Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Asia

'Saya merasa aman di sini': Warga China di Thailand meminta turis tidak termakan isu di medsos

Kepada CNA, warga China dan operator perjalanan mengatakan realita di lapangan "sangat berbeda" dan menyerukan para pelancong untuk tidak percaya apa yang tertulis di internet.

'Saya merasa aman di sini': Warga China di Thailand meminta turis tidak termakan isu di medsos

Qin Zi (pertama dari kiri) sering mengunjungi Chiang Mai. (Foto: Melody Chan)

CHIANG MAI: Qin Zi, pensiunan berusia 64 tahun dari kota Suzhou di timur China, sudah tujuh kali melancong ke Chiang Mai, kota di provinsi utara Thailand. Menempuh perjalanan udara selama lima jam, Qin ke kota itu untuk bertemu kawan-kawannya, menghabiskan waktu di resor kesehatan, berenang dan bersantai.

"Secara pribadi, saya merasa aman di sini," kata dia kepada CNA dari Chiang Mai.

"Saya bisa terbang ke sini kapan saja, karena saya punya teman kepercayaan yang sudah saya kenal lebih dari 10 tahun," lanjut dia.

Warga China lainnya yang tinggal di Thailand menyampaikan sentimen yang sama.

"Teman-teman dan kerabat saya cemas," kata Xu Weihong, pensiunan berusia 57 tahun dari Shanghai yang sekarang tinggal di Chiang Mai. "Beberapa hal memang benar, tapi ada juga yang tidak benar. Saya menceritakan kehidupan sehari-hari saya (di sini) sehingga mereka tahu bahwa saya aman."

"Tetapi karena mereka tidak pernah ke Thailand, pandangan mereka tidak objektif," tambahnya.

Kondisi di Thailand "sangat berbeda" dengan isu yang tersebar di internet, kata Yulin, pensiunan berusia 59 tahun dari Beijing, yang sudah menetap di Chiang Mai selama lebih dari satu tahun.

"Saya tidak pernah merasa takut di sini," katanya. "Orang-orang di sini hangat, ramah dan selalu bersedia membantu."

Tetapi perasaan aman yang mereka rasakan tidak dirasakan semua orang.

Aktor China Wang Xing berjabat tangan dengan seorang polisi Thailand setelah dibantu untuk kembali ke negaranya. (Foto: Kepolisian Kerajaan Thailand/Handout via REUTERS

Kasus hilangnya aktor China Wang Xing di Provinsi Tak, dekat perbatasan utara Thailand dengan Myanmar, pada 4 Januari lalu telah memicu ketakutan di kalangan warga Tiongkok.

Perbatasan darat Thailand dan Myanmar membentang sepanjang 2.400 km dengan banyak celah untuk masuk.

Wang mengaku ke Thailand setelah ditipu akan mendapat peran dalam sebuah film.

Dia dijemput di bandara Bangkok dan dibawa ke kota Myawaddy, Myanmar. Kota ini memang terkenal sebagai pusat penipuan internet dan sarang sindikat kriminal.

Wang berhasil diselamatkan dan dia meyakinkan sesama wisatawan asal China bahwa Thailand masih merupakan destinasi yang aman.

Kendati demikian, insiden ini telah menjadi pukulan telak bagi industri pariwisata Thailand yang sedang berusaha bangkit.

Setelah ramainya pemberitaan tentang Wang, ribuan pesanan tiket pesawat dan hotel dibatalkan, berdasarkan data resmi dari pemerintah Thailand dan para pakar wisata.

Atsawin Yangkiratiwon, kepala eksekutif maskapai Thai Lion Air, mengungkapkan 40 pesawat carter, dari berbagai kota di China seperti Ningbo, Hefei, dan Jinan, dibatalkan menjelang Tahun Baru Imlek, menyebabkan penurunan pendapatan hingga 20 persen. Padahal, libur Imlek adalah salah satu periode yang paling ramai pemesanan tiket penerbangan.

Penyanyi asal Hong Kong, Eason Chan, juga membatalkan konser yang dijadwalkan pada 22 Februari di Bangkok. "Keamanan para penonton adalah yang terpenting," kata penyelenggara konser, berbicara soal penonton China yang akan datang.

Di internet, netizen berbagi kisah di media sosial dan memperingatkan soal situasi di Thailand, mewanti-wanti agar tetap waspada di negara ini.

"Saya tidak menyarankan ke sana saat ini, karena tingkat penculikan sedang meningkat," ujar pengguna medsos Xiaohongshu yang menuai 2.000 komentar dan lebih dari 4.600 like.

Netizen di aplikasi berbagi video Douyin membagikan video berjudul "Pedoman untuk tetap hidup di tahun 2025".

