Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Asia

'Kalau dengar suara, gali saja': Menggali cuan dari hobi berburu logam di Malaysia

Bersenjatakan alat detektor logam, para penghobi di Malaysia berburu perhiasan emas atau barang berharga lainnya dari dalam tanah. Dalam sebulan, mereka bisa untung hingga puluhan ribu ringgit dari barang-barang temuan. Koresponden CNA Aqil Haziq Mahmud terjun langsung ikut berburu bersama para pemburu logam.

'Kalau dengar suara, gali saja': Menggali cuan dari hobi berburu logam di Malaysia

Koresponden CNA, Aqil Haziq Mahmud (kiri) memeriksa koin Malaysia yang baru saja digali dari pasir di Pantai Morib, Selangor. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

BANTING, Selangor: Suasana Pantai Morib di pesisir barat Selangor cukup tenang dan hening pada sore yang berawan di hari kerja, sangat kontras dengan bisingnya Kuala Lumpur yang terpaut jarak sejam berkendara.

Selain desir lembut ombak yang menepi, hanya terdengar suara bip-bip bernada tinggi dari alat detektor logam di tangan kanan saya. Saat saya berhenti berjalan, sekop di tangan kiri terjatuh menggesek pasir pantai.

Dengan bersemangat, saya kemudian menyisir sebidang kecil pasir dengan detektor, berusaha mempersempit lokasi pencarian. Suara bip-bip terdengar makin jelas, tapi masih menggema.

"Bisa jadi ada sesuatu di situ," kata Heidizaini Jurami, seorang pemburu logam kawakan, berteriak dari jarak dua meter. Dia kemudian memasang headset yang tersambung ke detektor untuk mendengar sinyal lebih jelas. Semakin kencang suaranya, semakin dekat dengan benda logam.

Heidizaini Jurami telah berburu logam selama delapan tahun. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Heidizaini, 47, sudah delapan tahun berburu logam, sebuah hobi yang komunitasnya terus berkembang di Malaysia. Diperkirakan ada sekitar 10.000 orang yang punya alat detektor logam untuk berburu di negara itu.

Tugas mereka sederhana: Detektor logam digunakan untuk mendeteksi benda berharga, lalu digali dan dijual dengan harga tinggi.

Modal untuk mulai melakoni hobi ini bisa dibilang tidak murah, sebuah detektor logam yang bagus harganya antara RM1.500 (Rp5,7 juta) hingga RM10.000 (Rp39 juta). Namun hasil yang diberikan juga lumayan.

Beberapa detektor yang lebih mahal bisa jadi tahan air dan memiliki kemampuan kedalaman yang lebih besar. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Untuk temuan perhiasan-perhiasan emas yang hanyut di laut dan terkubur bertahun-tahun di dalam pasir, bisa membuat penemunya mendapatkan keuntungan hingga puluhan ribu ringgit per bulannya.

Beberapa penghobi bahkan rela berhenti kerja untuk mencari logam penuh waktu. Heidizaini mengatakan, penghasilan mereka mencari logam telah menggantikan gaji kantoran sebelumnya. Beberapa penghobi bahkan bisa membeli mobil dan merenovasi rumah dari hasil temuan logam mereka. 

Apalagi dalam beberapa pekan terakhir harga emas mencapai rekor tertinggi US$3.160 per ons (Rp52 juta), akibat tarif Amerika Serikat yang memicu ketidakpastian serta kekhawatiran inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.   

Secara tradisional, emas dianggap sebagai investasi yang aman di masa inflasi atau volatilitas ekonomi. harga emas yang tinggi inilah yang ditekankan Heidizaini soal hobinya. 

Koresponden CNA ini mencoba berburu logam. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Untuk menulis artikel ini, Heidizaini berbaik hati memperbolehkan saya mencoba detektor logamnya untuk berburu. Saya memang tidak yakin akan menemukan emas di percobaan pertama, tapi tetap saja saya bersemangat.

Apalagi setelah Heidizaini memberikan saran ketika kami berbincang sehari sebelumnya: "Kalau dengar suara, gali saja. Jangan pilih-pilih."

Jadi di sinilah saya, menggali pasir. Sekop saya tancapkan ke pasir, lalu ditekan dengan kaki. Kemudian segundukan kecil pasir saya sekop keluar.

Rasanya canggung melakukannya dengan tangan kiri yang tidak dominan. Melihat reaksi Heidizaini saat dia mendekat untuk memeriksa, saya sadar bahwa saya kelihatan amatir.

Heidizaini (kanan) mengenakan headset untuk mendengarkan detektornya dengan lebih jelas. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Detektor logam kemudian saya arahkan ke gundukan pasir yang telah saya sekop keluar. Suara bip-nya tidak lebih kencang - artinya saya harus menggali lagi. Setelah sekitar satu menit menggali dengan penuh semangat, suaranya masih sama, tidak ada tanda-tanda logam pada kekacauan kecil yang saya buat di pantai.

"Mungkin cuma potongan besi tua di dalam pasir," kata Heidizaini cuek, sembari menunjuk layar kecil pada detektor logam.

Saya perlu mendengarkan suara bip yang lebih solid, kata dia, dan memastikan titik yang tampil pada grafik di layar - menandakan adanya logam di tanah - tidak terpencar dan berada dalam satu sumbu. Itu adalah tanda bahwa logam di dalam tanah dalam keadaan utuh dan kemungkinan berharga.

Membedakan bunyi bip yang keluar dari detektor memerlukan keterampilan khusus. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Padahal sebelumnya kata Heidizaini 'gali saja'? Waktu sudah lebih dari 15 menit berlalu, dan saya langsung menyadari bahwa berburu logam lebih dari sekadar jalan-jalan di taman.

Setelah satu atau dua kali percobaan yang gagal, Heidizaini merasakan kekecewaan saya dan mulai memanggil saya ketika dia yakin menemukan sesuatu di dalam tanah. Lalu dia membiarkan saya melakukan sisanya.

Beberapa galian pertama, kami menemukan uang koin Malaysia yang masih ada di peredaran. Tidak ada yang spesial, tapi setidaknya saya sudah senang berhasil menemukan dan menggalinya sendiri.

Berburu logam bisa menjadi aktivitas yang sangat menguras tenaga. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Temuan terakhir Heidizaini lebih menarik - setidaknya menurut saya. Setelah menyekop beberapa gundukan pasir dan memastikan ada logam di dalamnya, saya menggunakan kaki untuk perlahan menyisirnya.

Meski detektor terus berbunyi, tapi saya masih belum menemukan benda itu. Heidizaini kemudian mengeluarkan alat lainnya: Benda serupa pena yang merupakan detektor mini, digunakan untuk mendeteksi lebih baik di antara tumpukan pasir.

Alat berbentuk pena berwarna oranye ini digunakan untuk mencari logam di dalam pasir dengan lebih baik. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Di satu titik, alat itu bergetar dan berbunyi. Heidizaini melihat sebuah kilauan dan mengeluarkan sekeping koin. Bentuknya lebih kecil dan kondisinya lebih rusak dibanding koin lain yang kami temukan. Dengan pengalaman selama bertahun-tahun, Heidizaini langsung tahu: "Sepertinya ini koin Singapura".

Saya harus melihat lebih dekat sebelum akhirnya mengenali gambar koin Singapura yang tidak asing, ukirannya sudah sangat pudar. Itu adalah uang koin 1 sen Singapura yang sudah berhenti edar sejak 2002 karena jarang digunakan.

"Itulah sebabnya kami pemburu tidak mau ke Singapura. Karena kami sudah menemukan uang Singapura di sini," ujar Heidizaini berseloroh. Sebagai warga Singapura, saya tersenyum. Itu adalah temuan yang menarik.

Koresponedn CNA menemukan koin 50 sen Malaysia dan koin 1 sen Singapura dalam perburuan logam. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

GAGAL JADI KONTRAKTOR BERALIH BERBURU LOGAM

Pekerjaan Heidizaini di masa lalu tidak menghasilkan banyak uang.

Pada 2017, dia sempat menjadi kontraktor renovasi rumah namun merugi dan terpaksa menutup usahanya. Kemudian, dia dan istrinya terpaksa jualan makanan di pinggir jalan.

Ketika dia merenungi sampai kapan kondisi keuangannya tidak menentu seperti ini, istrinya memintanya untuk mencoba berburu logam, sebuah hobi yang disaksikannya di Youtube.

Pasangan ini kemudian melakukan riset dan memutuskan untuk total menekuninya. Mereka membeli detektor logam pertama dan selama empat bulan tinggal berpindah-pindah dari pantai ke pantai di Malaysia bersama putra mereka yang saat itu berusia 10 tahun.

"Kami tidak punya uang," kata Heidizaini, menceritakan saat-saat ketika mereka berburu logam hampir setiap hari. "Kami tidur di mobil dan mandi di toilet umum."

Beberapa media berita telah menampilkan Heidizaini dan istrinya karena hobi mereka. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Dalam beberapa bulan itu, Heidizaini dan istrinya menyadari bahwa mereka berbakat dalam bidang itu. Tidak lama setelah memulai berburu, mereka menemukan perhiasan emas. Mereka juga baru tahu kalau bisa mendapatkan uang empat digit setiap bulan hanya dari menjual barang temuan.

"Di saat itulah saya berpikir, ini adalah sesuatu yang bisa saya lakukan dalam jangka panjang," kata Heidizaini, mengaku awalnya sempat ragu dan enggan melakukannya. 

Karena pendapatan yang menggiurkan, akhirnya dalam waktu satu tahun Heidizaini membeli satu detektor logam baru.

Detektor yang lebih mahal bisa mendeteksi logam yang lebih dalam. Meski kedalaman deteksi hanya berbeda beberapa inci dengan model yang lebih murah, namun itu bisa sangat menentukan, kata dia.

Secara umum, detektor logam yang lebih mahal membuat para pemburu lebih mudah menemukan barang berharga. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Dengan alat detektor baru pada 2018, dia berhasil menggali keluar 10 cincin emas dalam satu malam di pantai Desaru, Johor. Pantai di kota itu dikenal dengan pasirnya yang putih dan sangat populer di kalangan wisatawan.

Di satu bulan yang mujur, Heidizaini mengaku mampu mendapatkan pemasukan hingga RM40.000 (Rp153 juta) dari penggalian logam berharga.

Perhiasan-perhiasan emas bisa ditemukan di pantai-pantai semenanjung Malaysia yang berombak pelan, terutama di laut yang bisa digunakan untuk berenang.

Titik populer di Selangor di antaranya adalah pantai Morib dan Began Lalang. Bagi pemburu logam di Negeri Sembilan, mereka pergi ke Port Dickson, atau ke Teluk Cempedak dan Cerating bagi pemburu di Pahang.

Jika kondisi ombak tidak memungkinkan untuk berburu, mereka akan pergi ke perkebunan kelapa sawit, lahan tidur atau sungai yang dangkal untuk mencari ornamen atau benda-benda bersejarah untuk dijual ke kolektor.

Toko alat detektor logam milik Heidizaini di Shah Alam, Selangor. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Pada 2019, Minelab Detectors, merek detektor logam yang digunakan Haidizaini, meminta mereka untuk menjadi dealer resmi di Malaysia. Heidizaini ragu: Apakah orang Malaysia akan tertarik membelinya?

Meski ragu, tapi dia tetap menjalaninya. Dengan pendapatan dari berburu logam, dia menyewa toko pertamanya. Keputusannya ini ternyata tepat. Bahkan ketika tokonya belum buka, permintaan untuk detektor logam sudah tinggi, kata dia.

Pada 2021, mereka sudah menyewa tiga toko. Ketika usahanya sedang bagus, dia memutuskan membeli toko di Shah Alam, Selangor. Untuk mendanainya, dia menjual perhiasan-perhiasan emas yang ditemukannya.

Beberapa perhiasan emas yang ditemukan Heidizaini. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Saat ini, sebagian besar waktu Heidizaini digunakan untuk bisnis detektor logamnya dan membina jaringan para agen penjualan di beberapa negara bagian Malaysia.

"Kami punya toko sendiri saat ini, jadi sudah jarang pergi berburu," kata dia kepada saya dari tokonya yang dipenuhi berbagai model alat detektor logam dan rak pajangan benda temuan, seperti koin tahun 1990-an dari masa penjajahan di Malaysia.

"Kami ingin fokus ke pelanggan dan mencoba berbagi pengetahuan agar mereka bisa sukses juga."

ANCAMAN PENYITAAN OLEH NEGARA

Tapi berburu logam bukanlah hal yang mudah.

"Kamu bisa berada di bawah terik matahari atau hujan, tidur tidak enak jika harus berkemah," kata Heidizaini. "Ini tidak sama dengan kerja kantoran."

Afis Firdaus, warga Johor yang telah berburu logam sekitar tiga tahun, mengaku harus bepergian saat menjalani hobi ini karena beberapa lokasi pencarian terletak jauh dari rumahnya.

"Terkadang, setelah menggali sangat dalam, kamu hanya menemukan kaleng," kata pria 33 tahun itu, menjelaskan bahwa emas dan kaleng terbaca dengan cara yang sama oleh alat detektor.

Cincin hasil perburuan logam Heidizaini dipajang di tokonya. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Selain tantangan fisik, ada juga potensi pelanggaran hukum dari hobi ini.

Para penghobi mengatakan proses untuk menjual emas temuan sangat mudah, mereka harus mengumumkan temuan itu di media sosial selama satu tahun sebelum bisa menjualnya, lalu 20 persen dari hasil penjualan mereka sedekahkan. Tapi berbeda halnya jika yang ditemukan adalah benda bersejarah.

Termasuk di antaranya adalah mata uang kuno atau patung dari masa pra-kolonial di Malaysia dari tahun 1400 hingga awal 1500-an. Barang-barang ini bisa dihargai ratusan hingga puluhan ribu ringgit oleh kolektor.

Perkakas kuno dan keris yang ditemukan selama perburuan logam. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Namun berdasarkan hukum, Departemen Warisan Nasional Malaysia punya kuasa untuk menyita "semua objek yang diyakini memiliki nilai warisan sejarah", kata Sharmaine Yap dari firma hukum  Azmi & Associates KL.

Undang-undang Warisan Nasional Malaysia juga memberikan wewenang bagi departemen itu untuk menentukan apakah sebuah benda memiliki nilai sejarah atau tidak sebelum disita.

"Karena itulah, disarankan pemburu logam untuk segera melaporkan atau memberitahu Komisi (Departemen Warisan Nasional) jika menemukan benda bersejarah, meski ada godaan untung besar kalau benda itu dijual," kata Yap.

Departemen Warisan Nasional dalam beberapa kasus telah menindak para pemburu logam di bawah aturan tersebut. Akhirnya para pemburu enggan mempublikasikan secara berlebihan temuan mereka yang kemungkinan adalah benda bersejarah.

Afis mengatakan bahwa penjualan paling menguntungkan yang pernah dilakukannya adalah temuan "mata uang kuno". Ketika diminta untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai mata uang tersebut, ia menolak. "Saya tidak bisa menceritakannya. Kalau saya melakukannya, aparat di negara bagian akan mulai memantau saya."

PENGHASILAN DARI MEDSOS

Afis mengatakan bahwa sebagian besar pendapatannya dalam berburu logam berasal dari monetisasi video perburuan yang diunggahnya di media sosial, ketimbang penjualan barang temuan.

Akun "Best Finder" miliknya di TikTok dengan video-video temuan unik memiliki 1,3 juta likes dan hampir 175 ribu follower. Video-video temuan cincin dan ajimat, diunggah dengan takarir dan suara latar yang menggugah.

Salah satu hal yang disukai Afis dari perburuan logam adalah dia bisa menangguk cuan dari online dan offline, hanya bermodalkan detektor logam dan sebuah ponsel.

"Saya telah menggali banyak barang," kata Afis yang melakukan hobi ini di akhir pekan. "Bahkan jika saya menemukan tutup botol, saya akan merekam dan mempostingnya di media sosial. Saya masih bisa mendapat uang."

Afis mengatakan bahwa dia ingin menghasilkan pendapatan bulanan setara Rp33 juta secara konsisten dari medsos sebelum mengundurkan diri dari pekerjaan sehari-harinya sebagai buruh pabrik dan totalitas dalam berburu logam.

Apa tips Afis untuk para pemula? Tentukan waktu tersendiri untuk berburu dan anggap hanya sebagai hobi, bukan pekerjaan. Ada seorang kawannya sesama penghobi yang jarang berburu kemudian menjual detektor logamnya sebulan kemudian karena belum juga menemukan emas.

"Tidak masuk akal bisa menemukan emas kalau hanya berburu sebulan sekali," kata Afis yang juga merupakan salah satu agen penjualan alat detektor milik Heidizaini.

Heidizaini menyarankan para pemburu logam pemula untuk tidak terlalu berharap menemukan emas dengan mudah. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Heidizaini sependapat. Dia menyarankan para pemula untuk tidak terlalu berharap dan terus bekerja keras.

"Jangan berharap bisa menemukan emas setiap kali ke pantai, karena kalau kamu terus gagal, kamu bisa menyerah," kata dia.

Afis mengatakan telah menerima lebih dari 500 pertanyaan terkait hobi ini. Sementara Heidizaini memperkirakan ada kurang dari 10.000 orang di Malaysia yang sudah memiliki detektor logam, sebuah angka yang ingin ia tingkatkan mengingat jumlah penduduk Malaysia lebih dari 35 juta jiwa.

Dia ingin agar ada lebih banyak anak muda yang tertarik pada aktivitas ini. Karena selain menghasilkan uang, hobi ini juga memiliki pendidikan sejarah dan membuat tubuh tetap aktif. “Ini bukanlah sesuatu yang membuang-buang waktu,” katanya.

SAMPAI BERGULING-GULING DI PASIR

Kembali di Pantai Morib, saya tidak merasa sedang membuang waktu. Bagi saya, berburu logam adalah aktivitas yang menyenangkan, terutama jika dilakukan berkelompok, ini seperti menggali harta karun yang hilang.

Namun saya bukanlah Indiana Jones, dan saya yakin akan mudah menyerah jika hanya menemukan koin-koin yang tidak berharga setelah berjam-jam berada di bawah terik matahari.

Tiga puluh menit setelah berburu, lengan kanan saya mulai pegal karena terus mengayunkan detektor logam di atas pasir. Meskipun detektornya ringan, tetap saja aktivitas ini membebani fisik.

Saya mengeluh pegal kepada Heidizaini. Ia mencibir dan memberitahu istrinya yang baru turun dari mobil 4x4 mereka untuk menyaksikan kami menyisir pantai. “Memang wajar di awal-awal terasa seperti itu,” kata istrinya menenangkan saya.

Berburu logam bisa menjadi aktivitas keluarga yang menyenangkan, tetapi bagi mereka yang berniat mencari nafkah dari aktivitas ini, perlu kedisiplinan dan ketekunan. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Heidizaini mengingatkan bahwa hobi ini bisa menguntungkan jika sabar. Dia kemudian menunjuk ke pemecah ombak lebih dari 50 meter dari garis pantai, tempat dia menemukan beberapa cincin emas ketika air laut surut.

Ayah dari empat anak ini juga masih ingat dengan jelas saat pertama kali menemukan emas, tepatnya pada bulan pertama ia mulai berburu di tahun 2017.

“Saya sangat senang sampai berguling-guling di pasir,” katanya. Lalu ia segera menjual emas itu sekitar RM400 (Rp1,5 juta) karena ia sangat membutuhkan uang.

"Orang-orang mengira kami mencari harta karun, tapi bukan itu. Kami mencari barang-barang yang mungkin terjatuh atau hilang,” kata dia.

“Kami tidak berharap orang-orang menjatuhkan perhiasan mereka di laut. Tapi ketika itu terjadi, biasanya mereka sudah mengikhlaskan barangnya hilang, dan selama bertahun-tahun akan terkubur di sana. Di situlah kami bisa menggali dan menemukan semua benda itu.

Source: CNA/da

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan