliki wewenang untuk berbicara langsung dengan Hamas, kata Gedung Putih ketika ditanya tentang diskusi tersebut, yang melanggar kebijakan yang telah berlaku selama puluhan tahun untuk tidak bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang dicap AS sebagai organisasi teroris.
Pejabat dari delegasi Boehler dan Hamas bertemu di Doha dalam beberapa minggu terakhir, kata dua sumber yang diberi pengarahan tentang negosiasi tersebut.
Tidak jelas siapa yang mewakili Hamas.
TRUMP BERTEMU SANDERA
Di Gedung Putih, Trump bertemu dengan sekelompok sandera yang baru-baru ini dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza, dan ia mengeluarkan ancaman baru yang keras terhadap Hamas dalam sebuah unggahan media sosial.
Ia menuntut Hamas untuk "membebaskan semua sandera sekarang, bukan nanti," termasuk sisa-sisa sandera yang telah meninggal, "atau semuanya BERAKHIR bagi kalian."
"Saya mengirimkan kepada Israel semua yang dibutuhkannya untuk menyelesaikan tugas ini, tidak seorang pun anggota Hamas akan selamat jika kalian tidak melakukan apa yang saya katakan," katanya.
"Juga, kepada Rakyat Gaza: Masa Depan yang indah menanti, tetapi tidak jika kalian menyandera. Jika kalian melakukannya, kalian MATI! Buatlah keputusan yang CERDAS. BEBASKAN SANDERA SEKARANG, ATAU AKAN ADA NERAKA YANG HARUS DIBAYAR NANTI!"
Peringatan Trump menggemakan ancamannya "neraka yang harus dibayar" sebelum kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari, yang diikuti oleh gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan pada pertengahan Januari yang ia klaim sebagai keberhasilannya sebelum Presiden Joe Biden meninggalkan jabatannya.
Sekali lagi, Trump tidak menyebutkan secara pasti tindakan apa yang akan diambilnya jika Hamas gagal mematuhinya.
AS telah lama menghindari keterlibatan langsung dengan kelompok Islamis tersebut, yang melakukan serangan lintas batas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang Gaza yang menghancurkan dan telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan Gaza.
Departemen Luar Negeri AS menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris pada tahun 1997.
Salah satu sumber mengatakan upaya tersebut mencakup upaya untuk membebaskan Edan Alexander dari Tenafly, New Jersey, yang diyakini sebagai sandera Amerika terakhir yang masih hidup yang ditawan oleh Hamas. Ia muncul dalam sebuah video yang dipublikasikan oleh Hamas pada bulan November 2024.
Empat sandera AS lainnya telah dinyatakan tewas oleh otoritas Israel.
Sampai saat ini, peran AS dalam membantu mengamankan gencatan senjata Gaza dan perjanjian pembebasan sandera telah dilakukan dengan Israel dan mediator Qatar dan Mesir, tetapi tanpa adanya komunikasi langsung yang diketahui antara Washington dan Hamas.
MEMILIKI WEWENANG
Sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan kepada wartawan bahwa Boehler "memiliki wewenang" untuk mengadakan pembicaraan langsung dengan Hamas.
Ia mengatakan Israel telah diajak berkonsultasi tetapi tidak menyebutkan apakah ini dilakukan sebelum atau sesudah pembicaraan. Ia menggambarkan kontak tersebut sebagai bagian dari "upaya itikad baik Trump untuk melakukan apa yang benar bagi rakyat Amerika."
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang mengatakan: "Israel telah menyampaikan kepada Amerika Serikat posisinya mengenai pembicaraan langsung dengan Hamas."
Pernyataan tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut tetapi Israel, yang bersama dengan banyak negara lain menganggap Hamas sebagai organisasi teroris, menolak untuk bernegosiasi langsung dengan kelompok tersebut.
Taher Al-Nono, penasihat politik Hamas, mengatakan kepada Reuters: "Saya tidak memiliki informasi tentang pertemuan dengan pejabat Amerika, tetapi pertemuan apa pun dengan pemerintahan Amerika bermanfaat bagi stabilitas kawasan."
Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.