Mendagri Malaysia: WNI ilegal yang ditembak mungkin terlibat perdagangan narkoba atau senjata api
Polisi Malaysia telah mengamankan seorang pria yang diduga berperan sebagai "pengangkut" WNI tanpa dokumen itu melalu jaringan penyeludupan.

KUALA LUMPUR: Menteri Dalam Negeri Malaysia, Saifuddin Nasution Ismail, mengungkapkan bahwa penyelidikan polisi terhadap insiden penembakan lima warga negara Indonesia (WNI) oleh Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) di perairan Selangor 24 Januari lalu dapat berkembang menjadi investigasi terkait perdagangan narkotika atau senjata api.
Dalam konferensi pers di gedung Parlemen, Senin (3/2), Saifuddin dikutip Free Malaysia Today mengatakan bahwa semua lima WNI itu merupakan imigran ilegal tanpa dokumen resmi.
Ia juga menyampaikan bahwa polisi telah menangkap seorang pria yang diduga terlibat dalam perdagangan manusia.
"Investigasi awal menemukan bahwa pria tersebut memiliki keterkaitan dengan kapal yang dikejar oleh APMM. Penyelidikan ini masih dalam tahap awal, dan kami tidak menutup kemungkinan bahwa setelah interogasi lebih lanjut terhadap para tersangka, kasus ini bisa berkembang menjadi penyelidikan perdagangan narkoba atau senjata api, berdasarkan pola yang serupa dalam investigasi sebelumnya," jelasnya.
Saifuddin menambahkan bahwa pria itu diduga berperan sebagai "pengangkut" imigran ilegal melalui jaringan penyelundupan.
Selain itu, aparat APMM yang terlibat dalam penembakan yang menewaskan satu WNI itu sedang diselidiki.
Saifuddin menyebut bahwa dirinya telah bertemu dengan Kepala Kepolisian Malaysia, Razarudin Husain, dan sepakat untuk menonaktifkan aparat itu.

KRONOLOGI PENEMBAKAN VERSI MALAYSIA
Saifuddin lebih jauh menjabarkan bahwa insiden bermula pada pukul 02.58 dini hari ketika Pusat Kontrol Area Klang mendeteksi kapal mencurigakan yang memasuki perairan Malaysia di dekat Pulau Carey.
Kapal Penggalang 31 milik APMM kemudian mengidentifikasi kapal tersebut dan memberikan peringatan melalui pengeras suara.
Namun, kapal tersebut mengabaikan peringatan dan mencoba melarikan diri.
"Saat pengejaran berlangsung, kapal itu berusaha menabrak Penggalang 31, terutama di bagian mesinnya, yang dapat menimbulkan risiko ledakan karena menggunakan sistem bahan bakar bensin," ungkap Saifuddin.
Petugas APMM kemudian melepaskan tembakan peringatan ke udara, tetapi kapal tersebut tetap melaju.
Karena ancaman yang semakin meningkat, petugas menembak ke arah mesin kapal untuk melumpuhkannya.
Namun, kapal berhasil melarikan diri dan menghilang dari radar pihak berwenang.
Setelah upaya intersepsi yang gagal, petugas APMM kembali ke pangkalan mereka.
Saifuddin mengatakan bahwa empat WNI yang terluka masih menjalani perawatan di rumah sakit dengan status tahanan.
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, berjanji akan melakukan investigasi yang transparan dan telah memerintahkan pengiriman laporan awal penyelidikan kepada pemerintah Indonesia melalui kedutaannya di Malaysia.
CNA Indonesia telah menghubungi Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, untuk dimintai keterangannya menanggapi pernyataan Menteri Saifuddin.
Namun sampai Senin Sore (3/2), Judha belum membalas pesan WhatsApp yang dikirim.
Insiden ini memicu ketegangan hubungan kedua negara di mana terjadi aksi pelemparan telur ke Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pekan lalu.
Laporan tambahan oleh Ericssen
Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA Indonesia. Menangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.