Mengenal clear air turbulence, fenomena alam yang mengguncang pesawat Singapore Airlines
Terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya gejala, clear air turbulence atau CAT adalah mimpi buruk bagi dunia penerbangan.
SINGAPURA: Pengamat penerbangan menduga pesawat Singapore Airlines yang mendarat darurat di Bangkok, Thailand, mengalami clear air turbulence (CAT). Turbulensi hebat itu menewaskan satu penumpang dan melukai puluhan lainnya.
Ketinggian pesawat Boeing 777-300R yang terbang dari London ke Singapura itu anjlok 6.000 kaki dalam waktu empat menit pada Selasa (21/5). Akibatnya, penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman terlempar ke udara, menyebabkan luka-luka. Satu orang yang meninggal dunia disebut terkena serangan jantung.
Alvin Lie, analis penerbangan independen, mengatakan pesawat berisikan 131 penumpang dan 12 awak itu kemungkinan mengalami clear air turbulence atau turbulensi cuaca cerah yang biasanya tidak terdeteksi.
"Normalnya, untuk turbulensi yang disebabkan pergerakan awan, pilot akan diperingatkan oleh radar agar menghindarinya, atau memberitahu awak dan penumpang untuk mengenakan sabuk pengaman," kata Alvin dalam wawancara dengan CNA.
"Jadi, melihat dari banyaknya yang terluka, saya meyakini SQ321 mengalami CAT, membuat pesawat terguncang hebat."
Dia menambahkan, dari waktu terjadinya peristiwa, turbulensi terjadi setelah makan siang.
"Saya menduga banyak penumpang yang sedang antre ke toilet. Di saat inilah cedera bisa terjadi," kata dia.
Ini bukan kali pertama CAT terjadi. Sebelumnya Juni tahun lalu, CAT juga mengguncang pesawat maskapai British Airways, melukai lima awak kapal, memaksa pesawat tujuan London itu putar balik ke Singapura.
Tujuh orang juga terluka dan dilarikan ke rumah sakit pada Maret tahun lalu ketika pesawat Lufthansa dari Texas ke Frankfurt mengalami CAT di atas udara Tennessee.
Studi Fakultas Meteorologi Universitas Reading, Inggris, menyebutkan insiden akibat CAT semakin banyak terjadi di tengah perubahan iklim.
APA ITU CLEAR AIR TURBULENCE?
Layanan Cuaca Nasional AS mendefinisikan turbulensi sebagai "pergerakan udara yang tiba-tiba dan tidak teratur, menciptakan aliran udara naik/turun yang tajam dan cepat. Arus naik dan arus turun ini dapat terjadi dalam kombinasi dan menggerakkan pesawat secara tidak terduga.
Sementara clear air turbulence didefinisikan oleh Badan Penerbangan Federal AS (FAA) sebagai turbulensi di cuaca cerah, terjadi di kawasan tidak berawan yang tiba-tiba menyebabkan pesawat berguncang hebat. Menurut FAA, CAT sangat menyulitkan karena muncul secara mendadak dan tanpa adanya pertanda visual yang bisa ditangkap radar atau mata pilot.
Penelitian menunjukkan bahwa CAT banyak terjadi di wilayah basin atau cekungan di samudera bagian barat, pasalnya di daerah ini jet stream cenderung sangat cepat di atas lautan.
Jet stream adalah aliran angin yang mengalir cepat di radius yang sempit dan alirannya berkelok-kelok pada atmosfer.
Dalam kasus Singapore Airlines, CAT terjadi di ketinggian 37.000 kaki di atas Cekungan Irrawaddy, setelah sekitar 10 jam mengudara.
CAT juga kerap terjadi karena adanya perbedaan suhu yang kontras antara samudera dan daratan di belahan barat bumi, terutama saat musim dingin. Gradiasi suhu horizontal ini menyebabkan windshear yang vertikal, memicu terjadinya CAT.
FAA mendefinisikan windshear sebagai perubahan arah dan/atau kecepatan angin di jarak yang sempit.
CAT sulit diprediksi karena tidak menunjukkan gejala-gejala di udara. Namun maskapai telah berusaha mencegah pesawat agar tidak mengalaminya, salah satunya dilakukan oleh maskapai Delta Airlines.
Sebanyak 12.000 pilot maskapai asal AS itu kini dilengkapi tablet yang berisikan sistem algoritma penganalisa data kecepatan angin, tekanan angin dan kondisi lainnya pada jalur penerbangan mereka.
Studi menunjukkan bahwa turbulensi telah merugikan industri penerbangan sekitar US$200 juta per tahun di Amerika Serikat saja.
Beberapa dari biaya ini timbul dari keausan pada kerangka pesawat yang membutuhkan perawatan, mengakibatkan hilangnya produktivitas. Ditambah lagi biaya perawatan korban luka, baik awak kapal dan penumpang.
Menurut data yang dirilis FAA pada Maret tahun lalu, korban cedera akibat turbulensi parah dalam penerbangan mencapai 163 orang dari tahun 2009 hingga 2022.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.