Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.

Iklan

Asia

Apa itu badai Sumatra? Bawa angin ribut hingga tumbangkan pohon di Singapura

Apa saja ciri-ciri badai Sumatra? Seberapa sering badai itu terjadi dan seberapa parah dampaknya? CNA berbincang dengan para pakar cuaca.

Apa itu badai Sumatra? Bawa angin ribut hingga tumbangkan pohon di Singapura

Pohon tumbang akibat hujan lebat menghalangi lalu lintas di sepanjang Yishun Avenue 7 pada 17 September 2024. (Foto: CNA Eyewitness/Mr Chua)

SINGAPURA: Angin kencang dan hujan lebat melanda Singapura pada Selasa malam (17/9), menumbangkan pepohonan di berbagai tempat.

Cuaca buruk yang datang secara tiba-tiba itu disebabkan oleh badai Sumatra (Sumatra squall), kata pihak berwenang dan para ahli kepada CNA.

Apa fenomena cuaca ini dan seberapa sering itu terjadi?

Apa itu badai Sumatra?

Squall adalah hembusan angin kencang yang tiba-tiba yang disertai hujan lebat - singkat tetapi intens, dan dapat mereda dengan cepat.

Badai Sumatra memiliki karakteristik yang khusus untuk wilayah ini, yaitu serangkaian badai petir yang terbentuk di atas pulau Sumatra di Indonesia atau Selat Malaka, kemudian bergerak ke arah timur dan memengaruhi Singapura dan Semenanjung Malaysia.

Umumnya, serangkaian badai dapat menyebabkan hujan deras selama sekitar satu hingga dua jam.

Pada hari Selasa, badai dengan cepat menyapu Singapura dari sekitar pukul 19.00 hingga 20.30 SGT, kata Badan Meteorologi Singapura (Met Service) dalam menanggapi pertanyaan CNA pada hari Rabu.

Kecepatan angin maksimum yang tercatat di stasiun cuaca otomatis berkisar antara sekitar 40km/jam hingga 80km/jam, tambahnya.

East Coast Parkway mencatat kecepatan tertinggi pada 83,2km/jam, sementara empat daerah lainnya - Pasir Panjang, Changi, Sembawang, dan Seletar - mencatat kecepatan angin di atas 70km/jam.

Kecepatan angin tertinggi yang pernah tercatat di Singapura adalah 144,4km/jam di daerah Tengah pada 25 April 1984.

Karena strukturnya yang linier, squall memengaruhi area yang jauh lebih luas di sepanjang jalurnya dibandingkan dengan badai konvensional.

Namun, lebarnya yang sempit berarti hujan lebat dan angin berlalu dengan cepat.

"Garis squall adalah sistem cuaca mesoskala dan panjangnya bisa mencapai ratusan kilometer, tetapi biasanya lebarnya hanya beberapa puluh kilometer dan cenderung berlalu dengan cepat," kata Profesor Matthias Roth dari departemen geografi Universitas Nasional Singapura (NUS).

"Pembentukannya terkait dengan turunnya udara yang didinginkan oleh radiasi di dataran tinggi Sumatra bagian utara."

Bilamana squall terjadi?

Badai Sumatra biasanya terjadi selama monsun barat daya dan periode antar monsun - dari April hingga November - saat angin biasanya bertiup dari barat daya.

"Hal ini sangat terkait dengan angin barat daya," kata Dr Wang Jingyu, asisten profesor geografi fisik di Institut Pendidikan Nasional (NIE).

"Angin barat daya dipaksa naik melewati pegunungan Bukit Barisan dan menghasilkan sistem konveksi berbentuk linier yang menyebar melintasi Selat Malaka menuju Semenanjung Malaysia."

Badai Sumatra melintasi Singapura dalam rentang waktu dua jam pada malam hari tanggal 17 September 2024.

Dr Wang menambahkan bahwa rata-rata, squall terjadi lima hingga 10 kali per bulan selama musim puncak ini.

Menurut laporan tahun 2020 oleh Met Service, Singapura mengalami rata-rata 45 squall per tahun yang sering terjadi pada waktu sebelum fajar atau dini hari.

Apa dampaknya pada Selasa malam?

Hembusan angin yang disebabkan oleh badai Sumatra dapat cukup kuat untuk menumbangkan pohon dan menyebabkan kerusakan properti, seperti yang diamati pada Selasa malam.

Seorang warga Bishan mengatakan kepada CNA bahwa rak-rak toko berjatuhan dan barang-barang yang tidak diamankan tertiup angin.

"Orang-orang benar-benar bersembunyi di toko selama beberapa menit karena di koridor terlalu berangin dan berbahaya," warga tersebut menambahkan.

Menurut Dr Wang, tercatat curah hujan selama lima menit dengan total 11,4mm (setara dengan 137mm/jam) dan kecepatan angin rata-rata 10 menit sebesar 26,3 knot (setara dengan 48,7km/jam).

"Kondisi ini mencapai tingkat keparahan seperti angin topan," tambahnya.

Met Service mencatat bahwa curah hujan rata-rata di seluruh pulau akibat badai "yang bergerak cepat" adalah sekitar 10,3mm, dengan Bishan mencatat curah hujan tertinggi sebesar 26mm.

Badan tersebut menambahkan bahwa curah hujan rata-rata tertinggi di seluruh pulau saat ini untuk bulan ini adalah 35,4mm. Hal ini disebabkan oleh badai Sumatra lainnya yang terjadi dini hari pada 14 September.

Pohon tumbang akibat hujan lebat menghalangi lalu lintas di sepanjang Yishun Avenue 7 pada 17 September 2024. (Foto: CNA Eyewitness/Mr Chua)

Badai hari Selasa mungkin juga diperkuat oleh Topan Bebinca yang bertindak sebagai "pompa" dengan memperkuat angin barat daya, kata Dr Wang.

"Peningkatan aliran angin seperti itu dapat berkontribusi pada perkembangan badai yang cepat," katanya kepada CNA.

Dr Dhrubajyoti Samanta, seorang peneliti senior di Observatorium Bumi Singapura di Universitas Teknologi Nanyang (NTU), mengatakan badai hari Selasa adalah badai yang langka, mengingat fenomena cuaca seperti itu biasanya terjadi pada periode sebelum fajar dan dini hari.

"Gambar satelit menunjukkan bahwa kemarin malam ada kehadiran awan konvektif yang kuat dari Samudra Hindia bagian timur hingga Filipina, yang mungkin memiliki peran kuat dalam durasi badai dan hujan," katanya.

"Keberadaan sistem tekanan rendah di Samudra Pasifik bagian barat mungkin telah memicu migrasi pita awan dan angin yang bergerak dari timur ke timur laut."

Suhu di Singapura juga turun pada Selasa malam dengan kisaran sekitar 24 hingga 25 derajat Celsius selama hujan, kata Met Service.

Pulau Jurong mencatat suhu terendah yang tercatat sebesar 23,7 derajat Celsius pada pukul 19.25.

Seberapa parah badai bisa terjadi?

Dr Wang dari NIE mengatakan sulit untuk memprediksi seberapa buruk badai bisa terjadi di masa mendatang.

Inilah alasan mengapa Pusat Penelitian Iklim Singapura (CCRS) memulai Program Penelitian Ilmu Cuaca untuk meningkatkan prediksi cuaca, tambahnya.

Pada bulan Juli 2014, badai Sumatra yang sangat dahsyat melanda Singapura, menghasilkan angin berkecepatan hingga 103,7km/jam, meninggalkan pohon tumbang dan tenda-tenda runtuh di beberapa bagian pulau.

Badan Pertamanan Nasional (NParks) dalam menanggapi pertanyaan dari CNA mengatakan bahwa mereka menerima laporan tentang insiden pohon di berbagai bagian Singapura pada Selasa malam.

"Staf dan kontraktor kami bekerja sepanjang malam untuk membersihkan penghalang, dan kami menindaklanjutinya untuk membersihkan puing-puing yang tersisa," katanya pada hari Rabu.

Warga memindahkan pohon tumbang dari jalan di sepanjang Bishan Street 13 pada 17 September 2024. (Foto: Pembaca CNA)

Apakah ini akan memengaruhi penerbangan?

Squall dapat "sangat berbahaya" bagi keselamatan penerbangan, terutama saat mendarat dan lepas landas, kata Dr Wang.

"Pesawat dapat mengalami turbulensi yang tiba-tiba dan intens karena perubahan cepat dalam kecepatan dan arah angin yang terkait dengan squall. Fenomena ini, yang dikenal sebagai geser angin (wind shear), dapat menyebabkan pesawat mengalami perubahan mendadak dalam ketinggian dan kecepatan, sehingga menyulitkan pilot untuk mempertahankan kendali," tambahnya.

Namun, Dr Roth dari NUS menunjukkan bahwa garis squall dapat diidentifikasi dengan "relatif mudah" dan dilacak pada gambar radar cuaca, sehingga memberikan waktu yang cukup bagi penerbangan untuk menyesuaikan rute mereka.

Perkapalan di sepanjang Selat Malaka - salah satu jalur pelayaran utama dunia - dapat juga terpengaruh.

Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.

Source: CNA/jt

Juga layak dibaca

Iklan

Iklan