Lewat 24 jam, warga Singapura sesali gangguan MRT terburuk sejak 2017
Antrean panjang hingga 100m terlihat di beberapa stasiun MRT karena para penumpang kereta api dialihkan untuk menaiki bus penghubung yang menggantikan sementara layanan kereta yang terputus.
SINGAPURA: Banyak komuter di bagian barat Singapura menghadapi perjalanan panjang pada Rabu dan Kamis (26/9) yang disebabkan oleh gangguan kereta Moda Raya Terpadu (MRT) terburuk sejak 2017.
Sudah lebih dari 24 jam sejak Rabu pagi layanan transportasi massal berbasis rel itu tidak tersedia antara stasiun Jurong East dan Buona Vista pada Jalur Timur-Barat (EWL) yang juga dikenal dengan sebutan "Green Line".
Dua stasiun di antara Jurong East dan Buona Vista, yaitu Clementi dan Dover, pun ditutup.
Ruas ini merupakan jalur arteri yang dilalui banyak penduduk bagian barat Singapura untuk pulang-pergi dari dan ke pusat kota.
Operator kereta api SMRT mengatakan bahwa layanan bus penghubung gratis disediakan sebagai moda transportasi alternatif antara Jurong East dan Buona Vista.
SMRT juga mengimbau penumpang untuk memperhatikan orang-orang berkebutuhan khusus.
Dalam sebuah posting Facebook pada Kamis pagi, Otoritas Transportasi Darat (LTA) mengucapkan terima kasih kepada penumpang atas kesabaran mereka selama perjalanan pada jam-jam sibuk yang juga bertepatan dengan turunnya hujan lebat.
Tambah LTA, mereka telah bekerja sama dengan SMRT, serta operator bus SBS Transit dan Tower Transit untuk menyediakan layanan bus penghubung dan pengendalian massa.
"Kami dengan hormat menghimbau para penumpang untuk tetap sabar dan menjaga ketertiban saat menunggu bus sementara kami terus berupaya memulihkan keadaan," kata LTA.
Pada Kamis pagi, CNA mencatat bahwa antrean untuk menaiki bus penghubung ada yang mengular hingga sedikitnya 100m.
"Saya tidak menyangka akan begitu ramai (di Buona Vista)," kata Mohamed Fayyaz, lelaki berusia 23 tahun.
"Tetapi ya, hal-hal seperti ini (gangguan MRT) bisa sesekali terjadi."
Penumpang lain Wu Xiao Ning mengungkapkan kekecewaannya atas gangguan tersebut.
“Terus terang, menurut saya ini memalukan bagi Singapura … LTA atau SMRT telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dan tidak dapat menyelesaikan masalah ini sepenuhnya,” katanya.
Pria berusia 45 tahun yang bekerja di bidang manajemen ini mengatakan bahwa dia tidak dapat berangkat kerja lebih awal karena harus menunggu anak-anaknya pergi ke sekolah.
“Saya pasti akan terlambat dan (telah memberi tahu perusahaan saya) bahwa saya akan terlambat setidaknya satu jam.”
GANGGUAN TENAGA PENARIK KERETA
Gangguan pada ruas Jalur Timur-Barat yang memengaruhi sembilan stasiun terjadi sejak Rabu pukul 09.25 SGT, setelah sebuah kereta menyebabkan pemutusan arus listrik saat kembali ke depo kereta api Ulu Pandan yang terletak di antara stasiun Jurong East dan Clementi.
Hal ini menyebabkan kereta di dekat stasiun Clementi mogok, dan sekitar 850 penumpang kereta ini harus turun di rel dan diarahkan kembali ke peron stasiun.
Ini adalah gangguan kereta MRT terlama sejak 2017.
Pada 7 Oktober 2017, hujan lebat menyebabkan terowongan antara stasiun Braddell dan Bishan terendam banjir, dan layanan kereta pada Jalur Utara-Selatan (NSL) atau "Red Line" ditutup selama lebih dari 20 jam.
Sekitar sebulan kemudian pada 15 November 2017, tabrakan kereta di stasiun Joo Koon melukai 28 orang. Hal ini menyebabkan penghentian layanan kereta selama tiga hari dari Joo Koon ke Tuas Link pada EWL.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.