Bisnis 'teman bayaran' berkembang pesat di China, obat kesepian bagi anak-anak muda?
Anak-anak muda China rela membayar mahal untuk teman ngobrol, belanja, main game atau bahkan mendaki gunung. Nilai bisnis ini bukan main-main, tapi ada risiko yang mengintai di dalamnya.

Bisnis pertemanan atau "peiban jingji" dalam bahasa Mandarin melibatkan orang-orang yang rela mengeluarkan uang untuk ditemani - baik untuk mengobrol, bermain game, berbelanja, atau bahkan mendaki gunung. (Ilustrasi: CNA/Rafa Estrada)
SINGAPURA: "Adakah jasa 'pei liao" di sini? Saya rela membayar berapa pun?" tulis sebuah postingan di media sosial China, Xiaohongshu.
"Saya butuh banget teman ngobrol, untuk mendukung mental saya. Sepertinya saya haus kasih sayang, sampai-sampai perlu 'pei liao'," lanjut postingan tersebut.
"Pei liao" adalah istilah dalam bahasa China yang berarti "menemanimu ngobrol". Berbincang-bincang adalah salah satu jasa dalam "bisnis pertemanan" atau "peiban jingji" yang kini banyak dilakoni para pemuda di China.
Sesuai namanya, bisnis pertemanan dilakukan oleh mereka yang menawarkan jasa teman bayaran. Di antara tugas mereka adalah menemani berbincang-bincang, main game, berbelanja, bahkan mendaki gunung atau bungee jumping, serta yang lainnya.
Bisnis ini berkembang pesat di China, negara dengan perekonomian kedua terbesar di dunia. Ada berbagai alasan mengapa bisnis ini marak, di antaranya banyaknya warga China yang enggan menikah dan pilih melajang, terbatasnya pilihan karier di tengah pasar tenaga kerja dengan persaingan ketat dan perekonomian yang melambat.
Menurut pemberitaan media setempat, bisnis ini tidak hanya menawarkan pekerjaan yang fleksibel, tetapi juga menjadi sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat. Namun di saat bersamaan, bisnis ini juga memicu kekhawatiran akan risiko yang hadir sehingga pemerintah perlu meregulasinya.
Sementara pengamat menyebut tumbuhnya bisnis pertemanan di China menunjukkan perubahan pola konsumsi yang kini menekankan pada kebutuhan psikologis.
"Selain barang-barang materi, konsumsi masyarakat saat ini kian mengarah ke sesuatu yang berbasis pengalaman untuk meningkatkan kualitas hidup mereka," kata Dr Zhao Litao, peneliti senior di East Asian Institute (EAI) National University of Singapore, kepada CNA.
CNA telah mewawancarai beberapa pemuda di China yang menawarkan atau menggunakan jasa teman bayaran untuk mengetahui alasan serta pengalaman mereka.
BISNIS TEMAN BAYARAN
Sun Zeliang, 27, mulai menawarkan jasa teman bayaran virtual pada pandemi COVID-19 untuk dapat tambahan uang jajan.
"Saya tahu soal bisnis ini di Douyin, lagi pula saya nggak ada kerjaan di rumah, jadi saya mau cari uang tambahan," kata Sun, warga kota Huzhou, Zhejiang, yang bekerja di bisnis pakaian. Douyin adalah anak perusahaan TikTok yang beroperasi di China.
Kebanyakan klien Sun adalah perempuan, tapi terkadang ada juga lelaki. Sun mematok tarif 180 yuan (Rp394 ribu) per jamnya dan wajib menyalakan kamera.
Kepada CNA, lelaki ini mengaku berusaha sebaik mungkin memenuhi permintaan pelanggannya yang bermacam-macam. Misalnya, beberapa kliennya yang perempuan hanya ingin mendengarkan rayuan, sementara klien lainnya menjadikan Sun sebagai pelampiasan kekesalan.
Namun, dia menetapkan batasan dalam layanannya. Salah satunya ketika dia menolak permintaan untuk buka baju atau "menunjukkan otot perut".
"Saya nggak memenuhi permintaan yang nggak mau saya lakukan. Lagi pula, saya nggak punya otot untuk dipamerin," kata dia berseloroh.

Penyedia jasa teman bayaran lainnya adalah Lin Shuo (bukan nama sebenarnya). Kepada CNA, perempuan 27 tahun ini mengaku menerima "jasa cosplay" atau "cos weituo" dalam bahasa Mandarin, yaitu berdandan sebagai karakter pria dalam game online populer China.
Lin menjajaki profesi ini sejak 2023. Ketika itu dia berdandan ala Shen Xinghui atau Xavier, karakter dalam game Love and Deepspace. Â Â
"Saya cosplay menjadi Shen Xinghui saat konvensi Cosplay ... lalu beberapa fans menghubungi saya meminta jasa cosplay," kata dia.
Lin yang tinggal di Hangzhou tidak ingat sudah berapa orang yang menyewa jasanya. Namun dia mengatakan, di media sosial ada orang-orang seperti dirinya yang memiliki 10.000 lebih pengikut dan menerima 30 sampai 40 permintaan jasa cosplay per bulannya.
Sejauh ini kebanyakan klien Lin adalah perempuan. Sepekan sebelum "berkencan", dia berkonsultasi dengan kliennya di WeChat untuk tahu apa yang mereka sukai atau tidak sukai, dan seperti apa hubungan yang diinginkan.
Sebagai bagian dari perannya, Lin bahkan mengirimkan pesan di WeChat bergaya karakter cosplay yang akan dia mainkan.
Di hari pertemuan, Lin telah mempersiapkan hadiah atau kejutan kecil untuk menyenangkan kliennya. Lin sendiri mengaku menikmati perannya tersebut.
"Ada perasaan puas saat saya berhasil mengatakan sesuatu yang lucu kepada mereka, atau ketika mereka tersentuh dengan hal-hal kecil yang saya lakukan, hati saya lansung 'wah'!"

Fu Fu (bukan nama sebenarnya), mahasiswi di provinsi Shaanxi, rela merogoh kocek untuk menyewa "pei wan" atau teman bayaran untuk bermain game.
Dengan cara ini, dia bisa bermain dengan banyak orang dalam game Honor of Kings yang tengah digandrungi di China. Biasanya satu grup terdiri 10 hingga 20 pemain, bahkan bisa sampai 100 pemain. Untuk menyewa pei wan, Fu Fu menghabiskan sekitar 20 yuan (Rp44 ribu) untuk satu putaran permainannya. Â
"Semakin banyak orang, semakin menyenangkan," kata dia. "Selain itu, bermain dalam grup tidak ada tekanan sehingga memberi pengalaman bermain yang lebih baik."
Para pengamat mengatakan, di antara yang membuat teman bayaran menarik adalah sifatnya yang sementara.
Lim Tai Wei, peneliti dari EAI, mengatakan para penyewa teman bayaran menemukan kepuasan dalam hubungan yang tidak mengikat tersebut.
Ada juga yang menikmati sensasi misterius dan ketidakpastian saat menyewa teman bayaran.
"Mereka tinggal berpisah saja jika apa yang dilakukan ternyata tidak menarik. Mereka sepenuhnya menyadari dan menghormati ruang pribadi masing-masing."
PENGHASILAN TIDAK SEBERAPA, TAPI TEKANANNYA TINGGI
Pengamat mengatakan, meningkatnya pamor bisnis pertemanan dipengaruhi oleh perubahan norma sosial di China, terutama pandangan soal hubungan asmara dan pernikahan.
Semakin banyak anak muda di China yang memilih melajang atau menikah di usia tua, kata Dr Li Mei, dosen media dan komunikasi spesialis China di University of Sydney.
"Internet menawarkan ruang virtual untuk interaksi sosial, dan ini bisa sangat menarik bagi mereka yang menghadapi tekanan dalam studi dan karier," kata dia.
Di tengah perlambatan ekonomi dan naiknya biaya hidup, angka resmi pernikahan di China paruh pertama tahun ini anjlok ke titik terendah sejak 2013, yaitu 3,43 juta antara Januari dan Juni. Angka ini turun 498.000 dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kebanyakan bisnis pertemanan ditawarkan di platform media sosial China. Penelusuran CNA menunjukkan di Xiaohongshu dan platform e-commerce Taobao ada banyak yang menawarkan jasa ini, mulai dari untuk menemani belanja, berfoto atau jalan-jalan hingga bermain game online.
Pencarian untuk "pei liao" dan "pei wan" di Taobao menghasilkan banyak daftar toko yang menawarkan jasa teman bermain video game atau sekadar mengobrol.Â

Hal yang sama ditemui di Xiaohongshu untuk pencarian "pei pai" atau "teman berfoto" dengan tawaran jasa yang tersebar di Guangzhou, Shanghai, dan bahkan dari luar China daratan seperti Hong Kong dan Singapura.
Sinolink, perusahaan keamanan China, dalam laporannya tahun 2019 menyebutkan bahwa bisnis pertemanan ini bisa bernilai antara 40 miliar hingga 50 miliar yuan (Rp87 triliun-107 triliun) pada 2025. Sampai saat ini belum ada informasi yang bisa diakses publik soal berapa besaran industri ini.
Kepada CNA, para pemuda yang menawarkan jasa teman bayaran mengaku uang adalah motivasi mereka melakukannya. Tapi menurut mereka, ini bukan pekerjaan yang gampang.
Sun misalnya, mengaku mengalami kelelahan mental dan stres ketika menjalani pekerjaan yang bisa berlangsung berjam-jam ini. Akhirnya pertengahan tahun lalu dia memutuskan tidak lagi menjalaninya.
"Awalnya semua baik-baik saja, uang mengalir cepat dan menyenangkan juga. Tapi lama kelamaan, saya capek banget."
Di puncak popularitasnya, Sun pernah menerima rata-rata 200 permintaan teman bayaran dalam sehari - menemani berbincang antara setengah hingga 3 jam. Ketika itu, dia rata-rata akan berbincang selama 18 jam per hari, membuat kesehatan mentalnya sendiri jadi terganggu.
"Tekanan mental yang saya alami luar biasa, saya sudah nggak tahan lagi ... menakutkan," kata dia.
Lin juga demikian, untuk sementara waktu dia berhenti menawarkan jasa cosplay. Selain mengaku kurang suka melayani orang lain, Lin juga mengatakan penghasilannya tidak seberapa.
Biaya sewa jasa cosplay tergantung seberapa banyak fans yang dimiliki seseorang. Misalnya, Lin mencontohkan, cosplayer dengan fans 2.000 hingga 5.000 orang mungkin bisa dapat pemasukan harian antara 500 hingga 800 yuan (Rp1 juta-1,7 juta) untuk pekerjaan selama delapan jam.
Pelanggan harus membayar tambahan biaya lagi jika mau wig dan kostum berbeda. Mareka juga harus membayari semua aktivitas selama berkencan. Rata-rata satu pelanggan bisa menghabiskan total 2000 yuan (Rp4,3 juta), kata Lin.

"Melelahkan sekali dan penghasilan saya sebenarnya sedikit," kata dia.
"Selama berkencan itu, saya harus melayani gadis-gadis itu, seperti membawa barang mereka atau membukakan pintu. Dan jika gadis itu suka bunga, saya membelikan mereka buket dan membawakannya juga.
"Sudah membawakan tas dan buket, saya juga harus memegangi payung kalau hujan. Jadi jika tarifnya 800 yuan, atau sekitar 100 yuan per jam ... itu cuma cukup untuk dandanan saya."
Selain susah payah berperan sebagai pacar fiksi, menjadi cosplayer bayaran juga mesti total dalam berdandan dan berlaga, termasuk memahami bahasa tubuh karakternya, kata Lin.
Dengan menyewa jasanya, klien ingin merasakan berkencan dengan karakter fiksi game favorit mereka selama sehari. Biasanya cosplayer ini adalah perempuan.
PELECEHAN DAN TINDAKAN TIDAK MENYENANGKAN
Seiring meningkatnya pamor bisnis pertemanan, media China menyoroti kurangnya pengawasan di sektor ini sehingga membuka peluang penipuan.
Kantor berita Xinhua pada September 2023 lalu menuliskan bahwa sektor ini perlu diregulasi untuk melindungi hak-hak konsumen serta peningkatan kualitas layanan.
Kepada CNA, tiga orang yang pernah melakukan aktivitas teman bayaran mengaku mengalami pelecehan atau digoda.
"Tentu saja (pernah dilecehkan), banyak orang aneh di luar sana," kata Sun.
Salah satu klien perempuan Sun pernah menerornya dengan menelepon setiap hari. Setelah diblokir, perempuan itu mengganti nomor dan melanjutkan aksinya.
Pelecehan itu berlangsung selama satu bulan, kata pria 27 tahun ini. "Dia mencari saya setiap hari, mengaku cuma ingin berteman dan makan bareng. Akhirnya suatu hari dia berhenti, mungkin lelah."
Fu juga pernah mengalami hal serupa ketika di SMA. Saat itu dia mencari teman ngobrol setelah putus dengan pacarnya.
Menurut Fu, orang-orang yang membuka jasa "pei liao" cuma ingin menggodanya. "Mereka cuma ingin menggombal atau berbicara hal-hal sensitif."
Lim dari EAI mengatakan, meski kebanyakan mereka yang menyewa teman bayaran sangat menghargai ruang dan privasi pribadi, tapi risiko masih tetap mengintai.
"Hubungan transaksional yang memberi kepuasan singkat seperti ini memiliki risiko, yaitu bertemu dengan orang-orang yang mungkin memiliki tujuan, motif dan perilaku yang tidak patut," kata dia.
Laporan Xinhua pada Oktober tahun lalu mengungkapkan berbagai pelanggaran hukum dari bisnis ini. Di antaranya ada teman bayaran untuk bermain game yang ternyata berusia di bawah 18 tahun.
Beberapa yang menawarkan jasa juga terlihat mencurigakan. Misalnya ada yang menawarkan jasa teman bayaran game dengan foto profil kaki yang mengenakan stoking, mengindikasikan adanya unsur seksual dari layanan yang akan diberikan.
Zhao dari EAI mengatakan bahwa ada juga beberapa orang yang beranggapan jasa teman bayaran adalah kedok untuk aktivitas ilegal seperti prostitusi, padahal tidak seperti itu.
Profesor Wang Sixin dari Communication University of China di Beijing menyerukan perlunya pemerintah China meregulasi bisnis ini. Regulasi penting untuk mencegah pemuda terlibat dalam bisnis prostitusi dan konten merusak di internet seperti cyber-bullying.
RELA ROGOH KOCEK DEMI PENGALAMAN
Para pengamat kepada CNA mengatakan perubahan pola konsumsi menjadi faktor penyebab meningkatnya bisnis pertemanan.
Anak-anak muda di China kini rela keluar uang demi mendapatkan "layanan emosional dan spiritual", kata Dr Li. Selain itu, kata dia, faktor ekonomi juga memainkan peranan.
"Anak-anak muda sekarang punya dana khusus untuk berbagai layanan, termasuk bisnis pertemanan," kata dia.
Hal yang sama disampaikan oleh Zhao yang mengatakan pola konsumsi di China saat ini lebih fokus pada kesejahteraan diri sendiri.
"Meningkatnya permintaan untuk pelayanan yang berkualitas dan pengalaman yang bermakna telah membuat bisnis pertemanan bertumbuh," kata dia.
Baik Zhao dan Li sepakat bisnis pertemanan ini telah membuka peluang kerja bagi warga China, terutama para pemuda yang masih kuliah atau belum mapan.
Agustus lalu, pengangguran kaum muda di China naik menjadi 18,8 persen, level tertinggi pada tahun ini. Pada Juni 2023, angkanya bahkan mencapai puncaknya di 21,3 persen. Akhirnya pemerintah menangguhkan sementara pengumuman angka pengangguran kaum muda, serta mengubah metodologinya dengan tidak memasukkan mahasiswa.
"Pekerjaan (teman bayaran) menawarkan cara mudah untuk mendapatkan uang, terkadang dengan bayaran yang lebih tinggi dibanding karyawan biasa. Ini menguntungkan bagi mereka yang sedang mencari dana cepat," kata Li.
Namun bisnis pertemanan yang menawarkan hubungan yang sifatnya transaksional ini tidak cocok semua orang.
"Hubungan ini murni berasas kebermanfaatan dan dangkal. Mereka bisa berpisah dengan mudah tanpa adanya perasaan yang melekat," kata Lim dari EAI.
Inilah yang menjadi alasan mengapa Fu memutuskan berhenti mencari teman bayaran untuk menemaninya ngobrol.
"Sejujurnya, banyak orang yang membuka jasa 'pei liao' seperti cuma mengikuti naskah, cara mereka bercakap-cakap sangat mirip. Saya juga merasa mereka sengaja mengulur waktu agar dapat bayaran lebih," kata dia.
"Nggak ada ketulusan dalam percakapan itu, jadi saya lihat nggak ada gunanya dilanjutkan."
Sun sepakat. Dia mengatakan interaksi dalam bisnis pertemanan sangat dangkal. "Saya nggak melihat ada gunanya menyewa pei liao untuk diri sendiri," kata dia.
"Kalau mau curhat, saya bisa langsung menghubungi teman saya."
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.Â