Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Asia

Malaysia hadapi 'bom waktu' penuaan populasi, apakah masih bisa diatasi?

Malaysia mengakui kurangnya dukungan bagi pengasuh, infrastruktur yang belum ramah lansia, serta keamanan finansial bagi mereka. Apakah buku putih yang telah dirilis pemerintah mampu menjawab berbagai tantangan tersebut?

Malaysia hadapi 'bom waktu' penuaan populasi, apakah masih bisa diatasi?

Para lansia di panti jompo di Subang Jaya, Selangor. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

KUALA LUMPUR: Setelah ayah Siti Zaharah Mat meninggal dunia pada 2015, dia dan enam saudaranya bergantian merawat sang ibu di rumah masing-masing selama beberapa tahun.

Namun, ibu mereka kemudian lebih memilih tinggal bersama Siti Zaharah yang masih melajang.

"Kebanyakan orangtua lebih memilih tinggal bersama anak-anak mereka, bukan dengan menantu," kata Siti Zaharah. "Selain itu, saya belum menikah dan tidak punya anak."

Tepat sebelum pandemi melanda pada tahun 2020, ibu mereka yang kini berusia 86 tahun mulai tinggal bersama Siti Zaharah di Semenyih. Pengacara berusia 40 tahun itu pun mengambil alih tanggung jawab penuh untuk merawat ibunya.

Siti Zaharah Mat (kanan) bersama saudara perempuan dan ibunya (tengah). (Foto: Siti Zaharah Mat)

Dia memasak dan membersihkan rumah untuk ibunya serta selalu mengawasinya, memastikan perempuan lanjut usia itu meminum obat diabetes, tekanan darah tinggi, dan jantung.  

Ibunya masih bisa bergerak secara mandiri, tetapi berisiko terjatuh karena menderita osteoporosis dan kelainan pada tulang belakang. Berbagai masalah kesehatan beberapa kali juga memaksanya terbaring di tempat tidur.  

Siti Zaharah bersyukur memiliki atasan yang “sangat pengertian dan mendukung”, yang memberinya fleksibilitas untuk memulai kerja lebih lambat dan pulang lebih awal demi mengurus ibunya.  

Untuk tugas mendesak, ia diizinkan bekerja dari rumah daripada harus menempuh perjalanan 45 menit ke kantornya di Kuala Lumpur.  

Meski demikian, Siti Zaharah harus menjual asuransi sebagai pekerjaan sampingan demi menutupi pengeluarannya, termasuk cicilan mobil dan rumah serta biaya medis ibunya.  

Dia mengakui merawat ibunya sambil menjalani dua pekerjaan telah berdampak pada kehidupan sosialnya.  

“Sebagai orang yang masih lajang, teman-teman saya sering mengajak saya traveling, staycation, atau sekadar healing di suatu tempat … Saya tidak bisa begitu saja bilang iya,” ujarnya.

Siti Zaharah Mat menjalani dua pekerjaan sambil merawat ibunya yang berusia 86 tahun. (Foto: CNA/Fadza Ishak)  

Siti Zaharah telah mempertimbangkan menitipkan ibunya di pusat perawatan harian atau bahkan pindah bersama ke fasilitas jangka panjang, yang menurutnya akan “membuat hidup lebih mudah.”  

Namun, ia merasa ibunya yang tumbuh di kampung, memiliki pandangan tradisional tentang bakti kepada orang tua, sehingga ia harus memikirkan "pendekatan terbaik" sebelum membahas rencana tersebut.  

“Saya harus sangat berhati-hati dengan hal itu, karena ibu saya adalah orang yang sangat sensitif,” ujarnya.  

Kebutuhan pengasuh, kecukupan dana pensiun, dan layanan bagi lansia dengan berbagai kondisi kesehatannya menjadi isu utama seiring dengan persiapan pemerintah Malaysia untuk mengajukan "Buku Putih tentang Agenda Negara yang Menua".  

Agenda ini akan menjadi fokus utama dalam "Rencana Malaysia ke-13", sebuah peta jalan untuk menghadapi perubahan global dan tantangan dalam negeri. Buku putih tersebut kemungkinan akan diajukan dalam sidang parlemen berikutnya pada Juni atau Juli, bersamaan dengan pembahasan Rencana Malaysia ke-13.

Berdasarkan Program Pembangunan PBB (UNDP), Malaysia sudah termasuk dalam kategori negara dengan masyarakat menua dengan 8,1 persen dari populasinya berusia 65 tahun ke atas pada tahun 2024.

Proporsi ini diperkirakan akan meningkat menjadi 14,5 persen pada tahun 2040, mendorong Malaysia masuk ke dalam kategori negara tua lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, yaitu tahun 2044.  

PBB mendefinisikan negara dengan masyarakat menua sebagai negara yang lebih dari 7 persen penduduknya berusia 65 tahun ke atas. Ketika angkanya melewati 14 persen statusnya berubah menjadi negara tua, dan negara super-tua jika sudah 20 persen.  

Malaysia mengalami penuaan populasi yang cepat akibat harapan hidup yang lebih tinggi dan tingkat fertilitas total yang menurun drastis.  

Pada Februari lalu, Menteri Pembangunan Wanita, Keluarga, dan Masyarakat Malaysia, Nancy Shukri, mengatakan di parlemen bahwa tingkat fertilitas total Malaysia turun dari 2,2 pada 2012 menjadi 1,7 pada 2023. Padahal, tingkat penggantian populasi yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antargenerasi adalah 2,1.  

Menteri Ekonomi Rafizi Ramli pertama kali mengumumkan rencana pemerintah untuk mengajukan buku putih tentang negara menua pada Agustus tahun lalu, dengan menyebut bahwa pemerintah telah menyusun kerangka kerja dan rencana aksi untuk menghadapi tren ini.  

Meskipun detail mengenai buku putih ini masih terbatas, Rafizi mengatakan bahwa dokumen tersebut akan mengatasi "kelemahan" dalam perlindungan sosial, terutama bagi para pensiunan.  

Pada November lalu, Rafizi juga menyatakan bahwa buku putih ini akan membahas aspek asuransi, pensiun, serta regulasi untuk mengembangkan industri perawatan di Malaysia.  

Menanggapi pertanyaan CNA dalam sesi pengarahan Rencana Malaysia ke-13 pada Februari lalu, seorang pejabat Kementerian Ekonomi mengatakan bahwa buku putih ini akan mencakup berbagai aspek seperti ekonomi tenaga kerja, pendidikan, kesehatan, dan perawatan jangka panjang.

"SEHARUSNYA SUDAH DIPERSIAPKAN LEBIH AWAL"  

Di Asia Tenggara, Malaysia memiliki proporsi penduduk berusia di atas 65 tahun terbesar keempat pada tahun 2023, yaitu 7,4 persen, menurut data Sekretariat ASEAN.  

Terbesar di ASEAN adalah Vietnam (9,2 persen), disusul Thailand (13,4 persen), dan Singapura (17,3 persen).  

Seperti beberapa negara tetangganya di Asia Tenggara, Malaysia mencapai status negara tua lebih cepat dari yang diperkirakan. Beberapa pihak mempertanyakan apakah pemerintah bertindak terlalu lambat.  

Lee Min Hui, konsultan gender di Dana Populasi PBB (UNFPA), mengatakan bahwa Malaysia sudah mulai merasakan dampak dari terbatasnya dukungan bagi lansia.  

“Dengan perempuan yang keluar dari angkatan kerja untuk menjadi pengasuh dan semakin banyaknya lansia yang menghadapi ketergantungan dalam perawatan serta kesulitan membiayai perawatan, idealnya persiapan ini seharusnya sudah dilakukan lebih awal,” katanya.  

“Hal ini terutama karena dibutuhkan waktu untuk membangun infrastruktur, kerangka kerja, dukungan, serta perubahan pola pikir yang diperlukan untuk memastikan respons yang benar-benar menyeluruh terhadap penuaan.”  

Direktur Social Wellbeing Research Centre, Norma Mansor, juga percaya bahwa buku putih Malaysia seharusnya sudah bisa diajukan lebih awal.  

Namun menurutnya “belum terlambat”, mengingat usia median Malaysia adalah 31 tahun dibandingkan dengan usia median Singapura yang 43 tahun.  

Singapura membentuk komite menteri untuk penuaan pada tahun 2007 ketika 8,5 persen penduduknya berusia 65 tahun ke atas.  

Pada 2015, komite tersebut meluncurkan Rencana Aksi untuk Penuaan yang Sukses yang mencakup lebih dari 70 inisiatif seperti mendukung lansia dalam mempelajari keterampilan baru, meningkatkan kawasan pemukiman agar lebih ramah lansia, dan memperluas fasilitas perawatan lansia.  

Pada 2023, Singapura meluncurkan rencana aksi yang diperbarui.  

Di Malaysia, “kita masih punya waktu untuk merencanakan dan dapat meraih manfaat dari ekonomi perak,” kata Norma. “Tetapi jika kita tidak melakukannya sekarang, maka kita akan benar-benar terlambat.”  

Buku putih Malaysia seharusnya membahas pengembangan ekonomi perawatan, yang mencakup perawatan yang terjangkau bagi lansia dengan berbagai tingkat kemampuan, serta perlindungan sosial bagi pengasuh informal di rumah, kata para ahli.  

Buku putih ini juga harus mencakup aspek seperti keamanan finansial, infrastruktur yang ramah lansia, dan penuaan yang sehat, tambah mereka.  

EKONOMI PERAWATAN MENGUNTUNGKAN SELURUH MASYARAKAT

Membangun ekonomi perawatan sangat penting, kata Lee, merujuk pada pekerjaan produktif – baik yang dibayar maupun yang tidak – yang mendukung semua bentuk pengasuhan, terutama bagi kelompok yang bergantung, termasuk lansia.  

Populasi yang menua dengan cepat dapat mengungkap kurangnya fasilitas kesehatan dan perawatan sosial di negara ini, serta memperburuk ketimpangan, kata para ahli.  

Laporan tentang lansia yang ditelantarkan di rumah sakit dan pusat perawatan menunjukkan adanya celah dalam sistem pengasuhan, tambah mereka.  

Rumah Sakit Kuala Lumpur mengalami peningkatan 50 persen dalam jumlah pasien yang ditelantarkan selama tiga tahun terakhir, dengan 358 kasus pada 2023, naik dari 239 kasus pada 2020, menurut laporan media lokal. Sekitar setengah dari pasien yang ditelantarkan berusia di atas 60 tahun.

Sebuah panti jompo di Petaling Jaya, Selangor, bagi lansia yang tidak memiliki keluarga dekat atau kerabat yang bersedia merawat mereka. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Shahrul Bahyah Kamaruzzaman, presiden Malaysia Healthy Ageing Society, sebuah organisasi nirlaba yang mendidik para pemangku kepentingan tentang isu penuaan sehat, mengatakan kepada CNA bahwa penelantaran lansia dapat disebabkan oleh berbagai masalah sosial ekonomi dan kesehatan.  

"Itu merupakan gejala dari beban dan stres yang dialami pengasuh, akses yang tidak memadai atau tidak merata terhadap perawatan, meningkatnya biaya medis, serta penuaan yang tidak sehat," katanya.  

Lee mengatakan bahwa para pengasuh dalam kasus penelantaran tersebut mungkin hanya membutuhkan layanan perawatan sementara, tetapi akhirnya justru memberi tekanan lebih besar pada sistem kesehatan masyarakat yang sudah terbebani.  

Ia mendesak pemerintah untuk mengeksplorasi sistem perawatan terintegrasi yang dapat menjadikan infrastruktur layanan sosial negara ini sebagai "pelengkap yang layak bagi sistem kesehatan kita".  

Menurut sebuah editorial yang diterbitkan Agustus lalu di Malaysian Journal of Medical Sciences, sistem perawatan terintegrasi adalah sistem yang mengoordinasikan layanan kesehatan di berbagai penyedia dan lingkungan layanan.  

Editorial tentang penuaan sehat di Malaysia pada 2030 yang ditulis oleh tiga anggota Dewan Profesor Nasional itu menyatakan bahwa sistem ini mencakup rumah sakit, klinik perawatan primer, pusat kesehatan masyarakat, dan fasilitas perawatan jangka panjang.  

"Hal ini memastikan transisi yang mulus antara berbagai tingkat perawatan dan meningkatkan kontinuitas layanan bagi lansia," tulis para profesor tersebut.  

Foto arsip seorang pria lansia di tempat tidur dengan obat-obatannya. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Lee menekankan bahwa layanan perawatan dasar yang baik tidak hanya akan bermanfaat bagi lansia, tetapi juga bagi keluarga usia kerja, terutama perempuan, yang menanggung sebagian besar pekerjaan perawatan.  

Sering kali, mereka harus mengurangi jam kerja atau berhenti kerja sepenuhnya demi merawat anggota keluarga, kata Lee. Ini menciptakan efek domino yang "sangat besar" terhadap produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.  

Norma dari Social Wellbeing Research Centre mengatakan bahwa ada sekitar 3,2 juta warga Malaysia, termasuk perempuan, yang tidak bekerja karena dibebani tugas mengasuh.  

Jika mereka masuk ke dunia kerja, mereka bisa menyumbang 4,9 poin persentase pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), katanya. Sebagai perbandingan, ekonomi Malaysia tumbuh 5,1 persen pada tahun 2024.  

Lee mengatakan bahwa pengasuh informal dapat didukung melalui langkah-langkah bantuan sosial seperti transfer tunai, tunjangan perawatan, tunjangan keluarga, atau kredit pensiun.  

"Penggunaan transfer untuk menutupi hilangnya pendapatan dapat mencegah keterpurukan lebih lanjut bagi pengasuh berpenghasilan rendah, yang sering kali memasuki usia tua dengan sangat sedikit tabungan dan perlindungan sosial," tambahnya.  

Rumah perawatan lansia bergaya bungalow tradisional biasanya mengandalkan sukarelawan dan donasi masyarakat. (Foto: CNA/Fadza Ishak)  

Para lansia di cabang Genesis Life Care, Petaling Jaya, mengikuti sebuah aktivitas. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Saat ini, Malaysia menawarkan keringanan pajak pribadi hingga RM8.000 (Rp6,6 juta) untuk biaya perawatan orang tua, termasuk biaya pusat perawatan harian atau panti jompo. Namun, pemerintah tidak memberikan subsidi untuk fasilitas swasta.  

SKEMA PENSIUN UNTUK MASA TUA YANG LEBIH BAIK

Selama 40 tahun, Mohd Yusoff Ahmad, 63, dan istrinya telah menjalani usaha warung makanan Melayu di pasar Petaling Jaya.  

Meskipun beberapa rekan sebayanya telah pensiun, pasangan ini memilih untuk tetap bekerja sebagai cara untuk tetap aktif dan mendapatkan penghasilan tambahan.  

Banyak lansia lain yang diwawancarai CNA di pasar juga menyatakan keinginan untuk bekerja selama mereka mampu.  

"Kalau tidak ada uang, di situlah tantangan sebagai lansia muncul," kata Mohd Yusoff.  

"Kalau bisa, kami tidak mau menjadi beban (bagi sumber daya publik). Selama kami bisa mandiri, kami akan tetap mandiri. Kami tidak bisa berharap pada bantuan negara; masih banyak orang lain yang lebih membutuhkannya," katanya.  

Mohd Yusoff Ahmad, yang saat ini tinggal bersama istrinya, putrinya, dan menantunya, berharap anak semata wayangnya akan merawatnya di masa depan. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Namun, para analis percaya bahwa intervensi pemerintah akan diperlukan untuk memastikan warga Malaysia memiliki cukup dana untuk masa pensiun mereka.  

Perdana Menteri Anwar Ibrahim, saat mengumumkan anggaran tahun ini pada Oktober lalu, mengumumkan bahwa tunjangan bagi warga lansia yang membutuhkan akan meningkat dari RM500 menjadi RM600 per bulan.  

Ini merupakan bagian dari alokasi RM1 miliar yang juga akan digunakan untuk membangun lebih banyak panti jompo pemerintah dan pusat aktivitas lansia.  

Untuk kebutuhan pensiun, Lee dari UNFPA merasa bahwa skema perlindungan sosial berbasis pekerjaan di Malaysia – Employees Provident Fund (EPF) – tidak cukup seiring dengan meningkatnya harapan hidup.  

Per Oktober lalu, hanya 36 persen anggota EPF formal aktif yang memenuhi tabungan minimum RM240.000 (Rp887 juta) pada usia 55 tahun untuk menutupi kebutuhan dasar masa pensiun, katanya.  

Pemerintah harus mempertimbangkan beberapa bentuk asuransi perawatan jangka panjang atau pensiun sosial, kata Lee, mengacu pada program yang didanai pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan standar hidup minimum di usia tua bagi semua orang, terlepas dari kontribusi mereka.  

"Pemerintah benar-benar harus berperan, karena saat ini, kita sudah menjadi negara yang menua. Kita akan menghadapi apa yang disebut sebagai bom waktu, dan kita sudah mulai melihat dampaknya sekarang," tambahnya.

Koridor proyek perumahan subsidi pemerintah di Petaling Jaya, Selangor. (Foto: CNA/Fadza Ishak)  

Tingkat kemiskinan relatif di kalangan lansia di Malaysia mencapai sekitar 42 persen, lebih dari dua kali lipat tingkat kemiskinan nasional sebesar 17 persen, menurut Norma dari Social Wellbeing Research Centre.  

“Semakin banyak lansia yang jatuh miskin adalah fenomena yang akan kita lihat di Malaysia ke depannya,” katanya.  

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah dapat mendanai skema pensiun sosial dengan memperkenalkan pajak konsumsi berbasis luas dengan tarif serendah 2 persen, ujarnya.  

"Reformasi yang kami harapkan adalah yang kami gambarkan sebagai sistem pendapatan bertingkat untuk usia tua," tambahnya.  

"Setidaknya, setiap warga Malaysia harus menerima semacam pensiun sosial dasar, dan itu harus didanai melalui pajak."  

Pada Juni tahun lalu, CEO dana pensiun pegawai negeri sipil menekankan perlunya meninjau kembali rencana pensiun dan sistem jaminan sosial guna memastikan para pensiunan dapat menghidupi diri mereka sendiri dalam masa pensiun yang lebih panjang.  

CEO Retirement Fund Incorporated, Nik Amlizan Mohamed, juga dikutip mengatakan bahwa Malaysia perlu mengevaluasi kembali usia pensiun minimum 60 tahun mengingat meningkatnya harapan hidup.  

Menteri Wilayah Persekutuan, Zaliha Mustafa, menanggapi bahwa pemerintah tidak memiliki rencana untuk menaikkan usia pensiun bagi pegawai negeri sipil.  

Usia pensiun minimum di Malaysia adalah 60 tahun. (Foto: CNA/Fadza Ishak)  

Di bawah sistem saat ini, lansia yang sehat dan mandiri sudah dapat terus bekerja di luar usia pensiun yang ditetapkan, kata Calvin Cheng, peneliti ekonomi di lembaga think tank Institute of Strategic and International Studies Malaysia.  

Usia pensiun hanya berfungsi sebagai tolok ukur sosial mengenai kapan seseorang seharusnya beralih ke masa pensiun, serta untuk mengurangi perlindungan pekerjaan dan tunjangan wajib bagi mereka yang telah melewati usia pensiun, jelasnya.  

Cheng mengatakan kepada CNA bahwa langkah ke depan tampaknya adalah membiarkan orang memilih sendiri kapan mereka akan pensiun pada waktu yang paling mengoptimalkan kesejahteraan pribadi mereka.  

"Artinya untuk saat ini, mempertahankan usia pensiun yang ditetapkan saat ini (55 tahun) tetapi memberikan insentif bagi mereka yang ingin terus bekerja," katanya.  

Dalam jangka menengah, seiring meningkatnya harapan hidup dan kualitas tahun-tahun kerja, usia pensiun yang ditetapkan dapat dinaikkan secara bertahap untuk melindungi pekerja lebih lama, usulnya.  

"Sejalan dengan itu, usia minimum penarikan dana EPF juga dapat dinaikkan secara progresif—meskipun tetap di bawah ambang usia pensiun yang ditetapkan—dan dalam jangka panjang, akhirnya bertransisi ke sistem berbasis anuitas bagi pensiunan swasta," tambahnya.  

"Tetapi ini harus didekati dengan sensitivitas politik dan sosial yang tinggi, serta diiringi kebijakan lain: Tempat kerja yang ramah usia, cakupan perlindungan sosial yang lebih luas, dan peluang peningkatan keterampilan khusus bagi lansia."  

Pemerintah juga harus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kesiapan pensiun sejak dini, kata Shahrul Bahyah dari Malaysia Healthy Ageing Society.  

"Saya rasa hal itu perlu diajarkan di sekolah dan perguruan tinggi agar generasi muda tahu apa yang perlu mereka lakukan untuk menghadapi dampak penuaan populasi," katanya.  

Shahrul Bahyah berpendapat bahwa layanan sosial juga dapat dibuat lebih terjangkau melalui regulasi yang lebih baik terhadap layanan seperti panti jompo, serta pengawasan yang diperkuat dengan masukan dari masyarakat.

PENUAAN SEHAT DAN PENINGKATAN TENAGA KERJA PERAWATAN LANSIA

Pemerintah juga harus membantu warga Malaysia tetap sehat di usia tua, kata para ahli.  

Ini mencakup perawatan, pencegahan dan manajemen penyakit kronis sejak usia muda, serta lebih banyak strategi yang mendorong gaya hidup sehat, kata Shahrul Bahyah.  

“Kementerian ekonomi kita perlu melihat pajak terhadap rokok dan gula, di antara hal-hal lain, untuk mencoba menjadikannya strategi yang lebih kohesif,” ujarnya.  

Orang Malaysia memang hidup lebih lama, tetapi belum tentu dalam kondisi sehat.  

Berdasarkan tren saat ini, diperkirakan 9,5 tahun kehidupan akan dihabiskan dalam kondisi kesehatan yang buruk akibat penyakit tidak menular atau penyakit kronis, menurut buku putih kesehatan pemerintah Malaysia yang diajukan pada tahun 2023.  

Pemerintah Malaysia juga mengakui bahwa negara ini masih kurang berinvestasi dalam sektor kesehatan. Sebagai negara berpendapatan menengah atas, Malaysia hanya mengalokasikan 4,1 persen dari PDB-nya untuk kesehatan di sektor publik dan swasta. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata 7,4 persen PDB di negara-negara berpendapatan menengah atas lainnya.  

“Beban penyakit yang meningkat, masyarakat yang menua, perubahan teknologi, serta meningkatnya permintaan akan farmasi dan barang konsumsi, adalah beberapa faktor yang mendorong kebutuhan akan investasi dan pengeluaran kesehatan yang lebih besar,” kata buku putih kesehatan tersebut.  

Tenaga kerja di sektor kesehatan Malaysia juga harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menangani kebutuhan khusus para lansia, saran Shahrul Bahyah.  

Seow Zhi Heng mengelola cabang Genesis Life Care di Petaling Jaya. (Foto: CNA/Fadza Ishak)

Mengingat pergeseran demografi, pemerintah juga harus secara aktif mempromosikan perawatan lansia sebagai pilihan karier yang menarik, kata Seow Zhi Heng, yang memulai kariernya sebagai fisioterapis di panti jompo Genesis Life Care sebelum dipromosikan menjadi manajer cabang di Petaling Jaya.  

Peran di sektor perawatan lansia sangat dibutuhkan, dan Seow mendorong generasi muda Malaysia untuk mengeksplorasi peluang di bidang ini karena keterampilan yang mereka pelajari bisa berguna di masa depan.  

“Kita semua memiliki orang tua dan kakek-nenek, dan mereka semakin menua setiap hari. Jadi, kita harus mengetahui apa yang akan kita hadapi nanti,” kata pria berusia 28 tahun itu.  

“Orang tua Anda bisa saja terjatuh, mengalami stroke, atau serangan jantung. Bekerja di industri ini akan memberi Anda pengalaman untuk mengetahui apa yang harus dilakukan jika sesuatu terjadi.”  

Gan, 65, seorang pensiunan yang ibunya merupakan penghuni panti jompo Genesis, mengatakan bahwa dia berharap anak-anaknya akan merawatnya di masa depan, tetapi ia juga menyadari bahwa realitas telah berubah.  

“Kami ingin bergantung pada anak-anak untuk merawat kami, tetapi mereka semua bekerja,” katanya.  

“Lebih baik menabung cukup uang, sehingga setidaknya saya bisa masuk ke fasilitas seperti ini jika saya benar-benar membutuhkannya.”

Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.

Source: CNA/da

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan