Skip to main content
Hamburger Menu
Close
Edisi:
Navigasi ke edisi CNA lainnya di sini.
Iklan

Asia

Aparat Singapura tangkap remaja berpaham 'supremasi Asia Timur' yang berencana serang masjid

Remaja ini terinpirasi oleh serangan masjid di Christchurch, Selandia Baru, yang menewaskan 51 orang dan mengidolakan pelakunya Brenton Tarrant. 

Aparat Singapura tangkap remaja berpaham 'supremasi Asia Timur' yang berencana serang masjid

Tato siku Nick Lee Xing Qiu bergambar sonnenrad dan kaos yang dipesannya dengan cetakan khusus bergambar totenkopf, atau tengkorak. (Foto: Departemen Keamanan Internal)

SINGAPURA: Seorang pelajar SMA berusia 18 tahun di Singapura ditahan aparat di bawah Undang-undang Keamanan Dalam Negeri (ISA) karena memiliki paham "supremasi Asia Timur", sebuah ideologi sayap kanan ekstrem yang mendukung penggunaan kekerasan.

Remaja Tionghoa bernama Nick Lee Xing Qiu ini berencana menyerang warga Melayu dan Muslim di Singapura. Dia meyakini bahwa etnis China, Korea dan Jepang lebih unggul, ujar pernyataan Departemen Keamanan Dalam Negeri Singapura (ISD) pada Senin (10/2).

Lee mendapatkan perintah penangkapan pada Desember tahun lalu. Dia adalah pemuda Singapura ketiga yang memiliki paham sayap-kanan ekstrem yang pernah ditahan berdasarkan ISA.

Kasus pertama adalah remaja berusia 16 tahun yang ditahan pada Desember 2020 karena berencana menyerang masjid dengan parang. Kasus kedua juga melibatkan remaja 16 tahun yang mendapatkan perintah pembatasan pada November 2023 setelah disinyalir berpaham supremasi kulit putih dan bercita-cita melakukan serangan di luar negeri.

ISD juga mengumumkan pada Senin bahwa seorang ibu rumah tangga Singapura yang teradikalisasi akibat konflik Israel-Hamas telah dikenakan pembatasan ISA. Seorang pria Malaysia, yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih di Singapura, direpatriasi karena mendukung ISIS.

PROSES RADIKALISASI MANDIRI

Lee pertama kali memiliki sikap permusuhan kepada umat Islam sejak awal 2023 ketika dia kerap menyaksikan konten-konten sayap-kanan dan Islamofobia. Dia menghabiskan berjam-jam mencari dan mengonsumsi konten ekstremis di internet, berdasarkan laporan ISD.

Pada Juni 2023, Lee mencari rekaman video livestream serangan masjid di Christchurh, Selandia Baru, yang dilakukan Brenton Tarrant pada 15 Maret 2019, menewaskan 51 orang.

Dia menyaksikan rekaman itu berulang kali dan kemudian mengidolakan Tarran. Dia juga mengunduh modifikasi video game dan berperan sebagai Tarrant dalam membunuh jemaah di Masjid Al Noor itu.

Pada awal 2024, sifat radikal Lee semakin menjadi dan kebenciannya terhadap Muslim dan etnis Melayu kian mendalam. Dia juga membenci etnis lainnya yang kerap jadi sasaran kelompok ekstrem sayap-kanan, seperti Yahudi, Meksiko, Afrika-Amerika dan India.

"Dia juga mendukung supremasi kulit putih karena merasa Islam adalah ancaman bagi budaya kulit putih," kata ISD.

Lee meyakini paham etno-supremasi yang menganggap bahwa orang China, Korea, dan Jepang adalah etnis yang lebih unggul, dan menanamkan kebencian terhadap Muslim.

Pada September 2024, Lee membuat tato di siku kanannya dengan gambar sonnenrad, simbol yang terlihat di manifesto Tarrant dan di ranselnya dalam serangan ke masjid Christchurch. Lee juga membeli kaos dengan sablon bergambar simbol-simbol yang terkait dengan neo-Nazi, supremasi kulit putih, dan kelompok-kelompok sayap kanan lainnya.

INGIN MEMICU "PERANG RAS"

Lee bercita-cita melakukan serangan terhadap Muslim di Singapura bersama dengan orang-orang yang juga berpemahaman sayap kanan lain yang ia ajak bicara di internet. Meskipun ia mengaku takut melakukan serangan sendirian, ia mengatakan akan berpartisipasi dalam serangan bersama dengan orang-orang tersebut.

"Rencananya termasuk melakukan serangan ala Tarrant terhadap umat Islam di sebuah masjid di Singapura dengan menggunakan senjata rakitan, pisau, dan bom molotov," kata ISD.

Lee berharap dapat menyiarkan langsung serangan tersebut secara online, mendedikasikannya untuk Tarrant.

Dia juga berpikir untuk melemparkan bom Molotov ke tetangganya yang Muslim-Melayu pada hari raya keagamaan umat Islam untuk memaksimalkan jumlah korban. Namun dia belum melakukan persiapan atas serangan ini, baru mencari cara membuat Molotov di internet.

ISD juga mengatakan bahwa Lee sangat yakin dengan Great Replacement Theory, yang menyatakan bahwa warga kulit putih di Barat terancam tergantikan oleh imigran non-kulit putih.

Lee meyakini bahwa kekerasan diperlukan untuk mencegah warga mayoritas Tionghoa di Singapura tergeser oleh populasi Melayu yang berkembang pesat.

Lee ingin memicu "perang ras" antara orang Tionghoa dan Melayu di Singapura, dengan membuat propaganda adu domba anti-Melayu dan anti-Muslim yang diposting secara online. Harapannya, dia dapat menciptakan permusuhan di antara kedua ras tersebut.

Dia memulai akun media sosial pada akhir tahun 2024 untuk menghasut orang lain melakukan serangan terhadap warga Melayu dan Muslim. Akun ini digunakan untuk memposting ulang video ekstremis sayap kanan, dan dia mengunggah sekitar 20 video buatannya sendiri yang mengagungkan teroris sayap-kanan dan menggaungkan retorika anti-Melayu dan anti-Muslim.

Keluarga, guru, dan teman sekolah Lee mengaku tidak tahu bahwa Lee telah teradikalisasi, dan tidak ada indikasi bahwa ia mencoba mempengaruhi mereka dengan pandangan ekstremisnya, kata ISD. Rencana serangannya bersifat aspiratif tanpa jadwal yang pasti dan investigasi terhadap kontak-kontak online-nya tidak menemukan adanya ancaman yang akan terjadi di Singapura.

"Ekstremisme sayap kanan merupakan masalah keamanan yang berkembang secara global, dan Singapura tidak kebal terhadap ancaman ini," kata ISD.

Meskipun gerakan ini sering dikaitkan dengan supremasi kulit putih, pesan-pesannya yang lebih luas tentang chauvinisme etno-religius, rasisme, dan xenofobia dapat menarik perhatian orang non-kulit putih.

"ISD akan mengambil tindakan tegas terhadap siapa pun di Singapura yang mendukung, mempromosikan, melakukan, atau membuat persiapan untuk melakukan kekerasan bersenjata, terlepas dari bagaimana mereka merasionalisasi kekerasan tersebut secara ideologis atau di mana kekerasan itu terjadi," kata ISD.

Ikuti Kuis CNA Memahami Asia dengan bergabung di saluran WhatsApp CNA IndonesiaMenangkan iPhone 15 serta hadiah menarik lainnya.

Source: CNA/da

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan