'Kami bodoh dan malas kalau tak dapat manfaatnya': Kata Presiden Timor-Leste soal bergabung dengan ASEAN di 2025
Sejak 2011 Timor Leste ingin menjadi anggota ASEAN. Keuntungan dari keanggotaan ini tidak hanya akan dirasakan secara sepihak, Presiden Timor Leste José Ramos-Horta dalam wawancara eksklusif dengan CNA.

José Ramos-Horta berbagi Hadiah Nobel Perdamaian 1996 dengan rekan senegaranya, Uskup Carlos Belo. (Foto: CNA/Wisnu Agung Prasetyo)
DILI: Foto-foto para pemimpin Asia Tenggara, mulai dari Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Presiden Indonesia Prabowo Subianto hingga Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong menghiasi aula yang baru saja diresmikan di istana kepresidenan Timor-Leste di ibu kota Dili.
Di ruangan beralaskan karpet merah itu juga ditampilkan deretan bendera 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Diresmikan bulan lalu, aula ASEAN adalah perlambang komitmen Timor-Leste pada diplomasi di kawasan dan tekad mereka menjadi anggota dari blok negara-negara Asia Tenggara.
"Sepertinya satu-satunya di dunia, atau di (negara-negara) ASEAN, ada ruang khusus seperti ini di kementerian, istana kerajaan atau istana kepresidenan," kata Presiden Timor-Leste José Ramos-Horta.
"Setidaknya di negara-negara ASEAN yang pernah saya kunjungi, tidak pernah saya temui ada yang seperti Aula ASEAN ini," lanjut dia dalam wawancara eksklusif dengan CNA, sehari setelah aula itu diresmikan.

Dalam perbincangan dengan CNA, pemimpin berusia 75 tahun dan peraih Penghargaan Nobel Perdamaian pada 1996 ini berharap negaranya bisa bergabung dengan ASEAN pada kepemimpinan Malaysia tahun ini.
Dia juga berharap Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat yang akan datang dapat memulihkan hubungan dengan China, karena menurut dia pemerintah Beijing bukanlah ancaman.
APAKAH BISA BERGABUNG DENGAN ASEAN DI 2025?
Timor-Leste, yang merdeka pada 2002, secara resmi mengajukan keanggotaan ASEAN pada 2011. Ketika itu, Ramos-Horta tengah menjabat presiden untuk periode 2007-2012.
Ramos-Horta mengatakan tekad Timor-Leste sudah mantap untuk menjadi anggota ASEAN. Namun dia menyadari perjalanan menjadi anggota "bukannya tanpa rintangan", sembari menyinggung soal "kurangnya sumber daya manusia" dan infrastruktur di negaranya.
Barulah pada November 2022 di kepemimpinan Kamboja, 10 negara anggota ASEAN secara prinsip sepakat menerima Timor-Leste sebagai anggota dan memberikan status negara pengamat. Pada Mei di tahun itu, Ramos-Horta memulai periode keduanya sebagai presiden.
Pada KTT ASEAN di Labuan Bajo, Indonesia, bulan Mei 2023, ASEAN mengadopsi peta jalan untuk keanggotaan penuh Timor-Leste dan siap mendukung negara itu memenuhi semua persyaratan untuk menjadi anggota.
Pada Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN akhir pekan ini (18 dan 19 Januari) di Langkawi, Timor-Leste akan hadir sebagai pengamat.

Untuk menjadi anggota ASEAN, sebuah negara harus memenuhi target-target penting dari tiga pilar, yaitu stabilitas politik, ekonomi dan sosial-budaya.
Ramos-Horta mengamati bahwa "tidak ada negara, bahkan yang sudah jadi anggota ASEAN, sepenuhnya telah mengimplementasikan semua perjanjian di ASEAN".
"Jadi tidak semua negara mampu melakukannya. Kami sudah melakukannya - lebih dari 70 persen. Banyak negara anggota ASEAN mengatakan bahwa tidak perlu atau tidak adil jika berharap Timor-Leste mengimplementasikan seluruh perjanjian. Kami sudah cukup banyak melakukannya," kata dia.
Timor-Leste - negara di pulau Timor yang setengahnya adalah wilayah Indonesia - pernah mencoba menjadi anggota ASEAN pada 2023 ketika Indonesia jadi ketuanya.
Jika saat itu harapan tersebut terwujud, akan jadi sebuah kemajuan simbolis bagi Timor-Leste yang meraih kemerdekaan dari Indonesia. Tapi ternyata, negara dengan 1,4 juta penduduk ini tidak juga jadi anggota.
Baca:
"TIDAK ADIL" JIKA TIMOR-LESTE DICEGAH
Soal target Timor-Leste menjadi negara ASEAN pada 2025, Ramos-Horta mengatakan: "Kami telah membuat kemajuan yang luar biasa (sejak 2023).
"Di saat yang sama, saya kira para pemimpin ASEAN, sebagian besar mereka, semuanya bahkan, menyadari bahwa apa yang telah kami lakukan sudah cukup untuk menjadikan Timor-Leste anggota. Tidak realistis, tidak adil, kalau menganggap Timor-Leste baru bisa bergabung dengan ASEAN jika sudah seperti Malaysia, Singapura atau Thailand."
Menurut Ramos-Horta, beberapa pemimpin ASEAN mengatakan kepada dirinya bahwa tidak semua negara ASEAN berani mengklaim bahwa mereka sudah memenuhi semua target yang ditetapkan.
Salah satunya Myanmar, dia mencontohkan, yang saat ini tengah mengalami pergolakan politik, ekonomi dan sosial sejak militernya menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi yang terpilih dengan sah melalui pemilu empat tahun lalu.
Ramos-Horta mengungkapkan bahkan mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengatakan kepadanya bahwa Timor-Leste punya lebih banyak uang dan lebih siap menjadi anggota ketimbang saat Kamboja bergabung dengan ASEAN pada 1999.
"Kamboja saat ini adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terpesat di ASEAN," kata dia.
"Tidak adil mencegah Timor-Leste," kata Ramos-Horta. "Kami sudah menunjukkan komitmen yang cukup, kemajuan yang cukup, untuk bisa bergabung. Itulah mengapa kami menargetkan 2025 di bawah kepemimpinan Malaysia."

Timor-Leste memiliki sistem pemerintahan semi-presidensial, di mana presidennya dipilih melalui pemilu untuk masa jabatan lima tahun. Presiden kemudian berwenang menunjuk perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
Jika menjadi anggota ASEAN, berarti Timor-Leste yang merupakan salah satu negara termiskin di Asia, akan semakin terhubung dengan kawasan berpopulasi lebih dari 660 juta orang ini dan gabungan produk domestik bruto (PDB) per tahunnya hampir US$4 triliun.
Di tengah seruan para pengamat dan pemimpin kawasan agar ASEAN mempercepat integrasi di bidang digital dan ekonomi hijau, bagi Ramos-Horta bergabung dengan perhimpunan ini adalah hal yang tidak usah dipikir-pikir lagi.
"Ketika sebuah negara bertetangga dengan negara-negara kaya, maka kami benar-benar sangat bodoh dan malas jika tidak dapat manfaatnya, karena ada potensi untuk memanfaatkannya, ada peluang mendapat limpahan keuntungan."
Dia bersyukur memiliki Australia dan Indonesia sebagai negara tetangga terdekat, begitu juga Singapura dan Malaysia yang juga tidak terlalu jauh.
"Mereka negara-negara yang cukup makmur. Jadi bergabung di ASEAN dengan semua aturan soal hubungan, perdagangan dan yang lainnya, Timor-Leste akan diuntungkan dan memaksa kami, para pemuda kami, untuk belajar lebih banyak, memaksa pemerintah untuk berinvestasi lebih banyak pada pendidikan, pada pendidikan berkualitas agar rakyat kami bisa bertahan dan unggul di komunitas berpenduduk 700 juta orang ini."
TIMOR-LESTE DAN INDONESIA
Selama lebih dari 400 tahun, Timor-Leste adalah wilayah jajahan Portugal.
Pada 1975, Timor-Leste merdeka dan Ramos-Horta ditunjuk menjadi menteri luar negeri saat usianya baru 25 tahun.
Sembilan hari setelah kemerdekaan Timor-Leste, Indonesia melakukan invasi.
Konflik tersebut diperkirakan menewaskan 102.800 orang antara tahun 1974 sampai 1999. Ketika BJ Habibie menjadi presiden Indonesia, digelar referendum kemerdekaan Timor-Leste pada Agustus 1999. Mayoritas rakyat Timor-Leste memilih merdeka.
Presiden Indonesia saat ini, Prabowo Subianto, adalah anggota TNI dan beberapa kali pernah ditugaskan ke Timor-Leste.
Kendati hubungan Indonesia dan Timor-Leste memiliki sejarah yang kelam, namun Ramos-Horta mengatakan hal itu tidak mencegah kedua negara dalam meraih masa depan yang lebih baik serta melupakan masa lalu.
"Kehadiran Indonesia sudah sangat besar di Timor-Leste dan akan ada lebih banyak lagi yang terjadi dalam beberapa tahun ke depan," kata Ramos-Horta, mengenakan kemeja batik biru yang dibelinya di Jakarta.
Ramos-Horta juga sudah secara resmi mengundang Prabowo ke Timor-Leste.
"Kami ingin bekerja sama dengan dia untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan, investasi, keamanan dan semua yang kita bisa. Banyak kemitraan telah dilakukan, terutama dengan wilayah Indonesia yang terdekat, yaitu NTT, Nusa Tenggara Timur."
Meski Prabowo punya peran dalam pendudukan oleh Indonesia, namun Ramos-Horta mengaku tidak menuntut permintaan maaf.
"Terkadang bentuk permintaan maaf terbaik bukanlah dengan kata-kata: Saya minta maaf," kata dia.
"Bentuk permintaan maaf terbaik adalah menjalin persahabatan dan rekonsiliasi. Memberikan semua dukungan yang diperlukan pihak lain untuk membantu menyembuhkan luka. Dan itulah yang telah dilakukan Indonesia dalam lebih dari 20 tahun terakhir."
Dalam wawancara dengan CNA, Ramos-Horta memperlihatkan kekagumannya terhadap negara-negara ASEAN, salah satunya Singapura.
"Saya punya kekaguman yang besar terhadap Singapura. Timor-Leste ingin merangkul Singapura. Dan Singapura ingin merangkul Timor-Leste," kata dia.
Saking kagumnya dengan Singapura, Timor-Leste punya varietas pisang bernama Pisang Singapura atau "hudi Singapura" dalam bahasa asli Tetum.
Ramos-Horta mengatakan bahwa dia tengah meyakinkan para investor untuk berinvestasi di perkebunan Pisang Singapura di Timor-Leste. Hasil dari perkebunan itu nantinya diekspor ke Singapura.
"Saya katakan: 'Dengar, saya pribadi yang akan memasarkannya, saya yang akan mempromosikannya. Saya jamin'," kata dia.
Dari sisi ASEAN, anggotanya bisa diuntungkan dengan kehadiran Timor-Leste, sebuah negara yang stabil dengan memegang teguh prinsip toleransi beragama dan perdamaian, serta menawarkan peluang baru di sektor perdagangan, investasi serta pariwisata.
"Kontribusi terbaik yang dapat kami tawarkan kepada ASEAN adalah bahwa Timor Leste bukanlah gangguan. Timor-Leste bukan negara yang tidak stabil, bukan negara yang gagal.
"Kami bukanlah sebuah masalah," ia menegaskan.

Para pengamat mencermati bahwa Timor-Leste memiliki peran penting secara geopolitik dalam perseteruan antara China dan AS. Beberapa pengamat bahkan mengatakan bahwa ASEAN memiliki kepentingan untuk menerima Timor-Leste sebagai anggota.
Pada Juli tahun lalu, Ramos-Horta mengunjungi Beijing, kunjungan resmi pertama presiden Timor-Leste ke China untuk mempererat hubungan politik dan ekonomi. Menurut analisis oleh S Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Singapura, kunjungan Ramos-Horta tersebut juga jadi penyeimbang hubungan antara Timor-Leste dengan Australia, Indonesia dan AS.
Dengan kunjungan tersebut, Timor-Leste secara konsisten memegang teguh kebijakan luar negeri yang netral dan seimbang, tulis peneliti tamu RSIS untuk urusan China, Jackson Huang dan Fidelis Leite Magalhães dari lembaga pemikir Timor Leste, Alternative Futures-Institute of Politics and International Affairs.
HUBUNGAN TIMOR LESTE DENGAN CHINA DAN AS
Di sebelah Aula ASEAN di pintu masuk istana kepresidenan Nicolau Lobato, terdapat juga Aula Republik Rakyat China (RRC) yang dihiasi dengan vas porselen berukuran besar di sisi kirinya.
Timor-Leste memang memiliki hubungan istimewa dengan China, negara dengan perekonomian kedua terbesar dunia. China adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan dan menjalin hubungan diplomatik dengan Timor-Leste.
Bahkan, istana presiden di Dili dibangun atas pendanaan dari China, seperti halnya banyak proyek infrastruktur lainnya di Timor-Leste.

Ramos-Horta mengaku dirinya tidak khawatir Timor-Leste akan jatuh dalam perangkap utang atau kesulitan membayar utang seperti negara-negara lainnya.
"Kami tidak punya utang dari China, dan kami tidak punya utang dari bank-bank Barat. Total, utang kami hanya 13 persen dari PDB, terendah di dunia. Kedua, utang kami hanya dari Bank Pembangunan Asia, Bank Dunia, International Finance Corporation, dan itu nilainya sangat kecil," kata dia.
Menurut IMF, utang luar negeri Timor-Leste pada tahun 2024 adalah sekitar US$267 juta, atau 13,7 persen dari PDB non-minyak.
Ramos-Horta juga meyakini bahwa China "bukanlah ancaman bagi siapa pun".
"Saya katakan, negara-negara ASEAN tidak merasa terancam oleh China," kata dia.
"Memang ada ketegangan dan sengketa di Laut China Selatan, tapi ketika ada perselisihan, mereka bernegosiasi. Kita melakukan dialog, sebuah dialog bilateral.

Perekonomian Timor-Leste sebagian besarnya bergantung pada cadangan minyak dan gas, mencakup 70 persen dari PDB mereka dan menyumbang 80 persen pendapatan tahunan negara. Tapi pasokan sumber daya alam itu kian menipis.
Selama bertahun-tahun, negara itu mencoba mengembangkan ladang minyak baru bernama Greater Sunrise, terletak sekitar 140km sebelah selatan Timor-Leste dan 400km baratlaut Darwin, Australia.
Perundingan dengan Australia terkait cara pengembangan ladang minyak tersebut untuk membawa keuntungan bagi kedua negara belum juga rampung.
"Pendapatan negara akan lebih banyak jika perjanjian dengan Australia sudah ditandatangani, dibentuk perusahaan patungan untuk membuat jalur pipa ke Timor Leste," kata Ramos-Horta.
"Negara-negara tetangga juga akan kecipratan untung karena kami akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi."
Ketika ditanya apakah perusahaan China, Sinopec, juga akan membantu mengembangkan Greated Sunrise seperti yang dilaporkan media, Ramos-Horta mengaku bahwa memang banyak perusahaan China yang tertarik berinvestasi di Timor-Leste. Tapi menurut dia, hal itu tidak akan sampai membuat Australia khawatir.
"Secara umum, kehadiran China di Timor-Leste memberikan keuntungan yang sangat besar bagi perekonomian kami," kata dia.
"Saya sangat senang dengan kehadiran China. Apakah perlu lebih banyak lagi? Well, saya akan senang jika pedagang India juga datang, dari Bangladesh dan Lebanon atau Australia dan yang lainnya."
TRUMP ADALAH "ORANG YANG MENARIK"
Ramos-Horta berharap Donald Trump yang tidak lama lagi dilantik bisa memulihkan hubungan AS dengan China dan terus menjalin kemitraan dengan ASEAN.
"Saya cuma berharap dia pertama memulihkan hubungan dengan China. Menjalin hubungan yang serius dengan ASEAN sebagai mitra strategis," kata dia.
Dia juga berharap hubungan Timor-Leste dengan AS juga tetap baik di masa pemerintahan Donald Trump.
"AS tidaklah jahat seperti anggapan sebagian orang. (AS) tidaklah hitam dan putih. Tidak semuanya baik, tidak semuanya juga buruk," kata dia.
Meski telah lama berkecimpung di dunia politik, termasuk menjadi perdana menteri pertama Timor-Leste, namun Ramos-Horta mengaku belum pernah bertemu Trump.
"Saya belum pernah bertemu dia, dan bertemu dia bukanlah ambisi dalam hidup saya, tapi (Trump) adalah orang yang menarik."
Dia juga menginginkan Trump menghentikan perang di Ukraina dan Gaza. Jika itu terjadi, dia bahkan akan menominasikannya menjadi salah satu peraih Penghargaan Nobel Perdamaian.
Beberapa hari sebelum wawancara dengan CNA, dia mengaku mengirim pesan kepada Trump, memintanya memulihkan hubungan dengan China.
"Dia membalasnya: 'Saya berkawan dengan Xi Jinping. Bersama dengan China, AS akan membantu menyelesaikan banyak masalah di dunia'. Itulah yang dikatakan Presiden Trump. Saya menyambutnya dengan sangat baik," kata dia.
Tapi senada dengan para pengamat, Ramos-Horta mengaku belum melihat persaingan AS dan China akan segera berakhir.
"China telah sejak lama berinvestasi pada sains dan teknologi," kata Ramos-Horta, seraya menambahkan bahwa China masih akan terus "berkompetisi secara agresif".
"Jadi, memang begitulah persaingan, dan bukan berarti harus berperang atau menerapkan saksi di sana-sini."
Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.