Diiringi musik menegangkan, video tersebut memperingatkan calon wisatawan untuk tidak mengunjungi beberapa negara Asia Tenggara termasuk Thailand, Kamboja, dan Malaysia. "Tolong jangan pergi, entah untuk liburan perusahaan, perjalanan rombongan atau pribadi. Camkan itu," kata pengguna Douyin tersebut.

Dalam sebuah video yang dibagikan secara luas di Xiaohongshu dan WeChat, Chu Cancan, yang juga dikenal dengan nama panggilan Guru Can Can, mendesak China yang tinggal dan bekerja di Thailand untuk "bersuara".

Chu, 47 tahun, yang menjalankan sebuah perusahaan humas dan penyelenggaraan acara di Beijing, telah tinggal di Phuket bersama keluarganya selama hampir satu tahun.

"Sekelompok orang China yang berniat buruk menculik seseorang yang polos dan membawanya ke sarang penipu di Myanmar, yang dibangun oleh orang China sendiri," ujarnya dalam video viral berdurasi tiga setengah menit yang telah dibagikan lebih dari 3.700 kali di WeChat.

Chu Cancan telah berbicara tentang citra Thailand yang negatif di internet. (Gambar: Saluran WeChat/@Can Can Lao Shi)

"Setelah insiden itu mencuat, saya merasa sakit hati," kata dia.

"Kalau kita memang merasa aman dan damai di Thailand, menganggap negara ini rumah kedua dan benar-benar mencintainya - maka kita semua harus bersuara."

Berbicara kepada CNA, Chu mengatakan bahwa bukan hanya Thailand yang citranya jadi tercoreng akibat peristiwa tersebut.

Warga China juga akan kena getahnya, karena banyak yang mengomentari buruk tentang Thailand di internet.

"Jika netizen China membuat pernyataan yang berat sebelah atau salah soal keamanan (di Thailand), maka akan memicu kemarahan dari warga Thailand terhadap warga China - inilah yang ingin kami hindari."

"Jika hanya ada satu narasi yang dominan di medsos China, maka orang-orang akan menganggap netizen China tidak rasional dan tidak menghargai," kata dia.

PUKULAN TELAK

Peristiwa yang menimpa Wang terjadi menjelang masa liburan Tahun Baru Imlek, periode ketika para operator pariwisata panen keuntungan.

Sebelum pandemi COVID menerpa, turis China adalah sumber pemasukan terbesar bagi sektor pariwisata Thailand dengan 11 juta pengunjung pada 2019.

Wisatawan di Gerbang Tha Phae, tempat berfoto populer di Chiang Mai yang sering dikunjungi oleh pengunjung Tiongkok. (Foto: Melody Chan)

Thailand masih terus menjadi destinasi wisata terfavorit turis China, dengan peningkatan pengeluaran lebih dari 44 persen pada Imlek tahun lalu. Itulah sebabnya, insiden kali membuat para pejabat Thailand cemas dan mencoba meyakinkan bahwa negara mereka aman.

Menurut laporan media lokal, Gubernur Otoritas Pariwisata Thailand, Thapanee Kiatphaibool, mengatakan sekitar 10.000 turis China membatalkan perjalanan mereka setelah kasus Wang. Thapanee menyalahkan komentar di media sosial yang negatif karena telah menyebarkan informasi yang salah mengenai Thailand.

Kendati demikian Thapanee optimistis dapat mencapai target tahun ini dengan 8 juta kedatangan turis China, naik dari 6,73 juta kedatangan pada tahun 2024. Namun para pakar sangsi target itu dapat tercapai.

Pan Weiqiang menjalankan sebuah biro perjalanan dengan cabang di Chiang Mai dan provinsi tetangga Chiang Rai, yang menawarkan tur mengemudi sendiri dari provinsi Yunnan, China. Kepada CNA, dia mengatakan bahwa kasus Wang telah memberikan pukulan telak terhadap bisnisnya.

Setiap tur dapat menampung 10 hingga 40 orang dengan biaya antara 7.000 yuan hingga 20.000 yuan per orang, tergantung rute dan tujuan.

Zheng Wei Tour, agen perjalanan yang berbasis di Chiang Mai menawarkan tur menyetir sendiri yang penuh petualangan. (Foto: Pan Weiqiang)

Awalnya ada sembilan tur yang telah dipesan untuk Tahun Baru Imlek. Tujuh antaranya telah dibatalkan, membuat Pan merugi besar.

"Setelah kasus (Wang) muncul, tujuh tur dibatalkan dalam waktu seminggu," tambahnya. Dua tur yang tersisa tetap berjalan hanya karena dokumen dan deposit telah diserahkan.

Pelaku bisnis perhotelan seperti Tommy Qu, pengelola resor di Chiang Mai yang populer di kalangan turis China, juga merasakan dampaknya.

"Kami telah menerima beberapa pengembalian uang dari rombongan karena turis China merasa bahwa datang ke Thailand itu berbahaya," kata Qu.

PERAN MEDIA SOSIAL

Media sosial memainkan peran penting dalam penyelamatan Wang, namun juga menyebabkan tersebarnya spekulasi dan informasi yang salah, kata para ahli.

Setelah hilang kontak dengan Wang, pacarnya menggunakan situs mikroblog Sina Weibo untuk mencari bantuan. Postingan itu menarik perhatian para selebriti China lainnya dan menjadi viral.

Aktris Taiwan Shu Qi dalam postingannya di Weibo mengatakan: "Saya berharap dia (Wang) selamat dan berharap dia segera ditemukan."

Terdapat lebih dari 12 miliar tagar yang berkaitan dengan hilangnya Wang di Weibo.

Di situs pelacak data Douyin, Douchacha, tercatat 240 juta interaksi tentang penculikan Wang selama periode 30 hari, dengan mayoritas pengguna berasal dari provinsi Guangdong di daerah China selatan.

Istilah-istilah seperti "Batalkan tiket pesawat Thailand dan kamar hotel" terus mendapatkan ratusan ribu mention di situs-situs media sosial Tiongkok.

Sebuah peristiwa nyata, yang dibumbui oleh informasi yang salah kemudian tersebar di media sosial, menurut Xu Deya, profesor dari Fakultas Komunikasi di East China Normal University, Shanghai, dapat mempengaruhi citra pariwisata sebuah negara.

"Di era media sosial saat ini, informasi menjadi viral dengan mudah. Berita palsu atau cerita setengah-benar mudah menyebar, tidak seperti di media tradisional, di mana ada editor yang bertanggung jawab melakukan pengecekan fakta."

Wisatawan berpengalaman yang mengenal dan mencintai Thailand tidak akan mudah terpengaruh oleh berita-berita di media sosial, namun "wisatawan yang baru pertama kali berkunjung yang mungkin berpikir untuk membatalkan (perjalanan ke Thailand) sangat rentan terhadap informasi online yang menyesatkan," tambah Xu.

Kondisi ini diperburuk oleh film-film laris di China yang berlatarkan negara Asia Tenggara, mengisahkan soal penculikan warga Tiongkok.

Dalam film thriller kejahatan siber tahun 2023 "No More Bets", yang diklaim berdasarkan kisah nyata, seorang ahli pemrograman mengunjungi Asia Tenggara karena tertipu pekerjaan palsu. Dia kemudian terjebak dalam sarang penipu.

Meskipun nama kota yang digunakan dalam film itu adalah fiksi, namun aksara Kamboja ditampilkan secara mencolok di seluruh film. Akhirnya film itu dilarang tayang di Kamboja.

"Kamboja tidak senegatif yang digambarkan dalam film tersebut. Orang China memproduksinya untuk mempromosikan pesan anti-penipuan kepada rakyatnya sendiri," demikian bunyi pernyataan pemerintah Kamboja yang mengutuk keras perilisan film tersebut. "Namun, film ini telah mempengaruhi reputasi Kamboja dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Myanmar dan Thailand, serta industri pariwisata mereka."

Film kriminal lainnya, "Lost in the Stars", yang dirilis pada 2022, bercerita tentang seorang wanita China yang akhirnya terbunuh saat berlibur di Asia Tenggara.

Xu menjelaskan beberapa alasan di balik film-film tersebut.

Dia mengatakan, peraturan di China sangat "membatasi film tentang kejahatan, pembunuhan atau investigasi kriminal yang berlatar di negara tersebut", maka plot cerita dibuat di luar negeri, di tempat-tempat "seperti Phuket atau Bali". 

"Hal ini kemudian menciptakan kesan yang salah bahwa tempat-tempat itu berbahaya," kata Xu.

Film-film seperti ini telah memicu ketakutan di masa lalu, namun tidak sebesar apa yang terjadi dalam kasus penculikan Wang. Pasalnya, kata Xu, saat ini orang bisa bersuara di media sosial. "Pembicaraan soal itu ada di mana-mana (secara online) sekarang - di Douyin, Xiaohongshu."

Perahu-perahu berlabuh di sepanjang Sungai Mekong di sisi perbatasan Thailand dengan Laos. (Foto: Melody Chan)

Operator perjalanan dan tur Thailand juga mengambil tindakan.

Pan dan rekan-rekannya di China, Laos dan Thailand ingin meyakinkan wisatawan China bahwa Thailand tetap aman.

Untuk menyampaikan pesan tersebut, mereka beralih ke televisi dan iklan online untuk mempromosikan "informasi keselamatan" tentang tur pariwisata di Thailand.

Pada akhirnya, ia berharap wisatawan China tidak menelan mentah-mentah apa yang dikatakan di media sosial.

"Jika mereka memahami budaya dan tradisi Thailand, mereka akan menyadari bahwa banyak klaim di media sosial yang tidak berdasar," kata dia.

Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.

Source: CNA/da

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan