Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Asia

Rencana KEK Johor-Singapura: Pengerang dilirik, simpan potensi besar sebagai pusat ‘limpahan’ bisnis

Para ekonom berpendapat bahwa aksesibilitas yang menghubungkan antara Pengerang dan Singapura serta Johor Selatan lainnya mesti ditingkatkan terlebih dahulu agar kawasan tersebut dapat merealisasikan potensi investasi dengan sepenuhnya.

Rencana KEK Johor-Singapura: Pengerang dilirik, simpan potensi besar sebagai pusat ‘limpahan’ bisnis

Tangki penampungan minyak di dalam Kompleks Perminyakan Terpadu Pengerang (PIPC). (Foto: CNA/Zamzahuri Abas)

KOTA TINGGI, Johor: Di ujung tenggara semenanjung Malaysia, terselip sebuah hamparan tanah yang luas, penuh dengan deretan tangki penampungan minyak dan menara pendingin yang mengeluarkan asap hitam, mengepul dari corongnya. 

Di sana, terdapat Kompleks Perminyakan Terpadu Pengerang (PIPC) yang merentang hingga lebih dari 20.000 hektare tanah atau seukuran lebih dari 15.000 lapangan sepak bola. PIPC menjadi kompleks penyulingan dan petrokimia terbesar di Malaysia. Para ekonom menyebutnya sebagai pusat minyak dan gas regional. 

Kompleks ini merupakan bagian terpenting dari Pengerang, kotamadya di Distrik Kota Tinggi, Johor Selatan. Kawasan ini juga terkenal akan pariwisatanya, yang mencakup perhotelan di sepanjang Pantai Desaru, menarik pengunjung-pengunjung yang datang dari Singapura. Selain itu, ada Sungai Rengit, yakni kota yang terkenal akan makanan laut dengan harga terjangkau dan suasana perkampungan di desa nelayannya. 

Pakar industri menjelaskan kepada CNA bahwa sebagian besar lahan di Pengerang masih belum dikembangkan dan kondisi ini akan segera berubah dalam waktu dekat, mengingat adanya kemungkinan bahwa wilayah tersebut akan dimasukkan ke dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Johor-Singapura. 

Banyaknya lahan kosong di Pengerang bisa menjadikannya sebagai kawasan yang dapat menyokong ekspansi perusahaan minyak dan gas (migas) dari Singapura. Terlebih, kemungkinan bangkitnya proyek pembangkit listrik tenaga surya terbarukan berpotensi meningkatkan kerja sama antara Malaysia dan Singapura. 

Dalam sidang parlemen negara bagian Johor tanggal 12 Mei, Ketua Menteri Onn Hafiz Ghazi menyampaikan bahwa pemerintah negara bagian tengah mengusulkan untuk memperjelas ruang lingkup geografis wilayah di Johor Selatan agar KEK dapat meliputi daratan seluas 3.505 kilometer persegi. 

Luas ini empat kali lebih besar daripada Singapura. 
 
Ia menambahkan bahwa kawasan yang diusulkan akan mencakup enam distrik - Johor Bahru, Iskandar Puteri, Pasir Gudang, Pontian, Kulai dan Kota Tinggi. 

"(Kami tengah) mengusulkan Iskandar Malaysia dan Pengerang sebagai wilayah KEK," terang Onn Hafiz dengan ringkas. 

Proyek Iskandar Malaysia pertama kali digagas pada tahun 2006 oleh pemerintah Malaysia yang saat itu dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) Abdullah Ahmad Badawi, dan memiliki visi untuk meremajakan Johor sebagai tujuan investasi utama. 

Iskandar Malaysia terbentang di empat distrik utama di negara bagian selatan - Johor Bahru, Iskandar Puteri, Pasir Gudang dan Kulai. 

Pemandangan udara dari Pasir Gudang, Johor. Daerah tersebut merupakan pusat logistik dan bersebelahan dengan Pengerang. (Foto: CNA/Zamzahuri Abas)

Meski kemajuan proyek Iskandar Malaysia sempat terhenti oleh masalah yang menyangkut konektivitas dan kurangnya kemauan politik, terdapat pula optimisme baru bahwa KEK nantinya akan meluncur dan mengubah Johor Selatan menjadi kota investasi yang besar. 

Kendati usulan pemerintah negara bagian Johor mengenai lingkup geografis KEK belum mendapat persetujuan oleh pemerintah federal dan pemerintah Singapura, masuknya Pengerang di tengah pembahasan ini menarik perhatian, mengingat potensi kawasan tersebut dapat mendorong kerja sama Malaysia dan Singapura dalam industri petrokimia serta energi terbarukan, menurut para analis. 

Namun, beberapa analis menekankan bahwa aksesibilitas di dalam dan di sekitar Pengerang yang menghubungkan kawasan tersebut dengan Singapura dan kawasan KEK lainnya sangatlah penting, guna menjamin kawasan tersebut menjadi tujuan investasi yang layak. 

Dr Shankaran Nambiar, kepala riset di Malaysian Institute of Economic Research, menerangkan kepada CNA bahwa Pengerang sedang dipersiapkan untuk menjadi pusat migas utama, dan menegaskan bahwa kawasan tersebut "bukanlah lokasi yang mudah untuk diabaikan".

"Industri perminyakan hilir direncanakan untuk kawasan tersebut. Kotamadya ini akan menjadi tempat kilang minyak, pabrik petrokimia dan fasilitas penampungan. Tahap pembangunan selanjutnya di Pengerang diharapkan akan menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan, berbarengan dengan energi ramah lingkungan," kata Dr Nambiar. 

"Nantinya, akan ada banyak kegiatan ekonomi dan pergerakan lalu lintas di Pengerang. Tidak diragukan lagi, konektivitas di kawasan tersebut akan meningkat. Mau tidak mau, bila potensi investasi dan komersialnya meningkat," imbuhnya. 

PENGERANG BISA MENJADI WILAYAH PENYOKONG PERUSAHAAN MINYAK DI SINGAPURA 

Perwakilan dari pemerintah negara bagian Johor Lee Ting Han mengatakan kepada CNA bahwa PIPC sendiri - yang merupakan kompleks penyulingan minyak dan petrokimia besar-besaran - dapat membantu Malaysia dalam memanfaatkan infrastruktur industrinya dan menarik investasi yang terkait untuk KEK mendatang dengan Singapura, terlebih kedua negara tersebut telah berkomitmen ingin mewujudkan emisi nol bersih dalam waktu 25 tahun.

"Kami juga mendapati adanya tren global sehubungan dengan Emisi Karbon Nol Bersih 2050, yang telah memberi tekanan pada industri ini. Memasukkan Pengerang dalam KEK dapat membantu upaya kolaborasi antara Malaysia dan Singapura untuk menggapai tujuan tersebut, sekaligus mendorong industri untuk bertumbuh melalui mekanisme seperti penangkapan karbon," terang Lee, Ketua Komite Investasi, Perdagangan, Urusan Konsumen, dan Sumber Daya Manusia Johor. 

"Selain itu, jarak Pengerang dengan Singapura yang begitu dekat menjadikannya layak untuk mengintegrasikan infrastruktur dan jaringan logistik, guna mempercepat waktu transit dan biaya untuk usaha-usaha," tambahnya. 

Menurut Badan Energi Internasional (IEA), Skenario Emisi Nol Bersih 2050 (NZE) merupakan skenario normatif, guna memandu sektor energi global menuju realisasi emisi karbondioksida nol bersih pada tahun 2025. Dalam skenario ini, negara-negara maju diharapkan dapat mencapai target emisi nol bersih lebih dulu sebelum negara lainnya.

Kilang minyak di dalam Kompleks Perminyakan Terpadu Pengerang (PIPC). (Foto: CNA/Zamzahuri Abas)

Sewaktu PIPC pertama kali diumumkan pada tahun 2011, kompleks ini dibanding-bandingkan dengan pusat perminyakan dan gas terbesar di dunia yang berada di Rotterdam, Belanda sehingga dijuluki sebagai "Rotterdam-nya Timur". 

Tujuannya adalah supaya PIPC dapat menarik investasi lebih dari RM330 miliar (Rp1,1 triliun). Menurut laporan media setempat, meski progresnya sempat mengalami kemunduran karena pandemi COVID-19 dan beberapa insiden kebakaran yang terjadi di kompleks tersebut, PIPC berhasil menyelesaikan tahap pertama pembangunannya dan diharapkan akan memenuhi dan melampaui targetnya pada tahun 2025. 

PIPC adalah kompleks yang menaungi perusahaan energi milik negara Malaysia seperti Petronas, dan berhasil menarik banyak investasi dari operator kompleks migas terbesar di dunia seperti Royal Vopak Group dari Belanda dan Saudi Aramco, yang merupakan salah satu perusahaan energi dan bahan kimia terpadu terkemuka di dunia.

Lektor Kepala Lee Poh Seng, yang juga menjabat direktur eksekutif Energy Studies Institute (ESI) di National University of Singapore (NUS), menjelaskan kepada CNA bahwa PIPC menyediakan fasilitas yang ekstensif, yang dapat mendukung kegiatan penyulingan dan petrokimia, sehingga proyek ini menjadi ruang alternatif bagi perusahaan Singapura yang ingin melakukan ekspansinya. 

Pun, Singapura telah menancapkan cakarnya sebagai pemimpin regional di bidang migas dan merupakan salah satu dari tiga pusat penyulingan terbaik di dunia. Pulau Jurong, atau kompleks perminyakan dan gas terbesar di negara bagian kota tersebut, telah menarik banyak investasi dari berbagai perusahaan seperti Shell dan ExxonMobil. 

Kompleks Perminyakan Terpadu Pengerang (PIPC) disebut-sebut akan menjadi pusat migas regional. (Foto: CNA/Zamzahuri Abas)

Namun, lahan kosong di Pulau Jurong kian sukar ditemukan, terlebih pengamat industri berpendapat bahwa ekspansi yang dapat dilakukan di sana juga terbatas. Oleh sebab itu, Pengerang bisa mengambil keuntungan dari limpahan bisnis-bisnis dari Singapura. 

"Pengerang punya potensi untuk menjadi wilayah penyokong bagi perusahaan-perusahaan minyak di Singapura," kata Lektor Kepala Lee. 

"Ini dapat membantu meringankan kendala ruang yang dihadapi oleh infrastruktur perminyakan Singapura dan mendukung efisiensi operasional melalui kedekatannya dan infrastruktur logistiknya yang kuat," imbuhnya. 

AKANKAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DAPAT MENINGKATKAN EKSPOR ENERGI TERBARUKAN? 

Sektor lainnya yang dapat berkembang di Pengerang bila kawasan ini masuk ke dalam rencana KEK adalah industri energi terbarukan. 

Di tahun 2020, penguasa Johor Sultan Ibrahim Sultan Iskandar menyinggung kemungkinan pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga surya fotovoltaik berkapasitas 450 megawatt (MW), atau Sultan Ibrahim Solar Photovoltaic Park.

Proyek ini digadang-gadang akan menjadi sistem penyimpanan energi surya terbesar di Asia Tenggara.  

Namun, pada Maret 2021, Sultan Ibrahim mengumumkan di halaman Facebook-nya bahwa upacara peletakan batu pertama untuk proyek tersebut telah dibatalkan sebab pemerintah federal "belum memberikan tanggapan apa pun" terhadap proyek yang diusulkan tersebut.

"Menurut saya, tidak ada alasan apapun bagi pemerintah federal untuk tidak memberikan kesempatan kepada Johor untuk menjadi produsen listrik yang ramah lingkungan. Kita punya sebidang tanah yang pas untuk proyek tersebut, pertumbuhan dan pengembangan yang kokoh, serta permintaan yang sehat dari negara tetangga kita, dan semua ini membuat Johor menjadi lokasi yang paling strategis," tulis Sultan Ibrahim. 

Para ekonom menyinyalir bahwa usai pelantikan Sultan Ibrahim sebagai raja Malaysia yang baru, kemungkinan besar akan ada kemauan politik untuk melanjutkan proyek tersebut. 

Sebuah laporan dari Malaysia Institute of Economic Research menunjukkan bahwa pada Februari 2024, proyek tersebut masih dalam proses mendapatkan persetujuan dan "diharapkan dapat diluncurkan dengan biaya RM1.4 miliar". 

Brian Lee, ekonom Maybank Sekuritas, menerangkan kepada CNA bahwa kemungkinan bangkitnya proyek tersebut dapat meningkatkan ekspor energi terbarukan Malaysia ke Singapura. 

"Surplus energi yang dihasilkan Sultan Ibrahim Solar Photovoltaic Park dapat dijual ke Singapura," ucapnya. 

PM Malaysia Anwar Ibrahim dan PM Singapura saat itu Lee Hsien Loong berjabat tangan pada Leaders' Retreat ke-10 di Singapura pada 30 Oktober 2023. (Foto: Kementerian Komunikasi dan Informatika Singapura)

Pada bulan Oktober 2023, saat Leaders' Retreat Singapura-Malaysia, PM Singapura saat itu, Lee Hsien Loong, dan pasangannya, Anwar Ibrahim, menyampaikan kesediaannya untuk bekerja sama di bidang energi terbarukan. 

Lee kemudian mengatakan bahwa kedua negara tengah berusaha merealisasikan masa depan yang berkelanjutan dan rendah karbon, dan keduanya sedang mengupayakan perdagangan listrik lintas batas dan ini akan menjadi kerja sama yang saling menguntungkan bagi kedua negara.

Antara lain, negara bagian Sarawak di Kalimantan ingin menjadi pengekspor utama ramah lingkungan. Menurut laporan, negara bagian tersebut hendak menyediakan hingga satu gigawatt energi terbarukan ke Singapura pada tahun 2032. Sebelumnya, menteri negara bagian tersebut menyampaikan kepada media setempat bahwa ekspor listrik ke Singapura tidak akan mempengaruhi pasokan konsumsi dalam negerinya sendiri. 

Sementara itu, perwakilan dari pemerintah negara bagian Johor, Lee, menjelaskan kepada CNA bahwa kerja sama di bidang energi terbarukan dan teknologi hijau secara khusus disebutkan dalam nota kesepahaman antara Malaysia dan Singapura yang menyangkut KEK. 

"Kehadiran Pengerang di dalamnya memberi peluang untuk mengintegrasikan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, biomassa dan mungkin ke depannya juga hidrogen ke dalam infrastruktur industri, mengingat sumber-sumber tersebut memiliki keunggulan perihal ketersediaan lahan dan infrastruktur serta sumber daya lainnya," imbuhnya. 

Lee, Lektor Kepala NUS, menyampaikan pandangan serupa, menggarisbawahi bagaimana "lahan yang luas dan insolasi matahari yang tinggi" di Pengerang dapat menjadikannya sebagai lokasi yang ideal untuk pembangunan proyek energi surya. 

Insolasi matahari dapat diartikan sebagai jumlah radiasi matahari yang diterima di permukaan bumi selama jangka waktu tertentu.

"Pemerintah negara bagian Johor telah menunjukkan ketertarikannya dalam mendiversifikasi portofolio energinya, juga berencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya sebagai bagian dari tahap ketiga pembangunan PIPC. Keadaan ini selaras dengan tren global yang mengarah pada solusi energi berkelanjutan dan dapat menarik investasi dari perusahaan yang bergerak di sektor energi terbarukan," tambahnya.

MENINGKATKAN AKSESIBILITAS

Meski terdapat rasa optimis menyangkut potensi Pengerang sebagai wilayah migas yang dapat menyokong perusahaan di Singapura, beberapa pakar memperingatkan bahwa aksesibilitas menuju kawasan tersebut mesti ditingkatkan lagi guna memperlancar arus lalu pekerja dan kargo.

Melalui jalan raya Senai-Desaru, Pengerang dapat ditempuh dengan berkendara selama 80 menit dari pusat kota Johor Bahru dan Jalan Lintas Woodlands. Perjalanan dari jalur ini dianggap jauh dari Singapura dibandingkan dari kawasan industri lain dalam rencana KEK.

Terdapat juga layanan feri yang menghubungkan Tanah Merah di Singapura dengan Pantai Desaru di Pengerang, namun frekuensi dan layanannya hanya diperuntukkan bagi wisatawan saja.

Wisatawan berpose saat berfoto di pinggir laut, Sungai Rengit, Pengerang. (Foto: CNA/Zamzahuri Abas)

Lee, Lektor Kepala NUS, mengatakan kepada CNA: "Meningkatkan aksesibilitas menuju Pengerang sangatlah penting demi keberhasilan KEK. Konektivitas yang baik akan memudahkan pergerakan orang-orang dan barang-barangnya, sehingga Pengerang dapat menarik investor-investor dan mengintegrasikannya dengan efektif ke dalam kegiatan ekonomi KEK yang lebih luas. 

Ia menganjurkan bahwa mengingat jarak antara Pengerang dan pos pemeriksaan darat yang begitu jauh, akan lebih baik bila ditingkatkan layanan feri antara Singapura dan terminal feri di kotamadya seperti di Tanjung Pengelih. 

Lee dari Maybank setuju bahwa jalur laut merupakan "jalan terdekat" untuk menghubungkan Pengerang dengan Singapura. 

"Frekuensi dan kapasitas penumpang masih relatif terbatas, dan masih leluasa untuk ditingkatkan," ujarnya. 

Lee dari pemerintah negara bagian Johor menyampaikan bahwa pemerintah tengah membahas cara meningkatkan konektivitas menuju Pengerang. 

"Kami telah mengumumkan perluasan Jalan Raya Senai-Desaru yang diperkirakan akan mulai pada bulan September tahun ini. Layanan feri antara Desaru dan Tanah Merah, Singapura juga diterima baik oleh para wisatawan," ucapnya.

"Ke depannya, kami akan pertimbangkan untuk membuat layanan yang banyak, yang dapat menghubungkan wilayah Pengerang lainnya ke Singapura."

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini. 

Source: CNA/da

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan