Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Asia

Populasi harimau meningkat pesat di hutan Thailand. Apa rahasianya?

Meskipun ada segudang tantangan, namun perlindungan dan upaya pemantauan yang baik terhadap harimau di Thailand berhasil meningkatkan populasi satwa ini.

Populasi harimau meningkat pesat di hutan Thailand. Apa rahasianya?

A wild tiger roaming in Mae Wong National Park in western Thailand (Photo: DNP/WWF)

KAMPHAENG PHET, Thailand: Jejak kaki dan tumpukan kotoran hewan menjadi titik tolak bagi rombongan penjaga hutan dan peneliti dalam perjalanan mereka di hutan belantara sebelah barat Thailand.

Para personel taman nasional dan peneliti itu harus melintasi jalur tanah yang bergelombang dan rerimbunan pepohonan yang lebat dan kering, rumah bagi beruang hitam, gajah, tapir, dan burung pegar.

Semua aktivitas hewan-hewan itu memang menarik untuk diamati, tapi penjelajahan mereka kali ini adalah untuk misi pencarian harimau.

Mereka lantas meletakkan kamera perangkap di Mae Wong, taman nasional sekitar 360km baratlaut Bangkok.

Tim kecil itu menumpangi dua mobil 4x4 menuju lokasi bebatuan garam mineral (salt lick) di sebuah petak kecil yang dikelilingi belukar. Genangan lumpur di tempat itu menjadi tempat perlintasan ramai bagi para satwa yang ingin menjilati mineral tersebut.

Harimau sulit ditemukan di alam liar, namun kamera perangkap berhasil memantau pergerakan mereka di area konservasi WEFCOM. (Foto: DNP/WWF)

Beberapa pertanda seperti jejak tapak-tapak besar di tanah yang lembek dan beberapa bekas cakaran di sekitarnya, adalah bukti bahwa di tempat itu hewan pemburu dan mangsanya kerap datang.

Di sebuah akar pohon yang telah roboh, terikat rantai yang terhubung dengan kotak besi, tempat meletakkan kamera infra merah. Bisa jadi pohon itu dirobohkan seekor gajah yang penasaran pada lampu yang berpijar dari kamera, ujar seorang peneliti.

Para peneliti berharap, kamera di dalamnya telah merekam satwa-satwa liar yang berkumpul di situ. Dan hari ini, mereka sedang beruntung.

Teerawut Kaewsrisod, koordinator peneliti dari World Wildlife Fund (WWF), membuka laptopnya dan memeriksa rekaman dari kamera pendeteksi gerakan itu.

Setelah bertahun-tahun melakukan deteksi dan pemantauan seperti ini, para peneliti akhirnya menemukan bahwa harimau sang raja hutan, telah muncul kembali.

Para peneliti dan penjaga hutan memeriksa salt lick di taman nasional Mae Wong. (Foto: CNA/Jack Board)

PREDATOR PUNCAK RANTAI MAKANAN

Sementara jumlah populasi harimau di seluruh dunia terus berkurang dan wilayah alami mereka dirambah dan dikonversi, tapi ceritanya berbeda di hutan lindung Thailand.

Dari tahun 2007 hingga 2023, perkiraan jumlah harimau liar di Western Forest Complex (WEFCOM), kompleks keanekaragaman hayati penting yang mencakup 11 taman nasional dan enam suaka margasatwa Thailand, telah meningkat tiga kali lipat.

Data Departemen Taman Nasional dan Wildlife Conservation Society yang dirilis tahun lalu menyebutkan, kompleks seluas 18.730 km persegi yang membentang di sepanjang perbatasan Thailand dengan Myanmar, jalur hutan terbesar di daratan Asia Tenggara, kini memiliki 143 harimau.

Hal ini kontras dengan perhitungan global - ketika harimau terdaftar sebagai spesies terancam punah dan menurun jumlahnya hingga 97 persen dalam seabad terakhir - menjadi hanya sekitar 3.200 ekor pada tahun 2010.

Jumlah tersebut meningkat kembali menjadi sekitar 5.574 ekor di alam liar pada 2023, tetapi harimau secara umum menghadapi berbagai tekanan yang mengancam kelangsungan hidup mereka di habitat sendiri.

"Mereka hanya mendiami sekitar 7 persen dari wilayah yang pernah mereka tinggali," kata Alex McWilliam, koordinator regional untuk spesies dan habitat di International Union for Conservation of Nature.

Mereka berkurang jumlahnya akibat perburuan liar, menipisnya jumlah mangsa, penyakit menular, serta hilangnya habitat dan fragmentasi. Secara keseluruhan, harimau yang semakin dekat dengan manusia dapat berdampak "sangat negatif", kata McWilliam.

Meskipun jumlah harimau telah pulih secara perlahan di negara-negara seperti India dan Nepal, namun menurun terus di Asia Tenggara, sehingga keberhasilan di kawasan konservasi WEFCOM menjadi sangat penting bagi kelestarian spesies ini.

"Jumlahnya saja, peningkatan jumlah harimau, merupakan ukuran yang sangat penting untuk mengetahui seberapa sukses tindakan kita dalam melestarikan harimau," katanya.

Jejak kaki di padang garam di taman nasional Mae Wong. (Foto: CNA/Jack Board)

Di Mae Wong, sebuah kawasan yang baru mendapatkan status perlindungan resmi pada 1987 dan menjalani rehabilitasi lahan, kini diketahui terdapat sembilan ekor harimau.

Meskipun jumlah tersebut mungkin masih sedikit, namun sudah merupakan keberhasilan yang luar biasa, kata kepala taman nasional, Khomsan Maneekarn.

"Saat itu, tidak banyak satwa liar dan sulit untuk menemukannya. Setelah rehabilitasi, hutan-hutan ini telah menjadi harapan bagi satwa liar, tidak hanya harimau," kata dia.

Menurut laporan Departemen Taman Nasional Thailand, diperkirakan terdapat 179 hingga 223 harimau dewasa di alam liar Thailand. Wildlife Conservation Society berpendapat, WEFCOM bisa menjadi rumah bagi 2.000 harimau jika mendapatkan perlindungan yang tepat.

Matahari terbit di atas taman nasional Mae Wong, sebuah area konservasi utama di bagian barat Thailand. (Foto: CNA/Jack Board)

Harimau merupakan predator di puncak rantai makanan hutan dan spesies payung. Artinya, jika mereka bisa hidup sejahtera, maka keseluruhan ekosistem di sekitarnya juga akan sehat.

Dampak baiknya juga bisa dirasakan manusia. Upaya konservasi harimau dapat meningkatkan keamanan perekonomian penduduk lokal, memperkuat sistem pangan dan air, serta memberdayakan masyarakat, ujar International Union for Conservation of Nature.

"Jika Anda dapat melestarikannya, jika Anda dapat mempertahankannya di hutan, maka Anda melakukannya dengan baik," ujar Regan Pairojmahakij, pemimpin program perubahan iklim di Regional Community Forestry Training Center for Asia and the Pacific, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada kehutanan masyarakat di Asia.

"Ini adalah kesempatan yang luar biasa, dan saya pikir setidaknya di Thailand, kesempatan ini telah dimanfaatkan dengan baik."

Jumlah populasi harimau telah sangat berkurang selama satu abad terakhir. (Foto: DNP/WWF)

SEBUAH UPAYA YANG SULIT

Inti dari upaya perlindungan harimau oleh pemerintah Thailand, Departemen Taman Nasional dan berbagai kelompok masyarakat sipil adalah melakukan pendekatan holistik dan jangka panjang untuk pengelolaan lingkungan.

Thailand telah memprioritaskan penetapan kawasan sebagai daerah perlindungan. Di Mae Wong, mereka telah menggabungkan penelitian terfokus, pemantauan populasi, patroli cerdas, dan kampanye untuk melibatkan masyarakat setempat.

Dengan memiliki data dan pemantauan ilmiah yang tepat, para ahli akhirnya dapat lebih memahami status dan kebutuhan harimau, serta seluruh rantai makanan dan ekosistem pendukungnya.

Upaya-upaya sebelumnya untuk melacak harimau di wilayah WEFCOM pada awal abad ini membuahkan hasil yang bersifat sementara, tetapi telah mendorong pemerintah Thailand untuk mengintensifkan upaya perlindungan dan pemantauan harimau.

Ketika inisiatif ini mulai membuahkan hasil, tingkat kepadatan satwa di Suaka Margasatwa Huai Kha Khaeng di dalam kompleks tersebut terbukti paling tinggi di Asia Tenggara, tetapi masih jauh di bawah India dan Nepal dalam periode rehabilitasi yang lebih lama.

Khomsan Maneekarn, kepala Taman Nasional Mae Wong, sedang berpatroli. (Foto: CNA/Jack Board)

Peningkatan upaya penegakan hukum dan pengelolaan habitat kemudian dilanjutkan, dan Departemen Taman Nasional melaporkan pada tahun 2022 bahwa tidak ada kasus perburuan harimau aktif yang terdeteksi sejak tahun 2013.

"Secara umum, konservasi adalah upaya yang sangat sulit. Dan ketika ada keberhasilan, harus dirayakan. Dan tentu saja, di Thailand, situasi konservasi harimau di beberapa daerah sangat positif," kata McWilliam.

Peningkatan jumlah harimau berbanding lurus dengan penambahan jumlah hewan berkuku lainnya seperti rusa dan banteng, yang merupakan mangsa sang kucing besar. Penelitian menemukan bahwa jumlah mereka meningkat dua kali lipat di dalam suaka margasatwa kompleks tersebut, yang secara langsung dapat meningkatkan kemampuan harimau untuk berkembang.

Thailand juga membuat penangkaran khusus untuk satwa yang jadi mangsa harimau. Setelah besar, mereka akan dilepas ke alam liar. Ini adalah cara untuk meningkatkan populasi makanan harimau di hutan.

"Jika kita menunggu mereka untuk merehabilitasi diri secara alami, akan sangat lambat bagi harimau di daerah tersebut. Jadi, kami ingin membantu dengan membuat pengaturan dengan pusat-pusat penangkaran untuk melepaskan mereka di sini," kata Teerawut.

Berbagai jenis hewan langka, seperti beruang madu ini, telah terlihat di taman nasional Mae Wong. (Foto: DNP/WWF)

TANTANGAN KE DEPAN

Terlepas dari keberhasilan-keberhasilan tersebut, masih ada beragam tantangan yang dihadapi.

Dinamika antara predator puncak dan masyarakat di kawasan hutan masih rawan terjadi dan perlu dikelola dengan hati-hati di masa mendatang, kata Pairojmahakij. Kepemilikan dan penggunaan lahan hutan juga menjadi faktor yang mengancam masa depan harimau.

Harimau sebagian besar melintasi lahan yang tidak dilindungi. Artinya, kata Pairojmahakij, perlu ada dukungan dari masyarakat lokal dan pemilik lahan untuk memastikan perlindungan dan insentif untuk pengelolaan alam dengan cara yang mendukung rantai makanan.

Kawasan dan kompleks lindung di Thailand biasanya dikelilingi hutan yang dikelola masyarakat, lahan pribadi, atau lahan reformasi agraria. Saat ini, hanya ada sedikit insentif untuk konservasi keanekaragaman hayati di tempat-tempat tersebut.

Tulang-belulang hewan di jalan setapak merupakan tanda aktivitas harimau, kata para peneliti. (Foto: CNA/Jack Board)

"Mungkin Anda memang membutuhkan, dalam beberapa kasus, semacam kawasan lindung inti untuk spesies tertentu. Harimau adalah salah satu hewan yang tidak senang hidup berdampingan dengan manusia," kata Pairojmahakij.

"Namun, ada juga daerah penyangga di sekitarnya, dan manfaat apa pun yang terkait dengan konservasi keanekaragaman hayati harus dibagikan dan disebarluaskan serta dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat."

Sifat perilaku harimau yang lintas batas, dan kedekatan habitat alami mereka di WEFCOM dengan Myanmar, negara yang tengah dalam konflik bersenjata, menghadirkan serangkaian tantangan unik yang sulit diatasi dalam jangka pendek.

Mencoba membangun sistem pengelolaan lanskap yang berkelanjutan di sisi Myanmar juga merupakan bagian yang sangat penting, jelas Pairojmahakij.

"Thailand jelas tidak berada dalam gelembung. Myanmar berada tepat di sebelahnya. Perbatasan itu memiliki banyak celah. Dan harimau-harimau itu tidak punya paspor."

Memulihkan ekosistem bagi harimau dapat memberikan banyak manfaat bagi manusia dan satwa liar lainnya. (Foto: CNA/Jack Board)

Untungnya, gagasan melindungi harimau terbukti efektif menarik pendanaan yang sangat dibutuhkan untuk konservasi di wilayah tersebut. Pairojmahakij mengatakan, hanya sedikit spesies yang dapat menarik perhatian seperti harimau.

"Hanya ada sedikit spesies ikonik atau isu yang menarik perhatian seperti konservasi harimau. Jadi ini sangat kuat. Harus ada masalah sebagai titik pemicu untuk menyatukan para pemangku kepentingan. Ini adalah titik masuk yang paling indah," katanya.

Di dekat salt lick di Mae Wong, para peneliti taman nasional bersiap-siap untuk memasang kembali kamera, diikatkan pada batang pohon yang diduga dirobohkan gajah.

Batang itu menjadi "tiang menggaruk" untuk berbagai mamalia yang berkeliaran di sepanjang jalan setapak ini.

Membangun populasi mangsa, seperti tapir, sangat penting bagi keberlangsungan harimau. (Foto: DNP/WWF)

Tumpukan tulang belulang yang hanya berjarak beberapa meter dari pohon - bekas mangsa harimau - merupakan tanda peringatan tentang bahaya predator yang menemukan cara baru untuk berkembang di petak hutan ini.

Pada akhirnya, para petugas menargetkan jumlah harimau sebanyak 15 ekor. Jika lingkungan bisa mendukung kehidupan mereka, berarti upaya telah berhasil.

"Harimau bukan milik satu individu di Thailand, mereka adalah milik semua orang," kata Teerawut. "Melihat harimau di Thailand, melihat mereka berjalan di hutan Thailand, adalah sesuatu yang membanggakan."

Harimau masih hidup di hutan ini. Dan demi kebaikan seluruh hutan, keberadaan mereka jadi pertanda bahwa alam kembali menemukan jalan menuju keseimbangan.

Laporan tambahan oleh Ryn Jirenuwat.

Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.

Source: CNA/da

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan