Heroik! Nelayan Indonesia Sugianto jadi pahlawan penyelamat lansia Korsel dari kebakaran hutan hebat
Sugianto menggendong tujuh lansia di punggungnya dan mengevakuasi mereka sejauh 300 meter menuju titik aman.

SEOUL: Sugianto, seorang warga negara Indonesia yang bekerja sebagai nelayan di Korea Selatan (Korsel), menjadi buah bibir publik Negeri Ginseng setelah berhasil menyelamatkan puluhan warga saat kebakaran hutan hebat melanda desa Chuksan-myeon, Kabupaten Yeongdeok, Gyeongsang Utara, pekan lalu.
Aksi heroiknya ini mengundang pujian dari masyarakat setempat.
Pria berusia 31 tahun ini ikut serta dalam evakuasi warga, terutama lansia, yang terjebak dalam kobaran api.
Bersama Kepala Komunitas Nelayan, Yoo Myung-shin (56), Sugianto berlari dari rumah ke rumah, membangunkan penduduk yang masih tertidur dan mengevakuasi mereka ke titik aman.
Pada malam kejadian sekitar pukul 11, Sugianto bahkan menggendong tujuh lansia di punggungnya dan menyelamatkan mereka sejauh 300 meter menuju tanggul laut.
Lokasi Desa yang terletak di lereng pantai mempersulit para lansia untuk melarikan diri dengan cepat.
"Yang saya pikirkan hanyalah bagaimana saya bisa menyelamatkan mereka secepat mungkin," ujarnya.
SIAPA SOSOK SUGIANTO
Menurut laporan Yonhap dikutip Rabu (2/4), warga setempat menyebut Sugianto sebagai "pahlawan tersembunyi" di tengah krisis kebakaran hutan yang menggemparkan Korea Selatan.
Para pahlawan lain yang turut diakui adalah Kepala Desa Kim Pil-kyung (56) dan Yoo Myung-shin.
Seorang lansia berusia 90-an mengungkapkan rasa terima kasihnya bahwa jika bukan karena nelayan Indonesia itu, banyak dari mereka yang mungkin tidak selamat.
"Jika bukan karena dia, kami semua pasti sudah meninggal. Saya tertidur saat menonton TV, tetapi saya terbangun karena mendengar teriakan. Ketika saya membuka pintu, Sugianto sudah ada di sana, menggendong saya keluar," katanya.
Mereka berharap dia tetap tinggal dan bekerja di desa Chuksan-myeon.

Kebakaran hutan yang tidak biasa itu dimulai pada 22 Maret di Uiseong dan menyebar dengan cepat ke daerah sekitar.
Api terus bergerak melalui Andong dan Cheongsong hingga mencapai perbatasan barat Yeongdeok pada 25 Maret.
Dalam waktu dua jam, api sudah meluas sejauh 25 km.
Keadaan semakin buruk karena pemadaman listrik dan komunikasi yang lumpuh. Hanya sedikit warga yang mengetahui sedang ada kebakaran.
Pada malam kebakaran, 60 warga desa itu sedang berada di rumah dalam keadaan tertidur.
Sugianto, yang telah tinggal dan bekerja di Korea Selatan selama 8 tahun, menggunakan kemampuan bahasa Koreanya untuk memanggil dan membangunkan warga setempat.
"Saya pulang kampung setiap tiga tahun. Baru saja, saya menerima telepon dari istri di Indonesia, dan dia bilang sangat bangga dengan saya. Saya juga merasa bangga karena tidak ada yang terluka dalam kebakaran ini," cerita sosok yang telah dikaruniai seorang putra berusia 5 tahun itu dalam wawancara dengan Maeil Business Newspaper.
Kebakaran yang menghanguskan sekitar 48.000 hektar hutan tersebut akhirnya berhasil dipadamkan pada 31 Maret.
Kini, Kementerian Kehakiman Korea Selatan sedang mempertimbangkan pemberian status penduduk tetap jangka panjang (Visa F-2) kepada Sugianto sebagai pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa.
Visa F-2 biasanya diberikan kepada mereka yang telah memberikan kontribusi signifikan bagi Korea Selatan atau yang telah memajukan kepentingan publik.
"Saya sangat mencintai Korea, terutama penduduk desa yang sudah saya anggap seperti keluarga," tutup Sugianto.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.