Mantan PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi wafat di usia 85 tahun, berikut profilnya

Mantan PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi. (Foto: Reuters/Edgar Su/File Photo)
KUALA LUMPUR: Mantan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi meninggal dunia pada Senin (14/4) di usia 85 tahun.
Dikenal dengan nama Pak Lah, Abdullah adalah perdana menteri kelima Malaysia yang menjabat sejak 2003 menyusul mundurnya Mahathir Mohammad setelah memimpin 22 tahun.
Abdullah meninggal dunia di National Heart Institute, Kuala Lumpur, pada pukul 19.10 waktu setempat, seperti diumumkan oleh menantu yang juga mantan menteri kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin di Instagram.
Sebelumnya, dia dilarikan ke rumah sakit tersebut pada Minggu pagi setelah mengalami sesak napas. "Meski pun telah dilakukan berbagai upaya medis, namun beliau meninggal dengan tenang, dikelilingi oleh orang-orang terkasih," ujar pernyataan rumah sakit.
Rencananya Abdullah akan dimakamkan pada Selasa (15/4) setelah sebelumnya disemayamkan di Masjid Nasional untuk para pelayat memberikan penghormatan terakhir.
Ucapan belasungkawa disampaikan oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim yang mengatakan Abdullah selalu menjadi pihak yang menenangkan dalam perpolitikan Malaysia.
"Beliau menerima saya dengan penuh adab dan ihsan, meski kami pernah berada di medan politik yang bertentangan. Itulah betapa besarnya jiwa seorang negarawan ulung," ujar Anwar di akun Facebooknya.
Di bawah kepemimpinan Abdullah, kata Anwar, Malaysia mengalami reformasi di berbagai bidang.
"Namun lebih dari segala pencapaian itu, Pak Lah mengajarkan kita erti kemanusiaan dalam kepemimpinan.
Beliau memimpin dengan wajah yang tidak marah, tangan yang tidak menggenggam kuasa, dan suara yang tidak meninggi meski diasak bertubi-tubi," ujar Anwar.
PROFIL ABDULLAH AHMAD BADAWI
Abdullah lahir di Penang pada tahun 1939. Ia adalah anak sulung dari empat bersaudara dari pasangan Khailan Hassan dan Ahmad Badawi, seorang tokoh agama dan politik terkemuka di partai Organisasi Bangsa Melayu Bersatu (UMNO).
Abdullah, yang merupakan sarjana studi Islam dari Universitas Malaya, memulai kariernya sebagai pejabat diplomatik dan pegawai negeri pada tahun 1964. Setahun kemudian, ia menikah dengan Endon Mahmood dan dikaruniai dua anak.
Ia memasuki dunia politik pada tahun 1966, namun mulai mengambil peran yang lebih aktif di UMNO setelah ayahnya meninggal pada 1977.
Pada tahun 1978, ia mencalonkan diri untuk kursi parlemen di daerah pemilihan Kepala Batas di negara bagian asalnya dan menang dengan selisih 5.029 suara.
Tiga tahun kemudian, ia diangkat menjadi anggota Kabinet di bawah kepemimpinan Mahathir, menjabat sebagai menteri di Departemen Perdana Menteri.
Ia kemudian memegang beberapa jabatan menteri lainnya di bawah pemerintahan Mahathir. Abdullah diangkat sebagai wakil perdana menteri pada tahun 1999, menyusul pemecatan mengejutkan terhadap wakil Mahathir sebelumnya, Anwar Ibrahim, yang pada tahun 1998 didakwa atas tuduhan korupsi dan sodomi.

Anwar membantah tuduhan itu dan mengatakannya fitnah, para kritikus juga menyatakan bahwa tuduhan tersebut bermotif politik.
Pada tahun 2003, Mahathir mengundurkan diri, dan Abdullah, yang merupakan penerus pilihannya, menjadi perdana menteri kelima Malaysia.
Dalam pemilu yang digelar tahun berikutnya, Abdullah mendapat dukungan luas dengan berkampanye untuk memberantas kemiskinan serta menghapus praktik kronisme dan korupsi yang telah menjadi ciri khas masa jabatan Mahathir yang panjang.
Ia juga menganut versi Islam moderat yang menekankan kemajuan ekonomi dan teknologi dibandingkan fundamentalisme agama. Namun, ia mendapat kritik publik karena mempertanyakan subsidi bahan bakar yang menyebabkan lonjakan harga secara tajam.
Abdullah mengundurkan diri pada tahun 2009, setahun setelah pemilu yang menyebabkan koalisi Barisan Nasional yang berkuasa saat itu kehilangan supermayoritas parlemen untuk pertama kalinya dalam sejarah negara tersebut. Ia digantikan oleh Najib Razak.
Kekhawatiran terhadap kondisi kesehatan Abdullah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dan Khairy mengungkapkan pada September 2022 bahwa Abdullah menderita demensia.
Pengumuman soal kondisi kesehatan Abdullah dibuat setelah diskusi keluarga, karena banyak orang menanyakan tentang kondisi kesehatan mantan pemimpin tersebut, ujar Khairy saat itu.
Khairy menyebut bahwa Abdullah sudah tidak mengingat nama-nama anggota keluarga, kesulitan berbicara, dan juga harus menggunakan kursi roda.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.