Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Asia

Platform taksi online menjamur di China, para sopir mengaku kian kesulitan penuhi target

Ada ratusan platform taksi online di China dengan lebih dari 2 juta pengemudi, melampaui jumlah permintaan yang ada. Akhirnya terjadi kejenuhan pasar, memaksa kota-kota mengeluarkan surat peringatan untuk berhati-hati berinvestasi dalam bidang ini.

Platform taksi online menjamur di China, para sopir mengaku kian kesulitan penuhi target

Mobil taksi daring Didi di Bandara Internasional Shanghai Hongqiao. (Foto: Reuters/Aly Song)

SINGAPURA: Dulu industri ini dipandang sebagai ladang cuan dengan jam kerja yang lebih leluasa. Kini, pengemudi taksi online di China harus bekerja lebih lama dan tidak lagi menerima banyak pesanan. Keadaan ini mendesak pemerintah kota di seluruh China untuk mengeluarkan peringatan akan kejenuhan di pasar tersebut.  

Sejak April, setidaknya ada delapan kota yang telah mengeluarkan pemberitahuan kepada pengemudi dan juga pengusaha yang ingin membuka platform jasa transportasi online. 

"Berhati-hatilah dalam berinvestasi di industri layanan transportasi daring," tertulis dalam sebuah pemberitahuan yang diterbitkan oleh biro transportasi kota Xuzhou, Provinsi Jiangsu pada hari Rabu (5 Juni). Pemberitahuan tersebut menganjurkan para pebisnis yang berminat untuk bergabung ke dalam pasar layanan transportasi daring untuk melakukan riset yang mendalam dan memahami daya penawaran dan permintaannya.

Dalam beberapa bulan terakhir, kota-kota lain turut mengeluarkan pemberitahuan serupa seperti Putian di Provinsi Fujian Selatan, Suzhou di Provinsi Jiangsu dan Xiantan di Provinsi Hunan di China Tengah.

Setahun yang lalu, Dongguan, Sanya dan Changsha menjadi kota-kota pertama yang mengeluarkan peringatan akan kejenuhan pasar.

Kejenuhan ini disebabkan meningkatnya jumlah pengemudi taksi online sampai melampaui angka pemesanan yang ada.

Menurut National Ride-Hailing Regulatory Information Platform, jumlah pengemudi berlisensi meningkat tajam sebesar 57 persen, dari 2,9 juta pada akhir tahun 2020 menjadi 6,8 juta pada Maret 2024. Sementara itu, permintaan masyarakat untuk ojek dan taksi daring naik sekitar 45 persen.

Jumlah platform taksi online juga kian bertambah. Pada April saja, jumlah platform mencapai 349, meningkat dari 309 pada tahun sebelumnya.

Pemain utama di China di antaranya meliputi Ruqi Travel, Xiangdao Chuxing, Caocao, dan Didi. Ruqi Travel dimiliki oleh produsen mobil GAC Group, yang juga disokong oleh pemerintah China. Selain itu, ada Xiangdao Chuxing dari SAIC Motor. Kemudian, Caocao yang berada di bawah Geely Zhejiang Holding Group.

PENGHASILAN BERKURANG, JAM KERJA BERTAMBAH

Meningkatnya persaingan akan membuat penghasilan pengemudi berkurang dari sebelumnya. Belum lagi, sebagian dari mereka juga diberi iming-iming oleh perekrut mengenai apa yang bisa mereka hasilkan, sebagaimana yang dikabarkan oleh media setempat.

Seorang pengemudi di Shanghai bercerita bahwa sebelumnya, ia bisa menghasilkan lebih dari 10.000 yuan (Rp22 juta) dalam sebulan. Belum lagi, ia juga menerima bonus dari platformnya, yang kala itu hanya menaungi beberapa pengemudi saja. Namun kini, pendapatannya menurun hingga sekitar 6.000 yuan sejak tahun 2019, sebagaimana yang dilansir oleh media Shanghai Daily.

Pengemudi Shanghai lainnya mengatakan bahwa ia menjadi sopir sewaan pribadi melalui perusahaan yang tengah melakukan perekrutan untuk platform transportasi daringnya.

Ilustrasi pengemudi taksi online di China. (iStock)

Perusahaan ini mengeklaim bahwa tarif di Shanghai mulai dari 20 yuan, namun kenyataannya, tarifnya hanya 12 sampai 13 yuan, ungkapnya kepada media The Paper. Pengemudi juga diharuskan untuk menghasilkan uang setidaknya 600 yuan sehari sebelum mereka bisa dibayar. 

"Kalau Anda tak bekerja setidaknya 15 sampai 16 jam sehari, Anda sulit untuk bisa menyelesaikan target 600 yuan-nya," ujar seorang pengemudi berusia 18 tahun, yang enggan disebutkan namanya.

South China Morning Post mengabarkan bahwa di tahun 2023, Shanghai berhenti menerima permohonan izin membuka layanan ojek dan taksi daring yang baru, guna menjamin "pengembangan yang sehat dan tertib" di dalam pasar jasa transportasi daring di kota tersebut.

Dalam pemberitahuan tertanggal 15 Mei itu, biro transportasi Putian juga memperingatkan akan keadaan yang kini dihadapi oleh pengemudi-pengemudi yang baru memasuki industri ini.

Dari 24.177 pengemudi taksi online berlisensi yang ada di kota tersebut, mereka hanya menghasilkan 4.000 hingga 8.000 yuan dan rata-rata mendapat waktu istirahat hanya empat hari dalam sebulan saja, ungkap biro tersebut.

Biro tersebut menjelaskan bahwa untuk menarik pengemudi supaya mereka mau menyewa atau membeli mobil dari mereka, beberapa platform taksi online, perusahaan sewa mobil dan dealer mobil mengiming-imingi "banyak pesanan dan penghasilan yang tinggi". 

Risikonya adalah para pengemudi tidak dibayar dengan penuh atau tepat waktu bila perusahaan-perusahaan ini menghadapi kesulitan operasional dan tidak mampu melunasi utangnya, atau mereka "kabur diam-diam", terang biro tersebut. 

PENGEMUDI TERANCAM HENGKANG 

Para analis menjelaskan kepada CNA bahwa pasar perlu waktu untuk dapat kembali stabil.

Terlepas dari sistem transportasi umum yang kuat di kota-kota besar di China, layanan taksi online berkembang pesat di negara ini karena mereka menawarkan "cara hidup yang mudah bagi kebanyakan warga biasa, dan telah memudahkan mereka yang ingin mendapatkan tumpangan di kota-kota besar", kata Dr Terence Fan, lektor kepala di bidang strategi dan kewirausahawan di Singapore Management University. 

Namun kini, pertumbuhan ekonomi di negara tersebut telah melambat sejak pandemi COVID-19, kemudian situasi lapangan kerja juga semakin memburuk, terangnya. 

"Bayangkan saja lokasi pembangunan yang mangkrak, perlambatan di semua sektor perdagangan - mendorong banyak (orang) untuk menjadi pengemudi taksi online dan karenanya semakin memperburuk gaji pengemudi rata-rata."

Bila penawaran dan permintaan tidak seimbang dalam kurun waktu yang sempit, pengemudi nantinya akan menerima pendapatan yang rendah dan menghadapi tekanan operasional seperti biaya sewa kendaraan mereka, ujar Chan Ming Lih, seorang figur industri terkemuka di bidang praktik mobilitas di perusahaan konsultan Frost & Sullivan.

Sebagian akan pindah ke pekerjaan lain atau menjadikan sopir taksi online sebagai pekerjaan paruh waktu saja, ucapnya.

"Hanya sedikit anak muda yang ingat bagaimana rasanya ekonomi China tumbuh selambat ataupun menyusut seperti ini. Taksi online menjadi salah satu industri yang terjerat dalam dinamika ini. Butuh beberapa waktu untuk membuatnya kembali stabil," kata Fan.

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini. 

Source: CNA/da

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan