Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Asia

China tahun ini diprediksi kembali menargetkan pertumbuhan sekitar 5 persen, apa alasannya?

Jika prediksi itu benar, berarti China sudah menargetkan pertumbuhan 5 persen selama tiga tahun berturut-turut. Prediksi itu dibuat berdasarkan laporan provinsi-provinsi soal prioritas ekonomi yang diberikan jelang Dua Sesi - ajang politik tahunan maha penting di China.

China tahun ini diprediksi kembali menargetkan pertumbuhan sekitar 5 persen, apa alasannya?

FOTO ARSIP: Staf di dalam Aula Besar Rakyat melakukan persiapan jelang sesi penutupan Kongres Rakyat Nasional (NPC), di Beijing, China pada 11 Maret 2024. (Foto: Reuters/Tingshu Wang)

SINGAPURA: Target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China tahun 2025 kemungkinan besar tetap berada di kisaran 5 persen. Prediksi ini disampaikan para analis dan lembaga keuangan berdasarkan target-target ekonomi yang telah ditetapkan oleh 31 provinsi, kotamadya, dan daerah otonom di China.

Jika prediksi itu benar, ini akan menjadi tahun ketiga secara berturut-turut sejak 2023 China mempertahankan target pertumbuhan 5 persen.

Para pengamat juga memperkirakan China akan menerapkan lebih banyak kebijakan yang mendorong konsumsi domestik dan memajukan kecerdasan buatan (AI) demi mencapai target pertumbuhan nasional yang tercantum dalam laporan provinsi.

Target pertumbuhan di China yang dipantau seluruh dunia akan diungkapkan dalam laporan perdana menteri pada pembukaan Kongres Rakyat Nasional (NPC) pada Rabu (5/3) sebagai bagian dari ajang tahunan Dua Sesi.

Dua Sesi dikenal juga dengan nama lianghui dalam bahasa Mandarin. Ini adalah ajang politik tahunan maha penting di China, terdiri dari NPC, rapat anggota legislatif dan Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China, badan penasihat politik tertinggi di Tiongkok.

Sebelumnya pada 28 Februari lalu, Presiden Xi Jinping memimpin rapat politburo untuk membahas laporan kerja pemerintah. Di hari yang sama, media pemerintah Xinhua mempublikasikan pernyataan Xi yang mengaku yakin akan pertumbuhan ekonomi China, di tengah ancaman dan tantangan dari dalam dan luar negeri.

CNA menganalisis laporan kerja dari 31 pemerintah daerah dan menemukan bahwa sebagian besar menargetkan pertumbuhan PDB antara 5,0 dan 5,5 persen, dengan rata-rata 5,3 persen - sedikit di bawah 5,4 persen pada tahun 2024.

"Jumlah total dari target provinsi seharusnya masih cukup untuk mencapai target ‘sekitar 5 persen’, dan para pembuat kebijakan mungkin memilih mengulangi target tersebut sebagai bentuk kepercayaan diri," kata Lynn Song, kepala ekonom ING untuk China Raya.

Para analis menggambarkan potensi target sekitar 5 persen sebagai target yang realistis namun masih menunjukkan kehati-hatian dan menandakan kepercayaan diri China dalam menopang ekonominya di tengah berbagai tantangan.

MENERJEMAHKAN LAPORAN KERJA PEMERINTAH PROVINSI CHINA

Pemerintah provinsi dalam laporan kerja yang dirilis awal tahun ini menunjukkan kehati-hatian dalam menetapkan target ekonomi.

Semua provinsi di China mempertahankan atau sedikit menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB mereka, kecuali Tianjin yang justru menaikkannya.

"Ini adalah pendekatan yang lebih realistis dalam menetapkan ekspektasi," kata Dr Lizzi C Lee, seorang peneliti ekonomi China di Asia Society Policy Institute (ASPI) Center for China Analysis (CCA).

Dalam laporan yang dirilis akhir Januari lalu, Huatai Securities yang berbasis di Nanjing mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, target pertumbuhan PDB yang ditetapkan di Dua Sesi "biasanya 0,3 hingga 0,8 poin persentase lebih rendah dari rata-rata berbagai provinsi", yaitu 5,3 persen.

Berdasarkan tren ini, Huatai memperkirakan target PDB nasional akan tetap berada di sekitar 5 persen.

China Galaxy Securities menyampaikan prediksi senada, mencatat bahwa Beijing, Shanghai, Guangdong, dan Jiangsu - yang semuanya telah menetapkan target pertumbuhan PDB sekitar 5 persen - secara historis menyelaraskan target mereka dengan tingkat nasional.

Pusat-pusat kekuatan ekonomi China seperti Guangdong, Jiangsu dan Shandong akan memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan Tiongkok, menurut Guotaijunan Securities dalam sebuah laporan yang dirilis pada akhir Januari.

Lektor kepala Alfred Wu dari Lee Kuan Yew School of Public Policy (LKYSPP), menyoroti bahwa target-target serupa yang ditetapkan di seluruh provinsi mencerminkan pendekatan dari atas ke bawah.

"Semuanya hanya berusaha mempertahankan antara 4,5 hingga 5 persen," ujarnya.

"Semua pemimpin daerah sekarang tahu selera pemerintah pusat, jadi mereka tidak akan benar-benar mengambil risiko," tambahnya, dengan mencatat bahwa "deviasi jauh lebih kecil" dalam hal statistik.

Sementara itu, sistem China yang sangat tersentralisasi memungkinkan negara itu mencapai pertumbuhan PDB sekitar 5 persen "jika ada kemauan politik untuk melakukannya", ujar Dr Lim Tai Wei, profesor di Universitas Soka Jepang.

Dia memberikan salah satu contoh stimulus ekonomi yang berhasil, di antaranya subsidi program tukar tambah barang konsumen dan "mobilisasi netizen" dalam mempromosikan Nezha 2, yang berhasil mendorong penjualan tiket bioskop dan pariwisata.

MENINGKATKAN KONSUMSI MENJADI PRIORITAS UTAMA

PDB China tumbuh 5 persen tahun lalu, turun dari 5,2 persen pada 2023. Tahun ini, perekonomian negara ini menghadapi serangkaian tekanan dari dalam dan luar negeri.

Permintaan dalam negeri China tetap lesu. Dari luar negeri, Presiden AS Donald Trump menambah bea masuk hingga 10 persen untuk barang-barang China yang akan efektif pada 4 Maret, padahal sebelumnya pada 4 Februari dia telah menambah 10 persen, menjadikan total 20 persen tarif.

"Tidak mengherankan jika beberapa provinsi mungkin memilih untuk mengambil pandangan yang lebih hati-hati," kata Song.

"Masuk akal untuk berharap yang terbaik namun tetap bersiap untuk yang terburuk, jadi akan lebih baik membuat kebijakan yang dapat membantu mendukung permintaan domestik dalam skenario di mana permintaan eksternal melemah karena proteksionisme perdagangan di luar negeri."

Meningkatkan permintaan domestik akan menjadi sangat penting pada tahun 2025, kata lektor kepala Wu.

"Mereka realistis tentang ekspor. Jadi sekarang, satu-satunya pilihan adalah meningkatkan konsumsi domestik," tambahnya.

China Galaxy Securities mencatat dalam laporannya, dari 31 provinsi, 16 di antaranya secara eksplisit mencantumkan soal mendorong atau meningkatkan konsumsi sebagai langkah utama memperluas permintaan domestik dalam tugas prioritas tahunan mereka.

Shanghai misalnya, berjanji "meningkatkan konsumsi besar-besaran", sementara Hebei berfokus pada "investasi untuk meningkatkan konsumsi".

Para karyawan bekerja di lini produksi kendaraan listrik (EV) di sebuah pabrik di Nanchang, provinsi Jiangxi, China pada 22 Mei 2024. (Foto file: Reuters/Kevin Krolicki)

Para pengamat mengatakan salah satu kebijakan yang paling efektif untuk menstimulasi pengeluaran adalah program tukar tambah di China, yang menawarkan subsidi untuk mengganti barang-barang bekas dengan yang lebih baru dan lebih baik.

Subsidi yang diberikan saat ini mencakup barang elektronik konsumen seperti ponsel, tablet, dan jam tangan pintar, serta peralatan rumah tangga dan mobil.

Dampak dari kebijakan ini sudah terlihat jelas. Sekitar 6,8 juta kendaraan ditukar tambah, sementara 62,76 juta peralatan rumah tangga, termasuk televisi dan pendingin ruangan, ditukar tambah pada tahun 2024 - mendorong penjualan lebih dari 1,3 triliun yuan.

"Sepertinya kebijakan-kebijakan ini akan menjadi yang terdepan di tahun ini," ujar Song.

Beberapa provinsi juga meluncurkan subsidi lebih awal. "Provinsi-provinsi seperti Shandong, Guangxi, dan Heilongjiang telah mengumumkan rincian pelaksanaannya pada pertengahan hingga akhir Januari," demikian laporan Everbright Securities yang berbasis di Shanghai.

Di luar program tukar tambah, ada juga penekanan pada pengeluaran di bidang pariwisata budaya dan hiburan.

"Kami juga melihat provinsi-provinsi seperti Zhejiang dan Guangdong, dengan pereekonomi digital dan hiburan yang kuat, menggandakan perdagangan live-stream, esports, dan konten digital sebagai pendorong konsumsi baru," ujar Lee dari Asia Society Policy Institute.

Dia juga mencatat bahwa 'ekonomi perak' atau yang fokus untuk lansia menjadi prioritas yang semakin meningkat, "dengan hampir setiap provinsi sekarang membicarakannya."

"Akan ada rencana untuk memperluas perawatan bagi lansia, teknologi rumah pintar, dan layanan kesehatan yang disesuaikan dengan populasi yang menua," tambah Lee.

AI MENJADI SOROTAN

Tidak mengherankan jika AI menjadi yang terdepan dan utama dalam strategi industri China tahun ini, dengan 21 dari 31 pemerintah daerah mencantumkan AI+ sebagai prioritas kebijakan utama.

China memang tengah mempercepat upaya menjadikan diri sebagai pemimpin global dalam pengembangan AI, menyusul berbagai terobosan yang dihasilkan model AI seperti DeepSeek dan robot humanoid yang semakin canggih.

Ilustrasi logo DeepSeek dan bendera China. (Foto: Reuters/Dado Ruvic)

Pemerintah China telah berencana mengintegrasikan AI ke dalam manufaktur tingkat lanjut. Sementara itu wilayah Tianjin mempercepat pengembangan dan adopsi teknologi dalam negeri, termasuk chip Hygon, chip komputasi Phytium, dan sistem operasi Kylin AI.

Lee mengatakan kunci utamanya komitmen penuh pemerintah China terhadap transformasi industri yang digerakkan oleh AI, memperluasnya dari sekadar aplikasi di bidang keuangan dan perawatan kesehatan ke manufaktur, logistik pintar, dan otomasi industri.

"Yang sangat menarik bagi saya adalah seberapa besar perhatian yang diberikan pada infrastruktur data dan daya komputasi. Provinsi seperti Mongolia Dalam dan Guizhou mengumumkan rencana untuk membangun cluster komputasi AI," ujarnya.

Mengurangi biaya logistik sosial melalui langkah-langkah seperti optimalisasi rute kargo juga merupakan prioritas utama 17 provinsi di China dalam laporan kerja mereka.

Yunnan, misalnya, berencana memperluas jaringan logistiknya di sepanjang jalur kereta api China-Laos.

Di wilayah tengah dan barat seperti Sichuan, Guizhou, Ningxia, Shanxi, Hunan dan Jiangxi, pemerintah daerah meningkatkan upaya mengembangkan pusat-pusat industri strategis sebagai implementasi dari perintah pusat untuk mendorong manufaktur dan teknologi di tengah ketidakpastian global.

Semua mata kini tertuju pada Dua Sesi yang dimulai pada 4 Maret untuk mendapatkan lebih banyak gambaran mengenai prioritas nasional Tiongkok.

"Kami tidak berharap akan adanya kejutan besar pada Dua Sesi - banyak perubahan penting tahun ini yang sebelumnya telah dibeberkan," kata Song.

Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA IndonesiaMenangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.

Source: CNA/da

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan