Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Asia

Xi Jinping bertemu para raksasa teknologi, akhir ketegangan China dengan pebisnis seperti Jack Ma?

Para tokoh bisnis China seperti Alibaba, Huawei, Xiaomi, BYD, dan CATL melakukan pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Xi Jinping. Pertemuan tersebut jadi bukti bahwa pertumbuhan ekonomi China akan ditopang oleh teknologi.

Xi Jinping bertemu para raksasa teknologi, akhir ketegangan China dengan pebisnis seperti Jack Ma?

Presiden China Xi Jinping mengumpulkan para pemimpin bisnis terkemuka, termasuk pendiri Alibaba, Jack Ma, untuk pertama kalinya sejak tahun 2018. (Foto: CCTV Plus)

SINGAPURA: Investasi swasta yang meningkat, pendanaan pemerintah yang diperluas, dan lanskap regulasi yang lebih mendukung - inilah yang diramalkan para pengamat akan terjadi di sektor teknologi China usai pertemuan langka antara para pemimpin tertinggi negara tersebut dengan para pebisnis.

Pertemuan yang jadi perhatian khalayak pada 17 Februari lalu itu menjadi sinyal berakhirnya pengekangan terhadap industri teknologi sekaligus awal baru kebangkitan sektor ini di China. Lebih jauh lagi, pertemuan itu menunjukkan bahwa pemerintah China ingin teknologi menjadi pendongkrak perekonomian di tengah iklim ekonomi dalam negeri yang buruk dan ancaman Presiden Donald Trump di periode kedua kepemimpinannya di Amerika Serikat.

Pendiri Alibaba Jack Ma terlihat turut hadir dalam pertemuan itu, menandakan adanya perubahan sikap dari pemerintah China untuk meningkatkan kepercayaan dari para pengusaha. Sebelumnya, Jack Ma diisukan dibungkam oleh China, menjadi bukti adanya cengkeraman pemerintah Beijing terhadap perusahaan raksasa teknologi tersebut.

"Keberadaan acara penting yang dihadiri Jack Ma adalah berita besar karena ini adalah sinyal bagi pasar, semoga saja, bahwa barangkali tidak apa-apa untuk mencoba menjadi kaya dan berinovasi lagi," kata Shaun Rein, pendiri dan direktur pelaksana China Market Research Group (CMR), kepada CNA.

Para pengamat memperkirakan bulan depan akan semakin ada kejelasan soal kebijakan terkait sektor swasta, kemungkinan pada ajang tahunan Dua Sesi - rapat maha penting China yang diikuti oleh badan politik dan legislasi di Beijing.

MENDUKUNG PERUSAHAAN SWASTA

Diadakan di Aula Besar Rakyat di Beijing, simposium sektor swasta pada Senin pekan lalu ini dihadiri oleh Presiden Xi Jinping dan para pengusaha terkemuka China.

Daftar tamu yang hadir termasuk beberapa nama besar di sektor teknologi China - seperti Jack Ma, Lei Jun (pendiri dan CEO Xiaomi), Pony Ma (pendiri dan CEO Tencent), Wang Chuanfu (pendiri dan CEO produsen mobil listrik BYD), dan Ren Zhengfei (pendiri dan CEO Huawei).

Pebisnis lain yang hadir termasuk Zeng Yuqun (pendiri dan ketua perusahaan baterai raksasa CATL), Leng Youbin (ketua dan CEO pemasok susu formula bayi Feihe), Wang Xingxing, (pendiri perusahaan robotika Unitree) dan Yu Renrong (pendiri dan ketua Will Semiconductor), seperti yang terlihat pada cuplikan pertemuan yang disiarkan oleh stasiun televisi pemerintah, CCTV.

Presiden Xi Jinping menghadiri simposium bersama para petinggi perusahaan swasta di Beijing pada 17 Februari 2025. (Foto: CCTV Plus)

Menurut kantor berita pemerintah Xinhua, Xi Jinping mendesak upaya-upaya untuk mempromosikan perkembangan sektor swasta yang sehat dan berkualitas tinggi di negara ini.

"Sektor swasta menikmati prospek yang luas dan potensi yang besar dalam perjalanan di era baru. Ini adalah waktu yang tepat bagi perusahaan-perusahaan swasta dan para pengusaha untuk mengerahkan seluruh kemampuan mereka," demikian laporan Xinhua yang mengutip perkataan Xi.

"Simposium ini mengirimkan pesan yang jelas: Beijing mengakui bahwa sektor swasta yang kuat sangat penting untuk stabilitas ekonomi dan kepemimpinan teknologi," kata Marina Zhang, profesor di Institut Hubungan Australia-China di University of Technology Sydney (UTS), kepada CNA.

Rein, yang juga menulis sebuah buku berjudul 'The Split: Finding the Opportunities in China's Economy in the New World Order', menyebut simposium itu "penting" dan "besar".

"Beberapa orang menyebutnya 'Tur Selatan 2.0'," kata Rein, merujuk pada tur eponim tahun 1992 di China selatan yang dilakukan pemimpin tertinggi saat itu, Deng Xiaoping, yang menghidupkan kembali reformasi pasar.

"Yang terpenting, ini adalah sinyal bahwa pemerintah Tiongkok ingin sektor teknologi swasta berkembang lagi."

Para analis mencermati waktu penyelenggaraan acara ini - bertepatan di saat China tengah menghadapi berbagai tantangan di dalam dan luar negeri.

Di dalam negeri, isu-isu seperti perlambatan pertumbuhan, lemahnya belanja konsumen, dan populasi yang menua sangat membebani China. Di luar negeri, prospek perang dagang baru dengan AS tampak menguat.

China telah memberlakukan tarif 15 persen untuk impor batu bara dan LNG dari AS sebagai respons atas langkah perdagangan Trump. (Foto file: China Daily via Reuters)

Xi pertama kali memimpin simposium tingkat tinggi untuk sektor swasta pada akhir 2018, ketika ketegangan perdagangan dengan AS berujung saling berbalas tarif. Pada saat itu, ia menjanjikan pemotongan pajak dan lapangan bermain yang setara sambil menegaskan kembali bahwa perusahaan-perusahaan swasta akan mendapatkan dukungan keuangan.

Guo Shan, peneliti di Hutong Research, mengatakan bahwa merangkul kembali pengusaha swasta sangat penting untuk kebangkitan ekonomi.

"Sekarang, dalam perang dagang 2.0 ini, sangat penting bagi presiden untuk bertemu dengan sektor swasta dan (meningkatkan) kepercayaan diri mereka terhadap ekonomi China," katanya kepada CNA.

Menurut Zhang dari UTS, China kini menunjukkan kesediaannya untuk mengatur ulang hubungan dengan sektor swasta dengan mengadakan simposium dan secara langsung terlibat dengan para pemimpin bisnis utama.

Ia menambahkan bahwa hal ini menandakan "fokus ganda" dalam inovasi teknologi tinggi, terutama dalam perangkat keras dan AI, dan aktivitas ekonomi sektor swasta yang lebih luas.

"Hal ini sejalan dengan strategi Beijing yang terus berkembang untuk beralih dari dominasi internet konsumen ke arah teknologi canggih, manufaktur maju, dan keamanan rantai pasokan."

AWAL BARU BAGI TEKNOLOGI DI CHINA?

Para ahli sepakat bahwa simposium ini adalah titik balik dalam pendekatan China terhadap perusahaan swasta - terutama di bidang teknologi, di mana perusahaan-perusahaan besar telah lama dipandang dengan penuh kekaguman sekaligus kecurigaan.

Mereka mencontohkan bagaimana Ma, salah satu pendiri Alibaba, hadir dalam pertemuan tersebut. Pada Oktober 2020, Ma secara terbuka mengkritik regulator, memicu tindakan keras terhadap China Inc yang sebagian besar menargetkan sektor teknologi, mengekang monopoli, persaingan tidak sehat, dan penyalahgunaan data.

Bagi Ma, hal ini mengakibatkan penangguhan mendadak penjualan saham perdana (IPO) Ant Group. Setelah langkah tersebut, sang raja teknologi ini tidak lagi muncul di depan publik dan menahan diri untuk mengomentari perkembangan besar di Alibaba atau Ant Group.

Meskipun ada laporan berkala tentang aktivitasnya - seperti pesan video pendek dan penampakan di luar negeri - ia secara efektif menghindari acara dan konferensi.

Perusahaan-perusahaan China lainnya juga mengalami penurunan. Platform pengiriman makanan Meituan didenda oleh regulator antimonopoli pada tahun 2021 atas dugaan praktik monopoli dan diperintahkan meningkatkan perlindungan bagi pekerja pengiriman.

Pada tahun yang sama, pengawas antimonopoli China juga memblokir merger game streaming Huya dan Douyu senilai US$5,3 miliar milik Tencent dengan Douyu dalam sebuah kasus antimonopoli yang penting.

Regulator antimonopoli China pada tahun 2021 memblokir merger game streamer Huya dan Douyu senilai US$5,3 miliar milik Tencent dengan Huya dan Douyu dalam sebuah kasus antimonopoli. (Foto file: Reuters/David Kirton)

Namun, tanda-tanda pelonggaran muncul setahun kemudian.

Pada pertemuan Mei 2022 yang diadakan badan penasihat politik tertinggi China, Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok, wakil perdana menteri Liu He menawarkan jaminan eksplisit kepada perusahaan-perusahaan teknologi.

Ia menyatakan dukungannya terhadap rencana mereka untuk mencatatkan saham di dalam maupun di luar negeri, dan menggarisbawahi perlunya meningkatkan ekonomi platform dan memastikan pertumbuhan yang stabil.

Guo dari Hutong Research memandang kehadiran Ma sebagai bukti bahwa tujuan resmi telah tercapai. Aturan yang diusulkan dimaksudkan untuk mencegah dan menghentikan perilaku monopoli, memandu operator platform beroperasi sesuai dengan hukum dan peraturan, dan mempromosikan pengembangan ekonomi online yang berkelanjutan dan sehat.

"Pasar hanya menunggu sinyal untuk mengonfirmasi bahwa penyelesaian ini telah selesai, dan akhirnya, perusahaan-perusahaan teknologi dapat memiliki awal yang baru," katanya.

"Saya rasa kehadiran Jack Ma dalam pertemuan ini menandai sebuah awal yang baru."

Rein dari CMR percaya bahwa tindakan keras tersebut pada awalnya mengekang praktik-praktik monopoli, tetapi kemudian melangkah terlalu jauh dalam mengguncang kepercayaan investor.

"Saya sebenarnya setuju dengan tindakan keras terhadap Alibaba dan Tencent pada tahun 2020, karena (mereka) pada dasarnya adalah duopoli, dan mereka menghambat persaingan dan inovasi," katanya.

"Tetapi kemudian saya merasa tindakan kepada mereka terlalu berlebihan dan pemerintah tidak cukup menjelaskan kepada komunitas investor internasional (tentang) alasan tindakan tersebut."

Zhang menunjukkan bahwa meskipun kehadiran Ma menunjukkan melunaknya pemerintah China, namun kewaspadaan itu masih ada. Ma tidak berbicara pada acara tersebut, menurut laporan kantor berita negara Xinhua.

"Kehadiran Jack Ma tidak selalu menunjukkan akan ada perubahan drastis (dalam peraturan pemerintah) ... tetapi hal ini menunjukkan pelunakan atas pembatasan yang dulunya sangat keras."

"Kehadirannya sebagian besar bersifat simbolis ... alih-alih menandai akhir dari pengawasan sektor teknologi, kemunculannya kembali menunjukkan bahwa Beijing beralih dari tindakan keras ke keterlibatan yang terkendali - kemungkinan besar sebagai cara untuk membangun kembali momentum ekonomi sambil mempertahankan pengawasan regulasi."

Dalam pidato simposiumnya, Xi menekankan kepatuhan terhadap "operasional yang jujur dan taat hukum" dan mendesak perusahaan-perusahaan untuk "membangun nilai-nilai dan moral yang benar, dan mempromosikan perkembangan ekonomi swasta yang sehat dengan tindakan-tindakan praktis", lapor Xinhua.

Zhang melihat penampilan Ma sebagai langkah Beijing untuk menunjukkan bahwa mereka dapat "terlibat dengan perusahaan-perusahaan teknologi besar meskipun ada konflik di masa lalu", tetapi ketidakhadiran Baidu dan Didi "mengirimkan pesan yang ambigu".

"Tidak jelas apakah mereka sengaja tidak diikutsertakan atau apakah ketidakhadiran mereka mencerminkan masalah regulasi yang sedang berlangsung."

Serupa dengan pertemuan tahun 2018, simposium itu dihadiri oleh Xi dan tiga anggota Komite Tetap Politbiro - Perdana Menteri Li Qiang, Wang Huning, kepala badan penasihat politik tertinggi Tiongkok, dan Wakil Perdana Menteri Ding Xuexiang.

Kehadiran para pemimpin tertinggi ini bisa menjadi cara untuk "menegaskan kontrol partai atas sektor swasta", kata Zhang.

"(Hal ini mungkin memperkuat) pesan bahwa meskipun menjadi pilar penting dari ambisi ekonomi China, namun sektor swasta harus selaras dengan prioritas nasional - termasuk kemandirian dalam teknologi dan industri strategis."

MENAKAR LANGKAH CHINA

Rein dari CMR memprediksi bahwa sinyal-sinyal simposium ini akan "menyebabkan pasar ekuitas naik lagi," meningkatkan kepercayaan diri pada saham-saham A China dan ekuitas Hong Kong.

Dia menunjukkan bahwa beberapa investor internasional sekarang melihat Amerika sebagai "terlalu mahal", sementara India telah "anjlok 20 persen" dalam beberapa minggu terakhir. Hal ini mendorong mereka untuk bertanya: "Mau kemana lagi kita? Yuk, taruh uang lagi di China'," kata Rein.

Rein percaya bahwa pergeseran ini "menciptakan kegembiraan di dalam China lagi", karena para pengusaha merasa bahwa mereka dapat mengatasi sanksi dari AS yang melumpuhkan dan larangan ekspor, dan menghasilkan uang.

Sementara itu, Guo menyinggung soal DeepSeek - kisah sukses teknologi China sebelum diadakannya simposium ini - sebagai bukti bahwa kebijakan pemerintah dan inovasi swasta dapat berjalan beriringan, dengan membingkainya sebagai "hasil kerja keras" dari sektor swasta maupun kebijakan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.

Simposium ini bertujuan meyakinkan para pengusaha "bahwa akan ada lebih banyak dukungan untuk sektor teknologi", tidak hanya dari sisi penawaran tetapi juga dari sisi permintaan, tambahnya.

Merujuk pada Xiaomi, Tencent, BYD, dan Huawei, Guo menggarisbawahi bahwa "konsumsi lah yang memberikan pendapatan kepada perusahaan-perusahaan ini dan membantu perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk maju".

Namun, Zhang dari UTS memperingatkan bahwa prioritas negara seputar keamanan data, penegakan antimonopoli, dan aset digital tetap ada.

"Baru-baru ini, pemerintah telah memperketat peraturan di industri teknologi... peristiwa ini dapat menandakan kalibrasi ulang kebijakan industri - menyeimbangkan insentif pasar dengan tujuan nasional yang strategis."

Meskipun ada sinyal-sinyal positif dari sikap yang melunak, namun para analis tidak memproyeksi akan adanya perombakan segera dari kebijakan-kebijakan yang telah ada.

Kolaborasi yang lebih dalam antara perusahaan-perusahaan swasta dan badan-badan usaha milik negara akan membutuhkan waktu, kata Rein dari CMR.

"Yang saya lihat adalah akan ada kolaborasi antara sektor swasta dan perusahaan-perusahaan milik negara, dan itu akan konkret," katanya.

"Kedua, saya berharap akan ada lebih banyak uang yang terkumpul untuk diberikan kepada sektor-sektor tersebut. Saya rasa tidak ada hal yang konkret. Ini lebih merupakan sinyal bagi semua orang untuk berinvestasi dan berinovasi."

Dia menunjukkan bahwa pemerintah China sudah mengurangi pengetatan terhadap perusahaan teknologi setahun yang lalu, dan mulai memberlakukan reformasi regulasi untuk mendukung sektor ini.

"Hanya saja tidak ada yang mempercayainya. Itulah masalahnya... (masyarakat) lebih membutuhkan sinyal daripada tindakan nyata."

Para analis setuju bahwa pertemuan-pertemuan legislatif dan badan penasihat tertinggi China di bulan Maret mendatang - yang dikenal sebagai lianghui dalam bahasa Mandarin - kemungkinan besar akan memberikan gambaran yang lebih baik mengenai strategi pemerintah Beijing.

Lianghui akan lebih banyak membahas mengenai ukuran stimulus dan contoh-contoh sektor, kata Guo dari Hutong Research.

Sementara itu, Rein memperkirakan "langkah-langkah yang lebih konkret" akan diumumkan selama lianghui untuk mendukung sektor teknologi serta "langkah-langkah stimulus tambahan dan terarah".

"Masalah yang dihadapi China adalah kepercayaan, bukan soal jumlah uang beredar, jadi langkah-langkah ini akan membantu membangun kepercayaan dari para wirausahawan, pebisnis, dan investor bahwa pemerintah mendukung sektor teknologi dan sektor swasta sebagai pendorong pertumbuhan."

Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.

Source: CNA/da

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan