Jumlah turis asing ke China melonjak drastis saat 'Super Golden Week', apa pendorongnya?
Selama masa liburan delapan hari, China kebanjiran wisatawan. Menurut para pengamat, China berhasil menerapkan berbagai langkah untuk menarik para pelancong.
Para penumpang di Bandara Internasional Beijing di China masa liburan Hari Nasional "Golden Week" dimulai pada 1 Oktober 2025. (Foto: CNA/Hu Chushi)
SHENZHEN/SINGAPURA: Liburan panjang "Super Golden Week" di China tahun ini ditandai dengan rekor tertinggi jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan belanja wisata domestik.
Data dari Kementerian Transportasi serta Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China mencatat 888 juta perjalanan wisata domestik dan belanja wisata dalam negeri mencapai 809 miliar yuan (Rp1.823 triliun) pada periode 1-8 Oktober, keduanya naik lebih dari 15 persen dibanding tahun lalu.
Kantor berita Xinhua melaporkan, selama libur delapan hari itu, jumlah perjalanan antardaerah mencapai 2,43 miliar, tertinggi sepanjang sejarah.
Disebut “Super Golden Week” karena libur tahun ini durasinya mencapai delapan hari, lebih panjang dari yang sebelumnya tujuh hari, karena gabungan dua hari besar, yaitu Hari Nasional dan Festival Pertengahan Musim Gugur.
Bukan hanya turis domestik, turis mancanegara juga menyumbang kenaikan ini.
Jumlah wisatawan asing yang datang ke China dalam periode tersebut tumbuh pesat, kebanyakan dari Korea Selatan, Jepang, Rusia, Australia, Malaysia, dan Amerika Serikat. Menurut media China, peningkatan ini berkat visa China yang semakin mudah didapat dan beragam kegiatan budaya serta wisata yang ditawarkan.
Libur “Super Golden Week” tahun ini juga bertepatan dengan masa libur panjang di beberapa negara Asia, seperti “Silver Week” di Jepang pada 13–23 September dan libur Chuseok di Korea Selatan pada 3–9 Oktober.
Para pengamat industri mengatakan kepada CNA bahwa kebetulan langka ini menciptakan waktu ideal bagi wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke China. Menurut Ctrip, agen perjalanan daring terbesar di negara itu, destinasi paling populer di China adalah Shanghai, Beijing, dan Hong Kong.
Selama masa liburan itu, Beijing mencatat 119.000 kedatangan wisatawan mancanegara, naik 48 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Total pengeluaran mereka mencapai 1,23 miliar yuan (Rp2,77 triliun), meningkat 54,1 persen dari tahun sebelumnya.
Destinasi populer di antaranya adalah Universal Studios Beijing, Museum Istana di kompleks Kota Terlarang, serta kawasan hiburan dan belanja seperti Sanlitun dan Wangfujing.
“Bepergian ke China kini sangat mudah berkat kebijakan bebas visa,” ujar wisatawan asal Rusia, Anna Ivanova, kepada Xinhua saat tiba di kota itu awal pekan ini.
“Proses imigrasi hanya memakan waktu sekitar 20 menit sejak saya turun dari pesawat,” tambahnya.
H World Group, yang mengelola lebih dari 12.000 hotel di seluruh China, melaporkan peningkatan 74,6 persen dalam jumlah tamu asing di properti mereka di China pada periode 1–8 Oktober dibanding tahun lalu.
Di luar lonjakan perjalanan selama musim liburan panjang, tanda-tanda pemulihan jumlah kunjungan wisatawan asing ke China mulai terlihat.
Badan Imigrasi Nasional China (NIA) mencatat 51,3 juta kunjungan warga asing sepanjang delapan bulan pertama 2025, naik 27,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, 62,1 persen merupakan kedatangan bebas visa.
“Semakin banyak warga asing datang ke China untuk urusan bisnis, wisata, bekerja, belajar, dan menetap,” kata Badan Imigrasi Nasional (NIA) dalam pernyataannya pada 18 September.
China kini memperluas akses bebas visa hingga mencakup 75 negara dan terus bertambah, serta meluncurkan berbagai kebijakan untuk mempermudah kedatangan, termasuk sistem pembayaran yang disederhanakan dan pengembalian pajak instan bagi wisatawan yang akan meninggalkan negara itu.
Dari Seoul hingga Singapura: Gelombang baru wisatawan global ke China
CNA juga mewawancarai wisatawan dari Singapura dan Malaysia yang baru-baru ini berkunjung ke China.
Pengusaha asal Singapura, Ben Lee, tiba di Kota Xiamen di pesisir tenggara China pada 5 Oktober. Ia berencana tinggal selama sebulan untuk menjajaki peluang kerja sama di bidang pendidikan AI sembari berlibur.
Biaya perjalanan menjadi pertimbangan utama, kata Lee kepada CNA. Ia mendapatkan kamar hotel seharga sekitar S$11 (Rp132.000) per malam. “Harga di sini jauh lebih murah, dan dengan promosi dari platform daring, pengeluaran saya malah lebih rendah dibanding di Singapura,” ujarnya.
Ini merupakan perjalanan keduanya ke China.
Kunjungan pertamanya adalah pada 2023, sesaat setelah kebijakan pembatasan pandemi dicabut. Ia ingat ketika itu harus antre setengah hari untuk mengurus visa ke China. “Sekarang jauh lebih praktis dengan kebijakan bebas visa,” kata Lee.
Sementara itu, bebas visa juga mendorong wisatawan Malaysia, Peiqi, berkunjung ke Nanjing dan Qingdao pada Juni lalu.
Menurut perempuan berusia 25 tahun itu, mainan, merek, dan minuman asal China kini sangat digandrungi. Penggunaan aplikasi dan platform buatan China seperti Xiaohongshu juga mendorongnya berwisata ke sana tahun ini.
Ia mengaku paling antusias mencicipi makanan lokal. “China punya begitu banyak camilan dan hidangan khas yang tidak ada di Malaysia,” ujarnya.
STRATEGI BARU CHINA MENGGENJOT PARIWISATA
Gelombang kedatangan wisatawan asing ke China “pulih dengan kuat” dan mulai menjadi “penggerak penting” pemulihan ekonomi negara tersebut. Sektor ini berdampak langsung pada industri perhotelan, ritel, dan transportasi, membuka lapangan kerja, serta mendorong pertumbuhan ekonomi jangka pendek, ujar Robert Li Xiang, profesor di Chinese University of Hong Kong (CUHK) sekaligus direktur sekolah perhotelan dan pariwisatanya.
“Untuk menjaga momentum ini, China kini berfokus pada integrasi antara budaya dan pariwisata sambil meningkatkan standar layanan. Sektor pariwisata juga memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menghadirkan aplikasi dan pengalaman baru,” kata Li kepada CNA.
Menurutnya, kebijakan bebas visa dan transit kini mencakup lebih banyak negara, prosedur perbatasan disederhanakan, serta aturan pengembalian pajak diperbarui, sehingga pengalaman berbelanja dan menikmati produk mewah di China menjadi lebih menggiurkan.
Ia menambahkan bahwa penerbangan internasional dan konektivitas transportasi domestik juga semakin baik di China, sementara alat digital, platform multibahasa, dan sistem pembayaran elektronik yang lebih canggih membuat perjalanan semakin mudah.
“Pemulihan ini juga didorong oleh meningkatnya kualitas layanan secara keseluruhan dan perhatian lebih besar terhadap pengalaman wisatawan. Kunjungan sejumlah influencer media sosial ternama ke China turut membantu menarik perhatian global,” ujar Li.
Para ahli mengatakan pengalaman wisatawan kini juga berkembang pesat, dengan semakin banyak turis asing menjelajahi wilayah di luar kota besar seperti Beijing dan Shanghai, serta merogoh kantong lebih dalam untuk pengalaman wisata yang beragam.
“Pariwisata kini tidak lagi sekadar soal jumlah pengunjung,” ujar Shen Han, profesor manajemen pariwisata di Universitas Fudan, Shanghai. Ia menambahkan, insentif seperti pengembalian pajak instan bagi wisatawan turut mendorong peningkatan belanja secara signifikan.
Wisatawan asing yang berkunjung ke kota-kota seperti Shenzhen dan Guangzhou kini dapat menikmati pengembalian pajak langsung setelah berbelanja di toko-toko tertentu, termasuk di Shenzhen Bay dan Bandara Internasional Bao’an.
“Semakin banyak wisatawan asing datang ke China untuk menikmati budaya dan rekreasi, yang mendorong kunjungan berulang dan promosi alami,” kata Shen kepada CNA.
Pertumbuhan ini, tambahnya, terutama akan didorong oleh negara-negara di Asia dan Eropa.
LEBIH DARI SEKADAR PEMULIHAN PASCA-PANDEMI
Kembalinya wisatawan asing secara bertahap tidak hanya membantu China bangkit dari kelesuan akibat pandemi, tetapi juga mencerminkan adanya “reformasi struktural, dukungan kebijakan, dan dinamika pasar yang terus berkembang,” kata Robert Li Xiang dari CUHK.
“Kalau pada 2023 dan awal 2024 pemulihan digerakkan oleh permintaan tertahan, kini peningkatan ditopang langkah nyata seperti kemudahan visa, reformasi pajak, perbaikan infrastruktur dan layanan, serta promosi untuk kota besar dan destinasi budaya,” ujar Li.
“Tren ini menandakan pemulihan pariwisata masuk bukan sekadar sementara, tapi bagian dari penguatan jangka panjang sektor pariwisata China.”
Namun, ia menambahkan, tantangan struktural masih membayangi sejumlah wilayah.
Hambatan teknologi dan digital, seperti sistem pemesanan lokal yang mewajibkan nomor KTP China dan terbatasnya dukungan multibahasa, masih menyulitkan para wisatawan ketika berkunjung ke daerah selain kota-kota besar.
“Ketegangan geopolitik dan persepsi soal keamanan juga memengaruhi permintaan dari beberapa pasar,” ujarnya.
Peter Semone, ketua Pacific Asia Travel Association (PATA), menilai sektor pariwisata China “tengah bersiap memasuki masa ledakan wisatawan asing.”
“Ini jauh lebih besar daripada sekadar lonjakan sementara pascapandemi,” kata Semone kepada CNA, seraya menekankan bahwa pariwisata masuk sangat penting bagi pemulihan ekonomi China, meski sejauh ini masih “belum dimanfaatkan sepenuhnya” dibanding pariwisata domestik.
“Prospeknya positif, dengan arah pertumbuhan yang jelas,” ujar Semone. “Pariwisata China tengah berada pada masa terbaiknya. Pemerintah China berkomitmen memperkuat strategi pemasarannya, dan prospek wisata dari Asia Tenggara juga sangat cerah, didorong oleh hubungan politik-ekonomi yang erat serta besarnya komunitas diaspora Tionghoa,” katanya.
Namun, menurutnya, China perlu meningkatkan daya saing dengan menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pariwisata domestik, keluar, dan masuk. Tantangan seperti isu keamanan, kerumitan logistik perjalanan, serta keterbatasan informasi berbahasa asing masih menjadi penghambat utama pasar.
“China memiliki beragam kekayaan, dari keindahan alam hingga warisan budaya yang berlimpah, tetapi negara ini perlu mengemas dan memasarkan daya tarik itu dengan lebih baik,” ujar Semone.
Ia menambahkan, fokus pariwisata juga perlu bergeser dari semata-mata menonjolkan peradaban kuno China ke arah pariwisata berbasis pengalaman yang turut menampilkan budaya modern.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.